Pesan Brasil Kepada Dunia: Presiden Kita Salah Tentang Virus Corona

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 03 Apr 2020 14:29 WIB

Pesan Brasil Kepada Dunia: Presiden Kita Salah Tentang Virus Corona

SURABAYAPAGI.com, Brasil - Pandemi Covid-19 memang sangat kejam. Dan itu bukan virusnya. Bahkan film bencana Hollywood yang paling aneh tidak akan menghibur gagasan tentang presiden yang mendorong masyarakat untuk lebih banyak keluar (lockdown) selama keadaan darurat bagi kesehatan masyarakat, seperti yang telah dilakukan Jair Bolsonaro. Maraknya informasi yang beredar mengenai pandemi virus corona (Covid-19) terkadang membuat orang salah menyebarkan berita palsu atau hoaks di media sosial. Para pemimpin dunia ternyata tidak luput dari kesalahan tersebut. Facebook dan Twitter menyatakan telah menghapusposting dari para pemimpin dunia karena menyebarkan informasi yang salah tentang virus corona. Facebook menghapus video dari Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang mengklaim hydroxychloroquine benar-benar efektif dalam mengobati virus. Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menepis isu mengenai pandemi virus corona (COVID-19) yang sedang berlangsung dan menekankan bahwa bahwa hidup terus berjalan terlepas dari kondisi yang saat ini terjadi di negara itu. Dia menyiratkan bahwa korban meninggal dunia akibat penyakit itu di Brasil telah dilebih-lebihkan untuk tujuan politik. Bolsonaro telah bersitegang dengan banyak gubernur di Brasil yang telah memberlakukan larangan perdagangan yang tidak esensial dan terus menuduh Bolsonaro memprioritaskan ekonomi atas kehidupan warganya. Bolsonaro telah berulang kali meremehkan virus tersebut dan mendorong warga Brazil untuk mengabaikan saran medis tentang jarak sosial. Dihapusnya posting Bolosonaro mengikuti penghapusan yang dilakukan Twitter terhadap cara-cara perawatan buatan sendiri untuk mencegah virus corona yang dicuitkan Presiden Venezuela Nicolás Maduro. Kedua jejaring sosial itu sebenarnya jarang mengganggu pesan-pesan yang di-posting para pemimpin dunia, bahkan ketika pesan-pesan itu terbukti tidak benar. Akan tetapi, di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, kedua jejaring sosial utama itu di bawah tekanan untuk memerangi kesalahan informasi seputar penyakit tersebut. Twitter telah memperbarui panduannya untuk memerangi kesalahan informasi medis yang bertentangan dengan pedoman kesehatan masyarakat internasional. Demikian juga dengan Facebook yang berkomitmen untuk menghapus informasi yang dapat menyebabkan dampak kerusakan fisik. Posting yang diunggah Bolsonaro memperlihatkan dia berbicara kepada orang-orang di jalan-jalan Taguatinga. Dalam keterangan kepada BBC, Facebook mengatakan telah menghapus video dari situsnya dan dari Instagram, yang juga dimilikinya, karena melanggar standar komunitasnya karena menyebabkan kerugian. Pernyataan lanjutan yang dirilis Facebook melalui Buzzfeed dan The Verge mengklarifikasi klaim tentang hydroxychloroquine adalah alasan utama penghapusanposting tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sementara beberapa obat dapat memberi efek terhadap Covid-19, sejauh ini tidak ada pengobatan yang terbukti benar-benar efektif. Hydroxychloroquine dan senyawa terkait, chloroquine, masih tidak terbukti, dan hanya merupakan perawatan eksperimental. Meskipun kurangnya uji klinis, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sekarang telah menyetujui kedua senyawa, terdaftar sebagai obat antimalaria, untuk "penggunaan darurat" pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Potensi untuk kemungkinan pengobatan melebihi risiko yang diketahui, demikian disampaikan FDA. Sebelumnya pada Jumat, Gubernur Sao Paulo Joao Doria menuduh Bolsonaro menyebarkan "disinformasi" dengan menjalankan iklan televisi yang kritis terhadap pembatasan dan penguncian (lockdown). Kampanye, yang menggunakan slogan #BrazilCannotStop, mirip dengan yang diadopsi di Milan sebelum Italia utara menderita korban jiwa yang melonjak akibat virus. Menurut penghitungan yang dilaporkan oleh Johns Hopkins University, Brasil saat ini memiliki hampir 3.500 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, yang mengakibatkan 92 kematian. Infeksi di seluruh dunia mendekati 600.000, dengan lebih dari 27.000 kematian. Amerika Serikat sekarang memiliki kasus infeksi terbanyak, mencapai lebih dari 104.000.(the guardian/we/cr-02/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU