Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 22 Jul 2019 11:05 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Sejumlah ekonom mulai menyoroti beberapa indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga semester I 2019, dikarenakan beberapa hal mulai menunjukkan perlambatan. Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia (EconAct) Ronny P Sasmita, salah satunya. Menurutnya, ada lima hal yang bisa menjadi alarm bagi pemerintah. Pertama, stagnasi tingkat konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data dari BPS, ekonomi Indonesia kuartal I 2019 hanya tumbuh 5,07 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau tumbuh negatif 0,52 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Salah satu penyebab ekonomi tumbuh tidak maksimal adalah melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. "Pada kuartal I 2019, pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 5,01 persen secara tahunan. Meski lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu, angka tersebut sedikit melambat dari kuartal IV 2018 yang mencapai 5,08 persen," kata Ronny, Senin (22/7). Kedua adalah pelemahan kapasitas ekspor nasional akibat pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Berdasarkan data BPS, selama periode Januari-Juni 2019, ekspor Indonesia tercatat US$80,32 miliar atau turun 8,57 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 87,88 miliar. Penurunan ekspor memberikan gambaran lesunya sektor-sektor terkait, terutama sektor komoditas yang merupakan penopang ekspor terbesar Indonesia. Ketiga adalah perlambatan investasi. Pada kuartal I lalu, dipaparkan Ronny, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi sebesar Rp 195,1 triliun atau hanya tumbuh 5,3 persen. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya bisa mencapai 11,8 persen secara tahunan. Keempat adalah dari sisi penerimaan negara. Di sektor pajak, pada semester I 2019, realisasinya tercatat Rp 603,34 triliun atau 38,24 persen dari target APBN 2019. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, realisasi tersebut hanya tumbuh 3,7 persen. Pemasukan dari Pajak Penghasilan (PPh), penolong terbesar setoran pajak, hanya mampu tumbuh 4,71 persen menjadi Rp 376,33 triliun. Bahkan, setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merosot 2,66 persen menjadi Rp 212,32 triliun. Jika dilihat secara sektoral, industri pengolahan, kontributor terbesar penerimaan pajak, setorannya tahun ini tercatat Rp 160,62 triliun atau turun 2,6 persen dibandingkan tahun lalu. Penurunan juga terjadi pada penerimaan pajak di sektor pertambangan sebesar 14 persen menjadi Rp 33,43 triliun. jkt

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU