Pengusaha Tas Surabaya Beralih Memproduksi Hazmat Guna Perangi Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 10 Apr 2020 14:33 WIB

Pengusaha Tas Surabaya Beralih Memproduksi Hazmat Guna Perangi Covid-19

Surabaya Pagi, Surabaya- Semakin meluasnya pandemi Covid-19 di Indonesia, membuat banyak perusahaan dan UMKM terpaksa memutus hubungan kerja (PHK) maupun merumahkan pegawainya karena besarnya biaya operasional yang tidak dapat ditanggung perusahaan. Namun permasalahan ini tak berdampak pada usaha pembuatan tas milik Andy Hwantono, yang telah beralih fungsi membuat baju hazmat atau Alat Perlindungan Diri (APD). Bahkan berkat usaha barunya tersebut Andy Hwantono kini berjasa menyumbangkan puluhan APD ke tenaga medis puskemas yang berada di wilayah Kecamatan Tambaksari Surabaya. Pengusaha UMKM kelahiran Surabaya 1982 tersebut, menyumbangkan puluhan baju hazmat berbahan Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram buatannya ke puskemas disekitar tempat usahanya. Baju hazmat buatan Andy merupakan bentuk pertisipasi dalam penanganan Covid-19 yang merebak di Kota Surabaya. Sunbangan ini dirasa cukup berarti bagi tenaga medis mengingat hingga kini masih banyak tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penangan Covid-19 yang kekurangan APD. "Karena kami lihat di Surabaya aja ya, kota besar ini itu masih banyak kekurangan APD apalagi yang di daerah-daerah. Karena suplai distribusinya ini APD sampai sekarang mungkin belum merata," kata Andy saat diwawancarai di tempat usahanya di Dukuh Setro 7A nomer 21 Surabaya. Andy mengatakan, pada awal Covid-19 menjangkiti Jawa Timur, dirinya sempat berpikir untuk merumahkan puluhan pegawainya karena tidak ada orderan sama sekali. Namun ketika rekanan dari instansi pemerintahan maupun swasta yang biasa pesan tas ransel ke tempatnya melihat baju hazmat yang dijual dengan harga tinggi di pasaran, maka Andy diminta memproduksi baju hazmat berstandar medis yang harganya terjangkau. Sehingga dari permintaan rekanannya tersebut, Andy memutuskan memulai membuat baju hazmat yang dijual Rp. 75 ribu, disamping memproduksi face shield dan masker kain untuk pesanan donasi ataupun dipakai sendiri oleh masyarakat. "Kami berusaha untuk membantu sebisa kami, apa yang bisa kami berikan," tambahnya. Andy juga merapkan Social Distancing dan mewajibkan pemakaian masker kepada seluruh pegawainya selama proses pengerjaan baju hazmat. Dalam sehari, Andy mampu membuat 500-700 baju hazmat pesanan dalam dan luar kota. Tapi dia merasa kesulitan mendapatkan bahan yang diperlukan, sehingga berharap pemerintah dapat mengimpor bahan Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram, supaya dirinya tetap bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan APD dengan harga terjangkau. "Untuk saat ini sebenernya kami terkendala bahan baku, bahan baku yang sekarang harganya sudah naik tinggi sekali tapi di satu sisi juga langka. Jadi ketersediaan bahan baku ini yang sangat butuhkan sebenarnya saat ini," ucapnya. Dia berharap semua pihak bisa bergotong royong dalam penanganan Covid-19, dan mendoakan agar pandemi virus ini bisa segera terselesaikan dan dapat beraktivitas seperti sediakala. Byob

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU