Pengusaha Hitam itu Kelompok Oligarki Pilkada

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 01 Sep 2020 21:26 WIB

Pengusaha Hitam itu Kelompok Oligarki Pilkada

i

Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama dengan Megawati Soekarno Putri di salah satu acara

 

Ronny Mustamu:  sekarang ini ada banyak bidak dan langkah kuda yang dimainkan PDI Perjuangan

Baca Juga: PDIP Surabaya Siapkan 16.334 Saksi di Pemilu 2024

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pernyataan Sekjen PDIP, Hasto  Kristiyanto, yang mengatakan ada pengusaha hitam di Pilkada Surabaya 2020. Pernyataan ini bagian dari fungsi mengingatkan kepada publik tentang potensi bermainnya kelompok oligarki dalam pilkada kota Surabaya 2020.

“Oligarki biasanya membasiskan gerakannya pada kekuatan uang. Oligarki bermaksud mengatur siapa saja calon kepala daerah yang dianggap tepat dan sesuai dengan selera mereka.

Bila perlu kelompok ini akan mengkondisikan sedemikian rupa agar lawan tandingnya pun diatur agar yang maju adalah calon tertentu yang mudah dikalahkan. Oligarki biasanya sangat nyaman dengan praktik korupsi.”

Demikian dinyatakan pengamat politik, Ronny H. Mustamu, selaku Direktur Quadrant Consulting tentang pernyataan Sekjen PDIP Hasto  Kristiyanto bahwa ada pengusaha hitam  dalam pilkada Surabaya 2020.

Jadi, gerakan kekuatan uang itu, tambah Ronny, sudah hal lumrah di setiap proses kampanye pemilu yang membutuhkan dana besar. Oleh karenanya besaran kader, konstituen dan jejaring partai menjadi sangat penting.

Meski begitu, ia melihat selain adanya kelompok oligarki, ia juga melihat adanya ‘Superstar’ dan ‘Pemainan Catur’ di dalam PDI Perjuangan pada pilkada tahun 2020 ini.  "Sebab, setiap pihak cenderung meneropong setiap langkah yang dilakukan PDI Perjuangan. Bahkan setiap tahapan yang dilakukan PDI Perjuangan tidak lepas dari teropong itu. Karena banyak pihak terlalu fokus pada agenda dan harapannya sendiri, mereka melupakan bahwa PDI Perjuangan juga sedang bermain catur dengan menggunakan langkah-langkah tertentu untuk mengatur strategi pemenangannya" katanya kepada Surabaya Pagi, Selasa (1/9/2020).

Ronny melanjutkan bila ada banyak bidak dan langkah kuda yang dimainkan PDI Perjuangan. Sebagian pihak merasa terkecoh, sehingga membangun analisis berbasis asumsi yang sangat dangkal sebab Surabaya merupakan center stage pilkada 2020.

"Menghadapi konstelasi kekuatan para peserta pilkada 2020 Kota Surabaya, tampak PDI Perjuangan sangat berhati-hati. PDIP jelas sedang menata irama tarian yang akan dimainkan, mencermati irama lawan, mengukur selera warga Surabaya dan menguji para penari internal PDIP," terangnya.

 

Penundaan Pengumuman jadi Strategi

Terkait strategi menunda pengumuman paslon pilkada Kota Surabaya sering dikemas lawan sebagai PDI Perjuangan sedang kesulitan menimbang para kandidat. Bahkan ada yang membangun analisis terkait peta faksi yang diduga ada di dalam PDI Perjuangan.

"Mereka semua itu bakal 'gigit jari'. Sebab, setiap penundaan menyebabkan lawan politik dan koalisi partai politik yang akan berhadapan menjadi semakin galau," katanya.

Ronny menjelaskan bila mereka lupa pada setiap momentum justru digunakan sebagai peluang untuk menata mesin politik dan tim pemenangan PDI Perjuangan. "Justru pada saat calon lawan yang sedang menunggu masih tarik-menarik soal siapa yang akan jadi calon wakil walikotanya dan menunggu kepastian apakah koalisi delapan partai itu akan tetap utuh. Kita semua memahami bahwa munculnya fenomena koalisi delapan partai politik dengan mengusung calon walikota dan wakil walikota bukan dari kader partai politik, merupakan sebuah kegagalan partai-partai politik itu. Setiap partai politik menerima hibah dana banpol untuk penguatan partai politik. Dana itu seyogyanya digunakan untuk melakukan kaderisasi yang baik agar hadir calon-calon pemimpin berkualitas dari partai politik," jelasnya.

Baca Juga: Nobar Debat Capres di Posko-Posko PDIP Surabaya, Ganjar Pranowo Panen Pujian dari Warga

Strategi politik PDI Perjuangan yang tampak ingin memaksimalkan momentum persiapan pilkada ini tampak mulai memunculkan reaksi dari pihak-pihak yang belum matang berpolitik.

Dengan adanya paslon bukan kader partai pengusung, Ronny memastikan bila parpol-parpol tersebut telah mendegradasi institusi masing-masing.

Jadi semua langkah catur yang dimainkan PDI Perjuangan ini jelas sedang memancing lawan untuk kehilangan kesabaran dan orientasinya, sehingga mudah terjebak dengan langkah-langkah kuda yang berkelok. "Semua ini bagaikan strategi jebakan offside yang sering dilakukan dalam permainan sepakbola," ucapnya.

 

Bisnis Politik Pemerintahan

Terpisah, pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo mengatakan bahwa Surabaya merupakan kota yang penting PDIP, sebab berpuluh tahun mendapat dulangan suara cukup tinggi. "Kemudian dia juga menjadi pusat bisnis politik pemerintahan, bukan hanya di Surabaya tapi juga Jawa Timur dan Indonesia Timur. Karena situ dianggap sebagai sesuatu yang penting, itulah kenapa PDIP tampak begitu hati-hati dalam memutuskan," katanya.

Suko Widodo juga mengungkapkan bila ada sejumlah friksi yang indikasinya bisa dilihat sejumlah konflik-konflik tersembunyi. "Konflik tersembunyi itu yang membuat diantara kandidat itu berebut, kemudian DPP tampaknya kesulitan untuk membuat keputusan. Saya menduga bahwa calon itu pasti dari unsur yang berpihak pada kader. Tentunya PDIP tidak mau kehilangan dukungan suara, karena pilihan ini pasti menjadi titik tonggak pilpres nanti. PDIP juga menghitung jangka panjang dalam konteks itu," ungkapnya.

Disinggung soal jangka waktu yang semakin menipis dan melihat peluang kerugian waktu, Suko menjelaskan bila rugi tidaknya bergantung pada seberapa kuat dari tim pemenangan untuk mengelola kekuatan yang ada. "Tapi minimal PDIP punya para pendukung yang loyal nya tinggi. Ini yang menjadi salah satu strategi, taktik dan kecerdasan. Tapi yang perlu di catat, pilihan walikota itu dalam banyak hal tidak berserfikan dengan kekuatan suara parlemen. Ketokohan itu menjadi kunci penting yang di jual kepada masyarakat yang berinteraksi langsung kepada masyarakat," terangnya.

Baca Juga: Euforia Meledak Saat Ganjar-Mahfud MD Dapat Nomor 3, PDIP Surabaya: Persatuan dan Kemenangan

 

Kerap Akrobat Hukum dan Usaha

Lantas seperti apa pengusaha hitam? Ketua Kamar Dagang dan Industri Provinsi Jawa Timur (Kadin Jatim) Adik Dwi Putranto, menjelaskan bahwa sangat sedikit pengusaha yang bergerak di zona hitam. Akan tetapi mereka yang disebut pengusaha hitam, menurut Adik, pengusaha yang kerap tidak taat hukum dan berakrobat untuk mempermainkan izin usaha mereka.

"Semua pengusaha pada dasarnya adalah pengusaha putih, sangat sedikit sekali pengusaha yang memutuskan bergerak di zona hitam. Misalnya bergerak di bidang ilegal. Mengapa disebut pengusaha hitam, biasanya pengusaha tersebut tidak mempunyai izin usaha dan tidak menataati aturan hukum yang berlaku," ujar Adik kepada Surabaya Pagi, Selasa (1/9/2020).

Namun, Ketua Kadin Jatim ini belum mau menjelaskan mengenai keberadaan pengusaha hitam. Dirinya hanya mengatakan masih banyak pengusaha putih yang bergerak di berbagai bidang.

"Pasti ada, tapi jumlahnya sedikit. Masih banyak kok pengusaha yang putih dan bergerak di berbagai bidang usaha," pungkasnya. byt/adt/rko/cr3/rmc

 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU