Home / Kriminal : Kasus Guru Honorer SD yang Dimutilasi, Saksi-saksi

Pembunuhan Sadis LGBT

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 06 Apr 2019 08:29 WIB

Pembunuhan Sadis LGBT

Hendarwanto-Rangga Putra, Tim Wartawan Surabaya Pagi Pembunuhan terhadap guru honorer SDN di Kota Kediri membuat gempar, hingga Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur turun tangan. Pasalnya, korban bernama Budi Hartanto (28) itu dihabisi secara sadis dengan cara dimutilasi. Mayatnya dipotong dan dimasukkan ke dalam koper, lalu dibuang pinggir sungai daerah Kabupaten Blitar. Sedang kepalanya dibuang entah kemana, yang hingga kini belum ditemukan. Namun setelah polisi memeriksa 14 saksi dan melakukan olah TKP, kuat dugaan pembunuhan itu dilatarbelakangi motif cinta sesama jenis alias LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Pelakunya pun mulai terindentifikasi. Kasus ini mengingatkan Ryan, jagal asal Jombang yang membunuh 11 orang pada 2008 silam. --------------- Pusat laboratorium forensik telah mengeluarkan hasil penelitiannya terkait kematian Budi Hartanto. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengungkapkan hasil itu akan dijadikan informasi tambahan bagi polisi untuk mengungkap kasus ini dan menangkap pelaku. Namun, Barung enggan membeberkan secara detail hasil labfor tersebut. Barung hanya menyatakan, bahwa ada sesuatu hal yang dicurigai oleh pihak kepolisian terkait orientasi seks yang menyimpang dari korban. "Dari hasil labfor intinya, ada sesuatu hal yang dicurigai polisi berkaitan dengan orientasi seks yang tidak normal. Saya tidak bisa menyebutkan secara rinci," ujar Barung dikonfirmasi Surabaya Pagi, Jumat (5/4/2019). Hasil labfor ini, rupanya juga diperkuat dengan keterangan sejumlah saksi yang sudah diperiksa. Polisi mulai mendalami jejak asmara korban yang diduga berkaitan dengan kematiannya. Setidaknya sampai saat ini, ada 14 orang saksi yang sudah diperiksa. Satu di antaranya seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Nganjuk, yang sempat berhubungan atau menjadi teman dekat korban. "Dia laki-laki (saksi, red). Itu pernah dekat, berhubungan dengan korban. Masih saksi, bukan ditangkap. Tapi diamankan karena alibinya waktu itu kita uji," kata Barung. Hal lain yang terungkap dari hasil labfor itu, Barung mengatakan pelaku menggunakan lebih dari satu senjata untuk melukai korban. Selain itu, diduga kuat pelaku pembunuhan juga lebih dari satu orang. "Dia (pelaku, red) bukan profesional. Beda dengan jagal. Sayatan lebih dari satu senjata. Pelaku juga diduga kuat lebih dari satu. Ada yang membantu dan minimal memperlancar lah aksi itu," kata dia. Sampai saat ini, lanjutnya, polisi masih berusaha keras mencari pelaku pembunuhan ini. Pihaknya pun optimis dalam waktu dekat pelaku akan tertangkap. Selain fokus pada pelaku, polisi juga berupaya mencari potongan tubuh korban yang belum ditemukan. Sebelumnya, warga Blitar digegerkan penemuan mayat dalam koper di antara semak-semak di dekat sungai, yang ditemukan pencari rumput di bawah jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (3/4/2019). Ternyata, korban bernama Budi Hartanto (28) asal Jl Taman Melati, Mojoroto, Kota Kediri. Korban merupakan guru honorer di salah satu SDN di Kota Kediri. Korban juga dikenal sebagai instruktur tari. Teman Dekat Korban Kapolres Blitar Kota, AKBP Adewira Negara Siregar menyebut timnya telah mengamankan seorang pria berinisial IS untuk diperiksa. Sebab ia diduga menjadi pria yang terakhir kali berkomunikasi dengan korban melalui telepon. "Inisialnya I. Diduga terakhir bertemu dengan korban. I sudah diamankan," kata Adewira, Jumat (5/4/2019). Adewira mengaku belum diketahui secara pasti apa hubungan antara IS dan korban. Sebab dari pemeriksaan sementara, IS dan Budi baru kenal melalui media sosial. Keduanya juga sempat bertemu, tapi dalam tempo yang cukup lama. Menurut Adewira, IS dan korban akan melangsungkan pertemuan pada Selasa (2/4/2019) malam, sebelum Budi ditemukan terlipat dalam koper tanpa kepala. Fakta ini diperoleh polisi dari hasil penelusuran jejak digital di handphone korban dan IS. "Informasinya baru dikenal oleh korban. Sebelumnya pernah bertemu namun akan bertemu lagi. Dalam kaitan apa, kami belum tahu," papar mantan Kasatlantas Polrestabes Surabaya ini. Melawan Sebelum Dimutilasi Korban Budi Hartanto diduga sempat melawan sebelum dibunuh dan dimutilasi dengan cara dipenggal kepalanya oleh pelaku. Dugaan itu mencuat setelah hasil autopsi mencatat ada luka sayat pada tangan yang disebut sebagai luka akibat menangkis serangan benda tajam. "Dari hasil autopsi memang iya, ada luka sayatan sekitar pergelangan tangan yang diduga luka tangkisan dan sebagainya," ungkap AKBP Adewira. Selain membunuh korban dengan cara sadis, pelaku juga merampas motor, laptop hingga uang yang saat itu dibawa oleh korban. Setelah itu, pelaku membuang kepala dan tubuh korban secara terpisah. Bagian tubuhnya ditemukan di dalam koper di bawah Jembatan Kali Temas Lama, Desa Karanggondang, Udanawu, Kabupaten Blitar. Sedangkan bagian kepala korban hingga Jumat (5/4) kemarin belum ditemukan. Proses penyisiran dipimpin langsung AKBP Adewira Negara Siregar. Kapolres bersama sejumlah anggota termasuk Kasat Reskrim, AKP Heri Sugiono dan Kapolsek Udanawu, AKP Wahyu Satrio Widodo, turun ke sungai. Mereka menyisir aliran sungai. Polisi terlihat mengorek-orek tumpukan sampah di sungai. Polisi hanya mendapati pampers, baju bekas, dan pembalut yang terbungkus plastik kresek. Polisi tidak menemukan potongan kepala korban. "Kami menyisir kembali lokasi penemuan mayat dalam koper. Kami mencari bagian tubuh korban yang hilang. Tapi, belum membuahkan hasil," ujar Adewira di lokasi. Bertingkah Kemayu Sebelumnya, polisi sudah memeriksa sejumlah teman korban. Menariknya, mereka yang diperiksa sebagai saksi semua pria dan bertingkah gemulai (kemayu). Soal informasi yang berkembang di luar kalau korban LGBT, Heri enggan berkomentar. Tapi Heri juga tidak menyangkal soal informasi yang berkembang di luar itu. "Info yang berkembang (di luar) memang seperti itu, kebetulan rekan-rekan korban kebanyakan seperti itu. Namun kami tetap sesuai fakta," ujar Heri. Sedangkan sosok korban sendiri juga dikenal sebagai pria yang berperilaku seperti perempuan atau gemulai. Hal itu juga disampaikan kerabat korban, Surahmat. "Budi (korban) mbanceni (gemulai), tapi orangnya baik, ramah dengan warga, supel bergaul dan baik dengan orang tua," kata Surahmat saat ditemui di kamar jenazah RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar. Mutilasi Ala Ryan Pada Selasa 15 Juli 2008, polisi menangkap Very Idam Henyansyah alias Ryan. Dia ditangkap setelah menggunakan uang sebesar Rp 3.040.000, kartu kredit dan ATM milik Heri untuk berfoya-foya dengan kekasih sesama jenisnya, Noval Andrias. Saat itu, dia ditangkap di kosnya di Pesona Kayangan, Depok. Polisi juga menangkap kekasih Ryan, Noval. Ternyata, Ryan diketahui pelaku pembunuhan Heri Santoso yang tubuhnya dipotong 7 bagian. Ryan tega membunuh Heri dan memutilasinya karena cemburu. Polisi juga mendapat laporan hilangnya Aril, seorang agen properti berwajah tampan yang hilang. Sebelum hilang, Aril pamit pergi dengan Ryan ke Surabaya. Ryan kemudian mengaku telah membunuh Aril dan mayatnya ditanam di rumahnya di Jombang, Jawa Timur. Polisi lalu membawa Ryan ke rumahnya di Jombang. Mayat Aril yang sudah ditanam pun dibongkar. Hingga akhirnya diketahui ada 10 jasad korban pembunuhan Ryan yang ditanamnya di belakang rumahnya. Ditambah Heri Santoso, total Ryan menghabisi 11 orang. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU