Pecatan Polisi Serang Polisi, Diduga Jaringan Radikal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 21 Nov 2018 08:52 WIB

Pecatan Polisi Serang Polisi, Diduga Jaringan Radikal

SURABAYA PAGI, Surabaya Penyerangan terhadap polisi kembali terjadi di Jawa Timur. Kali ini menimpa anggota polisi yang tengah bertugas di depan Wisata Bahari Lamongan (WBL), Selasa (20/11/2018). Dua pelaku telah ditangkap, salah satunya mantan anggota polisi. Beruntung, serangan ini tak mematikan seperti terjadi di Polrestabes Surabaya. Namun, kedua pelaku diduga terlibat jaringan teroris. Kedua pelaku diketahui berinisal ER, dan MSA. Diketahui, ER merupakan pecatan polisi asal Porong Kabupaten Sidoarjo. Informasinya, ER terakhir berdinas di Polres Sidoarjo dengan pangkat terakhir Briptu. ER dipecat karena melakukan penembakan hingga menewaskan Riyadhus Solihin, guru ngaji di Sidoarjo pada tahun 2011. Namun ER kini berdomisili di Geneng Kelurahan Brondong, Lamongan. Sedangkan, MSA masih berumur 17 tahun tinggal di Desa Sedayu Lawas, Kecamatan Brondong. Sejak siang kemarin sekitar pukul 12.30 Wib, kedua pelaku diserahkan ke penyidik Densus 88 Antiteror. Selain mengamankan ER dan MSA, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti yakni sebuah ketapel, tujuh buah kelereng, sepeda motor Honda merk Supra Fit dengan nopol W 2593 RM beserta STNK dan kunci. **foto** Informasi yang dihimpun, serangan yang dilakukan keduanya terjadi pada Selasa (20/11) sekitar pukul 01.30 WIB. Pelaku ER yang merupakan pecatan polisi, menembakan kelereng dengan ketapel, dan mengenai mata kanan Bripka Andreas. Tembakan kelereng itu juga mengakibatkan kaca pos polisi pecah. Meski terluka, Bripka Andreas Dwi Anggoro bersama masyarakat kemudian mengejar pelaku. Bripka Andreas pun mengejar pelaku ke arah barat hingga di Pasar Blimbing, Kecamatan Paciran. Pelaku ER menghadang Bripka Andreas. Saat itu, ia menabrakkan motornya ke motor pelaku sehingga terjatuh. Kedua pelaku akhirnya diamankan di Polsek Brondong. Usai penangkapan, polisi menggeledah rumah pelaku. Dari penggeledahan dua tempat itu, polisi dikabarkan menemukan sejumlah barang bukti yang diduga mengarah pada ajaran radikalisme. Diantaranya satu buku ciptaan bomber Imam Samudra yang sudah dihukum mati. Selain itu, polisi dikabarkan pula menemukan sejumlah buku di tempat tinggal ER dan MSA. Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan mengatakan, kedua pelaku penyerangan polisi sudah ditangani Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Serangan tersebut disinyalir terkait dengan jaringan radikal. Ini diketahui dari hasil pengembangan yang dilakukan oleh Wakapolda Jatim Brigjen Pol Toni Harmanto, saat mendatangi TKP berkoordinasi dengan Densus 88. "Saat melakukan pemeriksaan di rumah tersangka, kami menemukan barang-barang dan buku-buku yang diduga berhubungan dengan kelompok radikal," ujar Kapolda. Luki menambahkan, dari hasil penyelidikan sudah diketahui jaringan kelompok pelaku. Namun pihaknya masih terus melakukan pendalaman. "Untuk identintas, pelaku ER adalah pecatan polisi di tahun 2004. Dia juga pernah ditahan di sebuah lembaga pemasyarakatan atas kasus pembunuhan guru ngaji. Nah, saat di lapas inilah ER sering menerima tamu yang diduga terkait dengan kelompok radikal," tandasnya. Mengenai kondisi Bripka Andreas, Luki menyatakan saat ini sudah dilakukan operasi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Diketahui, mata sebelah kanan korban mengalami kerusakan kornea. Saat ini yang bersangkutan masih belum sadar setelah menjalani operasi. "Untuk motif penyerangan yang dilakukan pelaku masih kami dalami," cetus Luki. Sebelumnya, korban dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menambahkan penanganan kasus penyerangan polisi di Lamongan diserahkan ke Densus 88 Antiteror Mabes Polri. "Sejak siang tadi (kemarin) sudah diambil alih Densus," ujarnya. Ketika ditanya apakah ada kemungkinan pelaku ini terkait dengan jaringan radikalisme, Barung enggan menjelaskannya. "Karena sudah diserahkan ke Densus, semua kewenangannya diambil oleh Densus," jelasnya. Tiga Kali Penyerangan Sementara itu, salah seorang warga Paciran, yang enggan disebut namanya mengatakan, kejadian dinihari kemarin merupakan yang ketiga kalinya. Menurutnya, sudah dua bulan ini pos polisi di depan WBL mendapatkan aksi teror dari orang yang tidak dikenal. Sebelumnya, aksi pelaku biasanya dilakukan pada Kamis malam. Serangan juga dilakukan dengan menembakkan kelereng dengan ketapel. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut. Ini karena pos polisi tersebut kebetulan sedang kosong. "Saya tidak tahu motifnya, biasanya yang dirusak itu pos-nya," katanya sumber tersebut. n nt/an

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU