Petani Mojokerto dan Surabaya Panen Cabai, Harga Malah Merosot

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 23 Feb 2019 08:58 WIB

Petani Mojokerto dan Surabaya Panen Cabai, Harga Malah Merosot

SURABAYA PAGI, Mojokerto - Panen raya cabe di sejumlah wilayah di Mojokerto dan Surabaya, membuat harga cabai di tingkat petani menurun drastis. Hingga Jumat (22/2/2019), harga cabai di tingkat petani hanya sekitar Rp9 ribu padahal harga normalnya adalah Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram. Petani cabai rawit di Desa Temuireng Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto, mengeluh dengan murahnya harga cabai saat musim panen raya di awal tahun 2019 ini. Kasto salah seorang petani mengatakan, penurunan harga cabai awal tahun 2019 ini tidak lazim. Tahun ini harganya turun drastis kisaran antara Rp10 ribu sampai Rp12 ribu, padahal harga cabai sebelum ini sempat tembus Rp50 ribu per kilogram di tingkat pengecer. Para petani juga mengeluhkan, harga jual cabai saat ini tidak sesuai dengan biaya tanam, ditambah lagi dengan beberapa lahan yang terserang hama. "Kerugian petani semakin terpuruk dan hasilnya tidak bisa dipakai untuk biaya tanam selanjutnya," kata Kasto Sementara petani di Kelurahan Sumur Welut, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, , panen cabai sejak awal bulan Februari namun terjual dengan harga yang tergolong murah di pasar. "Harganya naik-turun sejak pekan lalu. Seperti hari Rabu kemarin dihargai Rp7 ribu per kilogram, kemarin naik jadi Rp9 ribu dan hari ini Rp10 ribu," kata Fatimah, salah seorang petani saat memanen cabai, Jumat (22/2/2019). Para petani setempat menjual cabai hasil panennya kepada tengkulak. "Ada banyak tengkulak yang bersedia membeli di sini," ujar nenek berusia 63 tahun itu. Dia menjelaskan seluruh petani di Sumur Welut Surabaya mulai menanam cabai sejak awal musim hujan di bulan November 2018 lalu. "Di luar musim hujan kami tidak menanam karena tidak ada air, tanahnya kering," katanya. Menurut Fatimah, rata-rata petani di Kelurahan Sumur Welut memilih menjual sawahnya karena sudah tidak tahan dengan hasil panennya yang sering kali laku murah di pasar. "Seperti sekarang ini, cabai cuma laku Rp7 ribu hingga 9 ribu perkilogram. Dulu ketika harganya sampai Rp110ribu perkilogram, cabai yang kami tanam justru tidak tumbuh," ucapnya. Belum lagi ketika hasil panennya rusak. Dia menunjuk pada sejumlah cabai hasil panennya yang terlihat kurang sehat dan hanya dihargai Rp3 ribu di tangan tengkulak namun bisa laku seharga Rp11 ribu hingga 12 ribu di pasar. Namun sejumlah petani di Kelurahan Sumur Welut Surabaya mengaku masih bertahan mengelola sawah meski kebanyakan hasil panennya laku dengan harga murah di pasar. Mj-01

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU