Olahraga Keras Tapi Tak Ada Hasil? Mungkin Ini Penyebabnya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Mar 2018 09:07 WIB

Olahraga Keras Tapi Tak Ada Hasil? Mungkin Ini Penyebabnya

SURABAYAPAGI.com - Kita berolahraga dengan begitu semangat dan keras, hingga basah kuyup bermandi keringat. Kita pun yakin ada sekian banyak kalori yang terbakar dalam aktivitas itu. Namun, kita mungkin lupa, tanpa pemulihan yang tepat, semua akan sia-sia. Keringat terbuang percuma, tanpa ada manfaat bagi tubuh. Kenapa bisa demikian? Seringkali kita melupakan beberapa rutinitas seperti istirahat dan menghindari hal tertentu. Padahal di balik itu semua, manfaatnya justru signifikan. Misalnya, istirahat yang bisa mengembalikan kerusakan jaringan otot. Kemudian konsisten menghindari kegiatan-kegiatan tertentu juga dapat berefek menurunkan berat badan, membentuk otot lebih baik, dan mengurangi rasa sakit. Berikut beberapa kesalahan umum yang harus dihindari setelah berolahraga dengan keras. 1. Makan junk food Pastikan untuk tetap menjauh dari junk food setelah berolahraga. Makanan tersebut kurang bergizi, bahkan ada yang sama sekali tak bergizi. "Salah satu hal terburuk yang makan setelah berolahraga adalah junk food," kata trainer American College of Sports Medicine (ACSM) Hope Pedraza. Saran ini bukan tanpa sebab. Saat olahraga, jaringan otot akan rusak dan perlu diperbaiki agar kembali tumbuh. Salah satu caranya yakni mengisi bahan bakar dengan karbohidrat dan protein. "Camilan pasca-olahraga yang mudah adalah protein shake. Campur ini dengan rice cake atau buah." "Kandungan itu penting untuk mendapatkan beberapa pembakaran karbohidrat cepat ke bagian otot yang paling membutuhkan perbaikan," kata dia. 2. Tidak cukup tidur Entah olahraga pagi atau malam hari, kita perlu mendapatkan cukup tidur agar tubuh berfungsi dan otot diperbaiki serta tumbuh. "Tubuh masuk ke mode pemulihan saat kita tidur, mengirimkan nutrisi dan mineral, sementara otot, jaringan, dan tulang perlu memperbaiki 'diri' sendiri," kata Pedraza. Jika hal ini terjadi, kita tidak hanya merasa lelah dan lesu, tapi tubuh akan terasa sakit. Tanpa tidur, kadar kortisol akan meningkat, sehingga membuat tubuh tak nyaman. Nah, tidur membantu menurunkan kortisol. Karena itu, dia merekomendasikan tidur 7-8 jam setiap malam untuk mengurangi rasa sakit. 3. Tidak cukup terhidrasi Keringat pasti akan keluar berlebih saat olahraga. Akibatnya? Tubuh pasti akan kehilangan banyak elektrolit dan cairan melalui olahraga. "Meskipun terasa berlawanan--memasukan kalori setelah habis dibakar--tidak makan atau minum setelah berolahraga membuat tubuh berisiko merasa lapar." "Artinya, metabolisme akan melambat dan akan tergantung pada berat air, yang merupakan kebalikan dari apa yang diinginkan," kata Milan Costich, pelatih tinju selebriti dan pemilik sasana tinju Prevail di West Hollywood. "Hidrasi sebelum, selama, dan setelah olahraga, maka kita akan mendapatkan manfaat maksimal dari peningkatan metabolisme pasca olahraga," kata Costich. Hidrasi bisa berupa air, air kelapa, smoothie, atau pun protein shake. 4. Mengasup obat Tentu, bila kita mengalami cedera atau merasa sangat sakit setelah berolahraga keras, mungkin tak masalah menggunakan anti-inflamasi, seperti ibuprofen misalnya. Akan menjadi masalah bila kita meminum pil seperti "makan permen" setiap malam, hanya untuk mengatasi rasa sakit parah, atau untuk menghindari rasa lelah saat berolahraga. "Kalau kita merasa mengandalkan suplemen sebelum atau pasca latihan atau obat anti-inflamasi, ini adalah kesempatan bagus untuk menjauhi dan mengevaluasi kembali menu makan, gaya hidup, dan rutinitas latihan," kata Costich. Apakah ada kesenjangan dalam pola makan sehingga kekurangan gizi? Apakah latihan yang dilakukan terlalu keras pada otot atau sendi? "Tujuannya adalah agar olahraga memiliki dampak positif pada kesehatan tubuh, fisik dan mental, jadi jika apa yang dilakukan tidak tercapai, tidak ada kata terlambat untuk menggantinya," kata Costich. 5. Terlalu sering berolahraga Olahraga terlalu sering juga tidak disarankan. Misalnya, pagi ini berlatih tinju, kemudian berlari saat sore, berlatih tinju lagi esok pagi dan berlari lagi saat esok sore. Costich mengatakan hal itu mungkin tidak cukup memberi otot jeda waktu untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan yang rusak. "Salah satu hal terburuk yang kita lihat adalah melakukan olahraga berlebih secara langsung dari satu latihan ke latihan lainnya," kata Costich. "Ketika kita hanya mengejar hasil yang cepat, kita cenderung terlalu banyak dengan jeda singkat, yang seringkali menyebabkan cedera," katanya. Nah, daripada menjerumuskan diri sendiri, lebih baik percaya pada komitmen gaya hidup jangka panjang yang berkelanjutan serta konsisten untuk mendapatkan hasil terbaik. Tidak masalah olahraga dua kali sehari, selama semua dilakukan dengan cara benar. (kp/02)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU