Perilaku Warga Surabaya Rebutan Rapid Test, 100 Orang Reaktif

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 04 Jun 2020 23:09 WIB

Perilaku Warga Surabaya Rebutan Rapid Test, 100 Orang Reaktif

i

Ratusan hingga ribuan warga mengantri saat mengikuti rapid tes massal yang digelar oleh Badan Intelegen Negara (BIN) di Terminal Keputih, Surabaya, Kamis (4/6/2020). Foto: SP/Arlana

SURABAYA PAGI, Surabaya – Apa yang disiapkan Presiden RI Joko Widodo untuk memulai hidup new normal, sepertinya masih belum sepenuhnya diterapkan di Surabaya. Salah satu contoh yakni saat pemeriksaan rapid test massal yang digelar oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Kamis (4/6/2020) kemarin.

Dari ribuan warga yang hadir di Terminal Keputih Surabaya, perilaku warga Surabaya tidak terkontrol. Mereka pun berebut dan tak memperdulikan protokol kesehatan yang disiapkan petugas kesehatan dan Satpol PP yang disiapkan. Alhasil, dalam sehari, dari ribuan warga yang ikuti rapid test, 100 orang dinyatakan reaktif alias positif Covid-19.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

Dari pantauan Surabaya Pagi, antrian bertumpuk-tumpuk dan berdempet-dempet sejak pagi pukul 07:00 WIB, sudah terlihat di terminal Keputih Surabaya. Mereka rela berdesak-desakan, untuk mendapat test yang pertama. Bahkan, beberapa orang pun tak memakai masker dan saling pegang kepala, dan pundak antar sesama antrean.

“Sing penting antri mas. Timbang engkuk dijupuk wong liya. Lek gak ngunu, diserobot,” kata Ferry, salah satu warga Keputih yang antri tidak mengenakan masker, berjaket biru tua, celana lusuh dan bersandal jepit, saat nyeletuk dengan Surabaya Pagi, disela-sela antrian, Kamis (4/6/2020).

Bahkan, tak hanya Ferry, yang tak mengenakan masker. Juga dilakukan Andi, tetangga Ferry di daerah Keputih juga menghiraukan protokol kesehatan. “Sakjane yo ditegur mas. Cuma iki wis pengap, jadi tak buka sih,” kata Andi, tertawa.

Petugas yang berjaga tampak kewalahan karena, selain jumlah warga yang begitu banyak, warga juga acuh tak acuh saat diimbau menjaga jarak satu sama lain. Bukannya mundur dan menjaga jarak, mendengar seruan itu warga tampak bergeming dan tetap berdesak-desakan. "Ayo mundur, mundur, jaga jarak barisan kalian. Kalau tidak mundur, kalian tidak akan dilayani," seru Camat Sukolilo Amalia kepada warga, Kamis (4/6/2020).

 

Siapkan Ruang Isolasi
Tidak adanya phsycal distancing selama rapid test massal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota selaku fasilitator yang bekerjasama dengan BIN di wilayah Keputih Surabaya, disesalkan beberapa anggota DPRD Surabaya yang juga sidak di lokasi.
Seperti Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti yang berada di lokasi mengenakan APD lengkap dengan face shield, menyesalkan peristiwa berdesakan rapid test itu. “Soal antrean harus menjadi perhatian Tim gugus tugas COVID-19 Pemkot Surabaya. Agar physical distancing tetap terjaga dengan baik,” terang politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Menurut Reni, ketika warga yang datang cukup banyak dan antusias seperti itu, seharusnya diberlakukan antrian nomor. “Misalkan per-50 antrian dan lainya menunggu. Ini yang terjadi masih berdempetan. Harusnya bisa lebih tertib dan petugas dilapangan siap,” tegas Reni Astuti.

Sementara, dari data yang didapat Reni saat sidak, bahwa sebanyak 7-10 persen warga ternyata reaktif positif Covid-19. Pemkot diminta untuk segera menyiapkan ruang isolasi khusus sebagai tindakan lanjutan. “Jangan sampai dari data yang dinyatakan positif setelah hasil swab, ruang isolasi tidak ada. Segera persiapkan ruang isolasi baru bagi warga yang dinyatakan positif tersebut,” katanya.

 

Manajemen Pemkot Tidak Rapi
Senada dengan rekan separtai Reni, Aning Rahmawati selaku Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya menyebut bila ada yang salah dalam manajemen penanganan masalah di Pemkot Surabaya. Menurutnya, Pemkot terkesan kurang rapi dan tertata.

"Kelihatan sekali selama ini manajemen penanganan masalah Pemkot selaku fasilitator kerja BIN, karena yang punya wilayah terkesan kurang rapi dan tertata. Padahal sudah dapat masukan dari RT yang di Masjid Agung maupun Gunung Anyar harusnya yang dikeputih bisa lebih rapi," ungkap Aning, saat dihubungi Surabaya Pagi, Kamis (4/6/2020).

Politis PKS ini juga memberikan usul terkait teknis antrian selama melakukan rapid test untuk mengantisipasi kerumunan masa. "Harusnya pihak puskesmas dan juga kecamatan dan kelurahan mengantisipasi dengan menggunakan nomor urut misal 1-30 dulu, yang 30-500 masing-masing dapat nomor urut dan jam periksa. Biar tidak berjubel pas jam periksa baru datang, itu teknisnya. Khawatir nanti ada yang positif atau reaktif justru dari antrian itu" jelasnya.

 

Munculkan Klaster Baru
Terpisah, Tjutjuk Supariono, anggota Dewan Komisi D juga telah menerima beberapa aduan yang masuk pada fraksinya. "Jadi di beberapa tempat sudah ada beberapa aduan yang masuk ke PSI sendiri. Namun, dirinya kembali menegaskan kepada Pemkot dan Dinas Kesehatan untuk benar-benar menerapkan phsycal distancing," ujar pria yang disapa Bro Tjutjuk ini, Kamis malam.

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

Menurutnya, bila dalam pemeriksaan selanjutnya tidak diatur dan ditata, bukan tidak mungkin akan meninmbulkan kluster baru. "Hal-hal yang tidak menggunakan phsycal distancing juga akan menimbulkan kluster baru dan merugikan. Kalau petugas di lapangan tidak menerapkan phsycal distancing, brarti itu kesalahan teknis yang perlu diperbaiki untuk kedepannya. Kemungkinan kalau memang ini sangat urgent untuk dilakukan hearing, maka komisi D akan membantu pada waktu hearing," pungkas Tjutjuk.

 

100 Orang Positif
Sementara itu, usai pemeriksaan rapid test hari pertama di Terminal Keputih Surabaya, Kepala Poliklinik BIN dr Wulan menyebut dari kuota 1.000 warga, sudah melakukan rapid test sebanyak 746 orang. Sedangkan dari data sementara yang diperoleh, 100 orang dinyatakan reaktif dan langsung di-swab dan dikarantina di sejumlah tempat yang disediakan Pemkot Surabaya.

"Kuotanya hari ini (Kamis kemarin, red) 1.000. Sampai jam segini (14.50 WIB) sudah 746 orang. Yang reaktif ada 100. Ini campur ada juga yang dari luar kota juga. Tadi ada yang menginfokan itu ke saya," kata dr Wulan, Kamis (4/6/2020).

Jadi, menurut dr Wulan, yang reaktif langsung di-swab tes dan dikarantina di beberapa tempat sembari diberi hasil dari petugas Dinkes dan Linmas Pemkot Surabaya. Menurut dr Wulan, untuk warga yang reaktif paling tidak harus menunggu sekitar 2 hari hasil swab-nya. Lamanya hasil swab keluar disebabkan karena banyaknya warga yang ditemukan reaktif.

Sementara itu, dr Wulan juga sedang mencari solusi bagaimana tidak ada kekacauan dan keributan dalam rapid test Kamis (4/6/2020) kemarin. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, beberapa orang positif akan bertambah. "Kami cari solusi, memperbaiki administrasi, kami coba cari cara yang tercepat, jadi begitu mulai langsung banyak nyelesaikannya," kata dr Wulan.

Dia mengatakan bahwa kerumunan warga tersebut terjadi lantaran antusiasme masyarakat yang tinggi. Petugas pun sudah sempat menertibkan warga. "Tadi saya sudah pesan sama panitia, physical distancing harus ada tapi mungkin saking banyaknya jadi seperti itu," kata Wulan. Nyatanya, warga tetap bergerombol dan enggan menerapkan physical distancing. Wulan pun mengaku sudah berusaha terus mengingatkan.

 

Baca Juga: PPKM Dicabut, Dinkes Kabupaten Mojokerto Tetap Siagakan Ruang Isolasi

Pemkot Kekurangan Petugas
Membludaknya antrean rapid test di Terminal Keputih Surabaya membuat Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Irvan Widyanto kewalahan. Pria yang juga Kasatpol PP Surabaya ini menyampaikan bahwa massa yang datang terlalu banyak sehingga jumlah personil yang disiapkan kurang memadai untuk menertibkan.

“Kita jujur saja, petugas dengan jumlah warga yang akan di test tidak berimbang. Jadinya kuwalahan,” kata Irvan, Kamis.
Sekitar 100 personil gabungan dari Satpol PP, Linmas, Dinas Perhubungan (Dishub) dan dibantu dari Polri sudah melakukan imbauan kepada warga.

Namun, warga tidak menghiraukannya. Bahkan ketika terjadi penumpukan warga, ada penambahan petugas untuk mengatur warga yang akan tes.

"Mereka (warga) kurang sabar dan minta duluan untuk di tes. Ditambah lagi cuaca panas. Mereka tidak ingin berlama-lama. Kita sudah tambahkan tenda untuk berteduh. Kita sudah atur semuanya (penerapan protokol kesehatan Covid-19)," tuturnya.

Rencananya, tambah Irvan, akan melakukan evaluasi termasuk menyiapkan sistem antrian yang lebih baik dan menambah petugas yang memadai. byt/byob/cr1/rmc

 

Catatan Redaksi:

Judul sebelumnya "Perilaku Warga Surabaya Rebutan Rapid Test, 100 Orang Positif". Dikarenakan hasil pemeriksaan rapid test awal masih berupa reaktif atau non reaktif. Sementara untuk mengetahui positif Covid-19, selain rapid test, juga ditentukan dengan tes swab PCR. Untuk itu, redaksi telah keliru memuat judul itu dan telah mengganti judul yang benar. Redaksi mohon maaf.

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU