Pilgub Jatim, Jokowi Dukung Khofifah atau Gus Ipul?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 20 Jan 2018 00:16 WIB

Pilgub Jatim, Jokowi Dukung Khofifah atau Gus Ipul?

SURABAYAPAGI.com, Surabaya Setelah Presiden Jokowi melakukan reshuffle menteri, kini dukungan Istana di Pilgub Jatim 2018 jadi perdebatan. Dukungan Jokowi mengarah ke Khofifah Indar Parawansa atau ke Syaifullah Yusuf (Gus Ipul)? Tak dipungkiri, Khofifah cukup berjasa pada Jokowi, baik saat Pilpres 2014 silam maupun saat menjadi Menteri Sosial (Mensos). Namun di sisi lain, PDIP sebagai parpol pendukung utama Jokowi tidak mengusung Khofifah di Pilgub Jatim, melainkan ke Gus Ipul. Terlebih lagi, Puti Guntur Soekarno yang tak lain keponakan dari Ketum PDIP Megawati diduetkan dengan pria yang saat ini masih Wagub Jatim itu. Kini, posisi Khofifah sebagai Mensos digantikan Idrus Marham, Sekjen demisioner Partai Golkar. Khofifah mundur dari jabatan Mensos, karena fokus berjuang memenangkan Pilgub Jatim 2018. Khofifah Indar Parawansa akan berduet dengan Emil Elistyanto Dardak (Bupati Trenggalek) sebagai pasangan Cagub-Cawagub yang diusung enam parpol. Yakni, Partai Demokrat (13 kursi), Golkar (11 kursi), Nasdem (4 kursi), PPP (5 kursi), Hanura (2 kursi), dan PAN (7 kursi), dengan total kekuatan kursi parlemen sebanyak 42 kursi. Sedang pasangan Gus Ipul-Puti didukung PKB (20 kursi), PDI-P (19 kursi) PKS (6 kursi) dan Gerindra (13 kursi) dengan total kekuatan kursi parlemen 58 kursi. Banyak spekulasi politik muncul setelah Jokowi mengganti Ketua Muslimat NU itu. Apakah dia akan didukung istana di Pilkada Jatim untuk kepentingan Pilpres 2019, atau Khofifah sengaja dicopot oleh istana, mengingat tidak ada payung hukum yang mengatur bahwa menteri harus mundur untuk mengikuti pilkada. Mochtar W Utomo, Direktur Surabaya Survey Center (SSC), menyebut banyak indikasi yang mengarah pada dukungan istana terhadap Khofifah. Dari komposisi koalisi partai pendukung, kedekatan personal, hingga pemahaman visi. "Kedekatan personal jelas, sejak Pilpres 2014 Khofifah menjadi pendukung Jokowi dengan segenap basis suaranya, hingga dia mendapat kepercayaan sebagai Mensos," jelasnya, kemarin. Dalam komposisi koalisi partai pendukung, juga terdapat lengkap partai-partai yang selama ini menjadi pendukung Jokowi, seperti Partai Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP. Dosen Fisip Unair Hariyadi punya pandangan berbeda. Ia merasa ragu bahwa Khofifah didukung oleh istana di Pilkada Jatim. "Jika didukung Istana, maka Istana pasti akan mempertahankan karena tidak ada regulasi yang mewajibkan dia mundur dari menteri," katanya. Mundurnya Khofifah, menurut dia, bisa dispekulasikan sebagai kesadaran etik dari Khofifah. Namun, bisa juga dikatakan bahwa Khofifah dipaksa mundur oleh Istana, karena secara hitungan politik, untuk kepentingan upaya pemenangan, akan jauh lebih menguntungkan jika Khofifah tetap dalam posisi Mensos. Banyak program Mensos yang bisa dipakai sebagai instrumen mengooptasi publik pemilih. Jika benar dan sungguh-sungguh Khofifah didukung dan ditugasi oleh Istana untuk menang, maka logikanya Istana akan mempertahankan posisi Khofifah sebagai Mensos. "Tapi kenyataan Khofifah lepas jabatan, patut diduga Istana tak lagi atau memang tak pernah mendukung apalagi memerintahkan Khofifah untuk maju dan memenangi Pilgub Jatim 2018," papar dia. Lalu, apa kata Khofifah? Politikus asli Surabaya ini mengatakan perspektif politiknya terhadap Presiden Jokowi tak akan berubah, meskipun dirinya tak lagi menjadi Mensos. Jika terpilih sebagai Gubernur Jatim, Khofifah mengatakan akan tetap mendukung program Jokowi. "Saya ini kemarin anggota kabinet kerja, teman-teman bisa lihat perspektif saya terhadap Jokowi-JK dan bagaimana saya dengan tim kabinet kerja. Kita pernah berikhtiar bersama untuk pembangunan kesejahteraan sosial," kata Khofifah. Khofifah sempat menyinggung mengenai dukungan Partai Demokrat terhadap Cagub Jawa Barat Deddy Mizwar. Di mana Demiz disyaratkan harus menandatangani kontrak politik untuk siap mengusung Capres dari Demokrat untuk Pemilu Presiden 2019. Kata Khofifah, dukungan terhadap Demokrat kepadanya di Jawa Timur tidak sama dengan di Jawa Barat. Ia sama sekali tidak diminta untuk menandatangani kontrak politik untuk Pemilu 2019. "Tidak ada tanda tangan kontrak untuk Capres," ucap Khofifah. Andai nanti terpilih sebagai gubernur Jatim, Khofifah akan mendukung Jokowi. Sebagai bekas anggota kabinet kerja, Khofifah tahu visi Jokowi adalah mengentaskan kemiskinan. Terlepas dirinya terpilih atau tidak jadi gubernur dan bukan lagi menteri kabinet, Khofifah yakin siapapun akan tergerak mendukung sosok yang punya visi melakukan percepatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. n jk/ifw/rko

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU