Perang Informasi Pilkada Surabaya, Telah Dimulai

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 12 Okt 2020 21:39 WIB

Perang Informasi Pilkada Surabaya, Telah Dimulai

i

Dr. H. Tatang Istiawan

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kemarin, saya mendapat viral daftar nama-nama ASN (Aparatur Sipil Negara) Pemkot Surabaya, disebut sebagai tim pemenangan Eri-Armuji.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Sediakan Pelayanan Kesehatan di Pustu-Posyandu

Susunan ASN tim pemenangan ini ditulis ada tim pengarah yang dijabat Sekota Ir. Hendro Gunawan. Juga ada nama-nama SKPD sampai camat-camat. Membaca susunan tim pemenangan ini, saya tidak yakin tim ini resmi dibuat oleh Pemkot Surabaya.

Apalagi tidak ada pejabat diatas Sekota yang menandatanganinya. Bisa jadi, sebaran menggunakan ASN dalam tim pemenangan Eri-Armuji ini dibuat oleh kelompok anarko. Bisa juga kompetitornya. Atau jangan-jangan disusun oleh tim pemenangan Eri-Armuji sendiri. Penyusunan ini bisa jadi untuk menyudutkan paslon MA-Mujiaman. Ini mengingat pilkada Surabaya, 2020 hanya diikuti dua paslon.

Modus seperti ini bagian dari perang informasi atau Cyberwar. Pola ini sering diterapkan dalam operasi militer berdasarkan prinsip-prinsip informasi (Arquilla & Ronfeldt, 1993; Brose, 2012). Tetapi sekarang perang informasi tidak hanya dilakukan hanya dalam operasi militer semata. Kini cyberwar dimanfaatkan dalam politik juga dengan penggunaan teknologi. Terkait konflik kepentingan.

Diantara strategi perang informasi ada yang bernama nonviolent struggle. Strategi ini dikenal sebagai salah satu cara yang digunakan dalam konflik. Perang informasi dengan strategi ini dalam pelaksanaannya tidak melibatkan adanya tindak kekerasan fisik terhadap lawan.

Menurut Gene Sharp, pengertian dari nonviolent struggle atau nonviolent actions adalah “..is a technique used to control, combat and destroy the opponents’s power by nonviolent means of wielding power. The Politics of Nonviolent Action is a major explorations of the nature of nonviolent struggle” (Sharp, 2013).

Dalam kutipan definisi nonviolent struggle ini, Gene Sharp menyatakan, perjuangan tanpa kekerasan adalah sebuah teknik untuk mengontrol, melawan, dan menghancurkan kekuatan lawan dengan memanfaatkan kekuatan melalui cara yang damai atau tanpa kekerasan.

Dan pelaksanaan nonviolent struggle, masih menurut Gene Sharp dalam tulisannya berjudul How Nonviolent Struggle Works dapat dibedakan menjadi tiga metode yakni protes atau persuasi, noncooperation, dan intervensi (Sharp, 2013).

Pengelolanya disebut spin doctor. Seorang spin doctor bertugas membentuk image melalui performance politisi di hadapan publik menggunakan media cetak, online dan atau elektronik. Goalnya bisa membentuk opini positif dan opini negative. Keduanya untuk mengantarkan politisi memenangkan suatu pemilihan.

Nah, keahlian seorang spin doctor dalam membentuk image politisi, harus disokong kemampuan untuk mengarap media  yang bisa menarik audience. Bahkan sekaligus mampu melakukan penelitian terhadap lawan politik.

Ini mesti dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai lawannya. Selain itu, seorang spin doctor harus mampu mengantisipasi sesuatu yang berjalan diluar rencana. Misalnya performa politikus kadang-kadang gagal karena jurnalis menampilkan berita yang buruk mengenai diri politikus yang menjadi kliennya.

Tugas lain dari seorang spin doctor adalah merancang berita yang dapat menimbulkan kerusakan. Dalam kasus ini, spin doctor yang memiliki rancangan seperti ini dituntut untuk mampu menyelesaikan krisis tersebut. Misalnya Ketika isu negatif muncul mengenai politisi yang diwakilinya, spin doctor bertanggung jawab meredam isu itu dan mengubah nya menjadi isu yang positif. (Louw 2005).

Ini karena spin Doctor menurut Louw (2005) adalah sekelompok atau individu yang mampu meletakkan sebuah rencana yang baik pada sebuah media pemberitaan bagi organisasi, terkait masalah politik.

Pendeknya, masih menurut  Louw, spin doctor adalah pemain politik dalam kaitan penyebaran pesan melalui media untuk mengarahkan opini publik.

Malahan menurut Graber (dalam McNair, 2004),  spin doctor adalah sekelompok individu yang mempunyai kemampuan mengusai publik, menggerakkan massa dan menguasai media sekaligus sebagai konseptor politik yang bertujuan untuk mengarahkan opini publik.

Nah, pembuatan contens saat itu ditebar sebagai tim pemenangan Eri-Armuji. Tim ini dari kalangan ASN. Dan dalam viral tersebut, bukan tidak mungkin dilakukan oleh spin doctor. Termasuk disusun oleh relawan atau simpatisan Eri-Armuji, untuk memojokkan MA-Mujiman. Inilah praktik seni propaganda dalam kaitannya dengan pengarahan opini publik sekaligus membangun popularitas.

Maklum, spin doctor adalah orang atau sekelompok orang yang mempunyai kemampuan merancang strategi kampanye, melalui media untuk memenangkan kandidat dalam pemilihan. Artinya semakin ahli individu spin doctor dalam membangun opini dan hubungan dengan media, ia akan semakin mudah mempengaruhi publik. Terutama untuk mencapai tujuannya dalam proses menggiring publik. (Louw, 2005).

***

Baca Juga: Pemkot Surabaya Bagikan 6 Ribu Paket Sembako Serentak di 31 Kecamatan

Bagaimana bisa mendeteksi publikasi tim pemenangan Eri-Armuji yang terdiri ASN itu dikelola oleh spin doctor yang berpihak pada Eri-Armuji?

Salah satunya, keseriusan Eri-Armuji, melaporkan kasus ini di kepolisian dengan alat bukti yang dibutuhkan penyidik.

Secara hukum, Cyberwar terdiri dari dua jenis, yaitu; perang yang menggunakan teknologi informasi (“TI”) sebagai fasilitas; dan perang yang menjadikan sistem dan fasilitas TI sebagai sasaran.

Tingkat Polda, Polri sudah memiliki Unit Cyber Crime. Cara kerja Unit ini telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait kasus Cyber Crime dan Cyberwar. Bahkan hasil informasi yang saya peroleh dari Bareskrim Polri, standar yang digunakan Unit ini juga  mengacu kepada standar internasional yang telah banyak digunakan di seluruh dunia, termasuk oleh Federal Bureau of Investigation (“FBI”) di Amerika Serikat.

Penyidik Polri dalam proses penyidikan kasus Cybercrime dan Cyberwar menggunakan Laboratorium Forensik Komputer yang juga melibatkan ahli digital forensik dari Polri sendiri maupun pakar digital forensik di luar Polri.

Dasar penyidikan oleh Unit Cyber Crime, biasanya menggunakan UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan transaksi elektronika. Bukti yang dikumpulkan Unit Cyber Crime, bisa dijadikan alat bukti yang sah dalam pembuktian di Pengadilan nanti. Maka itu, sebagai praktisi pers, saya berharap laporan ke polisi yang dijanjikan tim sukses Eri-Armuji, benar-benar dilakukan, bukan sekedar gertak sambal.

***

Sadar atau tidak, netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) memang rentan atau mudah sekali dipakai untuk kepentingan calon petahana dalam Pilkada serentak di Surabaya.

Warga kota Surabaya saat ini menyaksikan dengan mata telanjang, yang mendukung paslon Eri-Armuji, bukan ASN saja, tetapi Wali Kota Tri Rismaharini, ikut campur dalam kampanye. Antara lain, foto-fotonya dipakai oleh paslon Eri-Armuji, dalam baliho-baliho yang bertebaran di berbagai sudut jalan kota Surabaya, termasuk di atas trotoar dan pohon-pohonnya.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Tertibkan Reklame Tak Berizin

Akal sehat saya mengatakan, netralitas Aparatur Sipil Negara dalam kontestasi Pilkada serentak 2020 ini perlu dikontrol bersama-sama oleh semua stakeholder warga kota Surabaya.

Maklum, sejauh ini telah ditemukan bermacam-macam modus yang jadi dugaan temuan adanya ASN mensuport paslon dari incumbent.

Aparatur Sipil Negara itu mulai dari sekretaris daerah, kepala dinas, kepala badan sampai camat dan lurah. Ini karena dengan jabatan dan fungsinya di Pemkot Surabaya. Dan mereka memiliki potensi untuk memobilisasi sumber daya manusianya, dana, sarana dan Prasarana dalam memenangkan calon yang kebetulan diusung oleh Wali Kota Risma.

Secara konseptual, seorang atau sekumpulan spin doctor bisa membuat strategi untuk memanipulasi opini yang biasa digunakan media. Ini karena spin doctor tahu strategi perang informasi dalam politik.

Salah satu strategi yang bisa dilakukan oleh spin doctor adalah melebih-lebihkan masalah.

Praktiknya, sebuah masalah dilebih-lebihkan agar membawa reaksi yang cukup serius dari masyarakat.

Strategi melebih-lebihkan ini pernah ditulis dalam sebuah  artikel yang diterbitkan oleh NASA pada tahun 2016.

Dalam artikel ditulis bahwa astrology adalah ilmiah, dan simbol dari pada zodiak-zodiak. Ia dapat berganti posisi. Sebagai contoh, vorgo menjadi leo. Majalah cosmopolitan juga membawakan berita ini sebagai temuan ilmiah dan mengklaim bahwa 80% orang akan berganti simbol zodiak. Artikel ini menyebar cukup cepat dan menuai berbagai macam respon, sehingga NASA memutuskan untuk menarik kembali artikel yang telah diterbitkan tersebut.

Nah, penyusunan tim pemenangan Eri – Armuji, yang dari ASN, bisa saja dilakukan oleh spin doctor tim Eri-Armuji, untuk mendegradasi lawan sekaligus mendapat reaksi serius dari warga kota. Ini karena, spin doctor bisa membuat strategi untuk memanipulasi opini yang biasa digunakan media cetak, media elektronika, media sosial dan media online. Kita tunggu laporan tim pemenangan Eri-Armuji ke kantor kepolisian. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU