Home / Pilpres 2019 : Jelang Reuni Akbar 212, Amien Rais Lontarkan Istil

Pilpres Didramatisir

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 01 Des 2018 08:49 WIB

Pilpres Didramatisir

Laporan: Jaka Sutrisna - Jemmi Purwodianto SURABAYA PAGI, Jakarta Sehari menjelang Reuni Akbar Mujahid 212 di Jakarta, Amien Rais yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno melontarkan kode keras. Politikus Senior PAN itu mengibaratkan Pilpres 2019 yang digelar 17 April 2019, bagaikan Armageddon dan perang Baratayuda. Pengandaian itu pun menjadi perdebatan publik. Kubu Prabowo-Sandi menyebut ada masalah krusial dan genting di Pilpres. Sedang kubu Joko Widodo-Maruf Amin menganggap mantan Ketum PP Muhammadiyah itu hanya menakut-nakuti saja. -------- Amien bicara soal Armageddon saat berbicara di hadapan sejumlah peserta Muktamar Pemuda Muhammadiyah XVII di Yogyakarta. Amien bicara soal pilpres yang sudah dekat dan sebentar lagi bakal ada Baratayuda atau Armageddon. "Ini permainan memang tinggal empat setengah bulan lagi. (Tanggal) 17 April itu adalah pertaruhan yang terakhir apakah unsur-unsur PKI akan menang ataukah sebaliknya," kata Amien Rais dalam video pertemuan yang menyebar di kalangan Muhammadiyah, Jumat (30/11/2018). Pertemuan itu digelar pada Rabu (28/11), tepat di malam sebelum pemilihan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah. Pertemuan digelar di lantai 8 Cavinton Hotel Yogyakarta, yang dihadiri Amien Rais, Dahnil Anzar Simanjuntak, dan salah satu caketum Pemuda Muhammadiyah, Ahmad Fanani. Bicara soal pilpres yang sudah dekat, Amien mendorong kader Pemuda Muhammadiyah yang hadir melakukan konsolidasi. "Ini pertarungan Baratayuda, Armageddon, sudah kurang dari empat setengah bulan. Jadi kita harus betul-betul konsolidasi," papar Amien. Namun, Amien tak menjelaskan apa itu Baratayuda dan Armageddon yang dimaksudkannya. Dari Wikipedia, Armageddon merupakan film fiksi ilmiah tentang akhir zaman. Film ini pernah meraih nominasi Academy Awards sebagai Film Bencana Terbaik pada 1998. Film ini disutradarai Michael Bay dan diproduseri Jerry Bruckheimer. Sederet bintang top jadi pemain utama film ini, seperti Bruce Willis, Ben Affleck, Liv Tyler, dan Billy Bob Thornton. Sedang Baratayuda, sebuah perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawa dan Kurawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabarata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India. Lantas, adakah hubungan Armageddon dan Baratayuda dengan coblosan Pilpres 17 April 2019? Sejumlah pakar politik menilai pengandaian Pilpres 2019 sebagai perang Baratayuda maupun Armageddon oleh Amien Rais, terlalu berlebihan (lebay). Amien dinilai terlalu menghiperbolakan peta Pilpres saat ini, dimana Prabowo dan Jokowi kembali bertarung untuk kedua kalinya. Demikian diungkapkan pakar komunikasi politik Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo, dosen Fisip Unair Fahrul Muzakki, Direktur Surabaya Survei Center (SSC) Mochtar W Oetomo dan pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio. "Kalau menurut saya itu terlalu mendramatisir, sebab setiap 5 tahun kita sudah beberapa kali melakukan Pilpres. Jadi kalau diibaratkan seperti Armagedon, masak iya pilpres seperti mau kiamat," kata Fahrul dihubungi Surabaya Pagi, Jumat (30/11/2018). Malahan, lanjut Fahrul, selain berlebihan, pernyataan tersebut akan berisiko bagi masyarakat awam. Terlebih masyarakat yang menelan mentah-mentah apa yang disampaikan Amien Rais. Mereka akan berfikiran jika Pilpres 2019 akan ada perang saudara. "Yang berbahaya itu jika masyarakat awam menelan mentah-mentah pernyataan perang baratayudha. Mereka akan beranggapan jika Pilpres 2019 mendatang akan ada perang saudara," tambah Fahrul. Hiperbola Hal senada disampaikan Suko Widodo. Menurutnya, jika disamakan perang habis-habisan seperti Baratayuda, maka apa yang disampaikan Amien Rais sangatlah hiperbola. Menurutnya, warga yang saat ini sudah dewasa atau cerdas dalam bersikap, tidak akan terpengaruh akan konflik di kalangan elit. "Masyarakat pasti tidak akan terpengaruh itu ada konflik atau peperangan di kalangan elit. Sebab warga kita sekarang sudah pada cerdas, jadi tidak akan terpengaruh," tandas Suko yang dihubungi melalui sambungan telepon. Keduanya pun menilai pernyataan tersebut tidak ada hubungannya dengan kecurangan pada Pilpres 2019. Meski demikian, menurut Mochtar, ia menilai dalam pemilu tidak ada kata jujur. "Dalam pemilu pasti ada kecurangan mas, tapi pernyataan itu (Pilpres Armageddon dan Baratayuda, red) tidak ada kaitannya dengan curang atau tidaknya Pilpres besok," tutur Mochtar. Meski begitu, baik Mochtar, Fahrul dan Sukowidodo mengakui kondisi politik saat ini yang terus memanas. Setiap statement dari kalangan atas akan membawa konflik kalangan elit. Bahkan sudah menjalar ke kalangan bawah. Terlebih masalah krusial seperti kasus dana kemah Pemuda Muhammadiyah dan Aksi 212 yang akan di gelar besok, Minggu (2/12/2018). Ketiga pakar tersebut mengatakan jika masalah-masalah tersebut tidak seharusnya kalangan elit mempertontonkan hal yang membuat perpecahan di kalangan bawah (grass root). "Seharusnya elit tidak boleh mempertontokan konflik di hadapan rakyat. Terutama tokoh agama yang menjadi ujung tombak masyarakat, jangan dimanfaatkan untuk kepentingan politik," ucap Fahrul. Mengarah ke Prabowo Sementara itu, Hendri Satrio punya pandangan menarik. Kata Hendri, pernyataan Amien yang menyebut 17 April 2019 sebagai Armageddon itu berlaku bagi capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. "Kalau diartikan oleh Amien Rais itu adalah akhir dari karir politik Prabowo bisa saja. Karena kalau Prabowo kalah di 2019 ya saya rasa sudah tertutup kemungkinan dia maju lagi di 2024. Jadi 2019 ini kalau memang diartikan dengan langkah terakhir ya memang langkah terakhir. Kalau gagal sudah nggak bisa lagi," tuturnya. Hendri juga menyayangkan pernyataan Amien yang dinilainya terlalu menghiperbolakan suatu pesta demokrasi. "Menurut saya kalau yang Baratayuda menurut saya nggak tepat ya. Karena masak sih Pilpres sampai mengorbankan nyawa. Baratayuda itu kan nyawa yang dikorbankan," papar dia. Menurut Hendri, suatu pesta demokrasi haruslah diwarnai dengan narasi politik yang menyejukkan. Bukan malah menebarkan narasi yang menimbulkan ketakutan di masyarakat. "Ini kan pesta demokrasi ini harusnya aman, damai, ceria, namanya pesta. Nggak perlu sampai bunuh-bunuhan seperti Baratayuda. Nggak pas. Asli nggak pas," katanya. Direspon Tim Prabowo Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade menyebut bahwa 17 April 2019 adalah hari krusial dalam menentukan nasib bangsa. "Yang jelas bagi kami Partai Gerindra dan seluruh masyarakat yang menginginkan perubahan, 17 April adalah hari yang sangat krusial bahwa perubahan nasib bangsa tergantung di tanggal itu," ungkap Andres menanggapi lontaran Amien Rais tersebut. Perubahan yang dimaksud Andre utamanya dalam aspek ekonomi. Ia pun mengingatkan para pendukung Prabowo-Sandi untuk ikut menjaga kemenangan di TPS masing-masing. "Kalau rakyat ingin ekonomi membaik, kalau mau lapangan pekerjaan terbuka, kebutuhan bahan pokok terjangkau, korupsi diberantas, ya kita harus bersungguh-sungguh menghadapi 17 April 2019," ujarnya. "Jaga TPS masing-masing, jaga kemenangan di masing-masing TPS demi Indonesia berubah. Jangan sampai 17 April kita kalah akhirnya Indonesia makin terpuruk seperti sekarang," lanjut politisi Partai Gerindra ini. Namun saat ditanya lebih lanjut soal pernyataan Amien, ia enggan berkomentar. Menurut Andre, ucapan soal armageddon itu terlontar di forum internal. "Kami tidak bisa mengomentari lebih jauh soal pernyataan Pak Amien di acara internal tersebut," kelit dia. TKN Jokowi Sedih Sementara itu, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin mengaku sedih dengan pernyataan Amien Rais. Wakil Ketua TKN Jokowi-Maruf, Abdul Kadir Karding, mengatakan Pilpres seharusnya dilihat sebagai sebuah pesta demokrasi yang menggembirakan. Ia mengaku bingung mengapa Amien justru mengibaratkan tanggal 17 April 2019, yang merupakan hari pencoblosan Pilpres, sebagai armageddon alias akhir zaman atau kiamat. "Sedih saya, sekarang banyak tokoh seperti Pak Amien, melihat pilpres itu sebagai perang, sebagai bencana yang akan menghancurkan bumi," ujarnya di Jakarta, Jumat (30/11/2018). "Saya pribadi memandangnya pilpres ini kita lihat biasa-biasa saja. Santai-santai saja. Da kita ingin memilih pemimpin yang kira-kira ke depan yang membawa kita menuju ke kemaslahatan, kebaikan," lanjutnya. Hal senada dilontarkan Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily. "Jangan ditarik-tarik ajang demokrasi ini seperti perang. Rileks saja. Justru kalau Pak Amien Rais selalu menyampaikan narasi peperangan dalam pilpres, membuat demokrasi kita nanti menakutkan," ucap Ace kepada wartawan, Jumat (30/11/2018). Ace mengatakan pilpres tak bertujuan membuat kerusakan. Ia mengimbau agar tak ada lagi narasi yang menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. "Proses itu bukan perang Baratayuda, bukan Armageddon, bukan ajang untuk saling menjatuhkan. Tapi adu program, gagasan, dan ide yang terbaik untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa," ungkapnya. Ia pun mengingatkan substansi dalam pilpres ialah tentang visi-misi capres-cawapres. Menurut Ace, sebaiknya Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno beradu gagasan. "Kemukakan program-program unggulan Pak Prabowo. Kami akan tanggapi dengan prestasi kepemimpinan Pak Jokowi," pungkasnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU