Home / Pilpres 2019 : Catatan Akal Sehat Demokrasi Indonesia Pilpres 201

Pidato Kebangsaan Prabowo, Sinyalnya, Bila Jokowi Terpilih lagi, Indonesia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Jan 2019 20:11 WIB

Pidato Kebangsaan Prabowo, Sinyalnya, Bila Jokowi Terpilih lagi, Indonesia

Senin malam lalu (14/01/2019, Prabowo-Sandiuno tampil memakai jas warna hitan hendak menyampaikan pidato kebangsaan. Tampilannya sangat elegan . Keduanya serasi sudah seperti membentuk sepasang kepala negara yang ideal. Satunya jenderal yang sudah pensiun. Wakilnya seorang pengusaha muda yang memiliki ausdower yang bagus. Maklum, Sandiaga, seorang olahragawan. Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memaparkan pidato kebangsaan bertajuk "Indonesia Menang", di Jakarta Convention Center (JCC) Plenarry Hall, Senayan. Praktis, Prabowo, berpidato kurang lebih selama 90 menit. Ketua Umum Partai Gerindra ini memulai pidatonya sekitar pukul 19.35 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.10 WIB. Kali ini, Prabowo, bukan menakut-nakuti soal Indonesia bubar dan punah, tetapi bahas masa depan Indonesia. Calon presiden nomor urut 02 ini bahkan mengkritik pernyataan yang menyebut bahwa Bangsa Indonesia akan bertahan selama seribu tahun lagi. Meski demikian, Prabowo, masih ragu dengan situasi negara saat ini. Ia menyebut situasi yang tengah dialami Indonesia saat ini sebagai kejanggalan atau paradoks. Artinya negara yang memiliki kekayaan yang melimpah tapi rakyatnya hidup miskin. Dalam pidato kebangsaannya, Prabowo juga menegaskan tentang apa yang diperjuangkan bersama koalisinya, yaitu demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Aman untuk semua, adil untuk semua, makmur untuk semua. Benarkah? Mari kita awasi bila Prabowo terpilih sebagai presiden Indonesia periode 2019-2024. *** Prabowo dalam pidatonya mengakui bahwa Indonesia menang adalah negara yang mandiri, bukan negara yang berutang, bukan negara yang tak membela rakyatnya, tidak membela petaninya, dan tidak membela nelayannya. Dalam kemenangan Indonesia, kata Prabowo Indonesia harus adil, makmur, aman untuk semua rakyat bukan hanya untuk orang kaya saja bisa mendapatkan keamanan. Bahkan janji Prabowo, bukan hanya untuk orang yang bisa bayar saja yang mendapatkan keadilan. Tapi, untuk seluruh rakyat Indonesia. Untuk Indonesia menang, Prabowo telah menyiapkan strategi dalam mewujudkan visi misi Indonesia menang yaitu butuh kerja keras dan kerja yang total. Salah satu yang dijabarkan dalam pidatonya adalah swasembada pangan, energi, air bersih dan membentuk lembaga hukum yang kuat hingga angkatan perang yang unggul. Prabowo meyakinkan rakyat bahwa Indonesia Menang adalah wujud untuk memenangkan rakyat Indonesia. Untuk itu, Ketua Umum Partai Gerindra memberi pemahaman, Pemilu bukan pestanya dan pasangannya Sandiaga Uno, tapi Pemilunya adalah pestanya masyarakat Indonesia. *** Akal sehat saya mengatakan, Judul pidato Capres Prabowo, ini, bisa mengundang polemik? Apakah selama ini Indonesia sudah kalah? Apakah saat ini dalam pilpres 2019 terjadi pertandingan antara Indonesia dengan negara lain? Akal sehat saya berkata dengan judul pidato kebangsaan Indonesia menang, Prabowo terkesan ingin mewakili bangsa Indonesia? Lalu pertanyaannya, Capres Jokowi, mewakili bangsa mana? Menurut akal sehat saya, judul pidato ini herois, tapi memiliki kandungan provokasi? Apakah sinyalnya bila Capres Jokowi yang terpilih kedua sebagai presiden, maknanya Indonesia kalah? Punah? Atau malah bubar? Kita lihat kelak setelah pencoblosan 17 April 2019. *** Sebagai pembelajar, saya masih ingat bunyi Alinea 4 Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupanbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Makna alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini memuat prinsip-prinsip negara Indonesia, yaitu : Tujuan negara yang akan diwujudkan oleh pemerintah Negara, Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar, Bentuk negara, yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat dan Dasar negara yaitu Pancasila. Jadi, alinea empat ini mengemban empat amanat bagi pemimpin negara dalam memakmurkan bangsanya yaitu Melindungi segenap bangsa indoenesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum., Mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keempat tujuan negara tersebut merupakan arah perjuangan bangsa Indonesia setelah merdeka. Kemerdekaan yang telah dicapai harus diisi dengan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan tujuan negara. Sehingga secara bertahap terwujud cita-cita nasional yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. *** Dalam catatat Negara, sepanjang era pemerintahan Jokowi-JK, utang pemerintah bertambah Rp 1.644,22 triliun. Jumlah tambahan utang ini berasal dari perhitungan jumlahutang pemerintah pada 2014 sebesar Rp 2.608,8 triliun, kemudian bertambah menjadi 4.253,02 triliun per Juli 2018. Utang yang diambil ini diklaim oleh pemerintah lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan produktif, seperti banyak dialokasikan kepada pembangunan infrastruktur. Tapi menurut Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri, utang dan pembangunan infrastruktur hubungannya sangat kecil. Dengan kondisi ini, Faisal menyebut utang yang tembus hingga Rp4.000 triliun tidak sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang selama ini dinyatakan oleh Pemerintah. Faisal Basri menggambarkan, utang itu relatif kecil hubungannya dengan pembangunan infrastruktur, karena bangun infrastruktur, yang berutang bukan APBN tapi BUMN. Dia mencontohkan, untuk pembangunan LRT penggunaan APBN hanya Rp1,6 triliun. Selebihnya adalah utang yang dikumpulkan sendiri oleh BUMN, Adhi Karya. Juga pembangunan transmisi listrik, dulu di APBN sekarang PLN yang bangun. Dengan kondisi Faisal menilai utang paling besar tidak digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur tapi sektor lainnya. *** Dalam menelusuri kemungkinan faktor faktor penghambat Capres Jokowi terpilih kembali pada pilpres nanti, faktor yang paling kuat Jokowi dituding anti islam. Ini dikaitkan dengan terbitnya perppu ormas, dimana beberapa ormas yang merasa disakiti. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah kelompok yang paling keras suaranya melawan peraturan tersebut. HTI bahkan pernah menurunkan massa yang cukup banyak. Penurunan masa oleh HTI mengesankan, ormas ini menunjukkan mudah untuk memboikot jokowi pada pilpres 2019 kali ini. Contohnya, sejak itu muncul tagar #2019gantipresiden. Moment ini, hasil kajian akal sehat saya, digunakan sebagai kesempatan yang tidak akan disia-siakan untuk menembak jatuh elektabilitas Jokowi dengan komentar sinis di berbagai media massa. Ditambah pula munculnya permainan psikologis dari berbagai sosial media yang rasanya tidak mungkin untuk dihentikan. Ada komentar negatif hingga fitnah dan kebencian. Semua ini seperti menjadi kumpulan senjata untuk merobohkan keyakinan pemilih untuk memilih Jokowi kembali, terkhusus untuk pemilih pemula, yang selama ini banyak yang simpati pada HTI. Akal sehat saya harus jujur mengakui kinerja Jokowi dalam masalah pembangunan makro seperti membangun infrastruktur adalah sebuah kesuksesan. Disana ada jalan tol, pelabuhan hingga bandara . Tapi saat kampanye empat bulan terakhir ini, mulai bertebaran faktor penurun elektabilitas jokowi. Pertama, isu anti islam. Kedua, ketimpangan sosial dan ekonomi kelas bawah. Ketiga polemik partai pengusungnya PDIP dengan KPK. Dan keempat salahnya Jokowi, memilih pasangannya Mahruf Amin dengan menyingkirkan tokoh Madura, Prof. Mahfud MD. Faktor-faktor penurunan ini yang oleh lawan Jokowi, dipastikan Capres Jokowi akan kalah dalam Pilpres 2019. Mari kita tunggu. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU