Home / KabarPartaiPolitik : Muncul Enam Nominasi Kader PDIP dan non Partai yai

Pilwali 2020, Pasar Bebas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 11 Jun 2019 08:43 WIB

Pilwali 2020, Pasar Bebas

Riko Abdiono, Rangga Putra, Hermi, Alqomar, Raditya M.K. Tim Wartawan Surabaya Pagi Meski masih satu tahun lagi, kursi Wali Kota Surabaya periode setelah Tri Rismaharini pensiun 2020 kembali menjadi rebutan para politisi di Kota Surabaya. Tak terkecuali dari internal PDI Perjuangan sendiri yang sudah mencatat rekor selalu menjadi pemenang di Pemilihan Walikota Surabaya di Tiga pilkada langsung sejak 2005 lalu. Namun, hingga Juni 2019, dari internal PDIP sendiri muncul 3 kelompok politik terkait nama-nama yang dimajukan untuk meneruskan kepemimpinan Tri Rismaharini. 3 kelompok itu diantaranya dari kelompok kultural atau akar rumput PDIP, kemudian kelompok struktural dan kelompok birokrat. Nama-nama pun muncul diantaranya Wisnu Sakti Buana yang kini menjadi Wakil Wali Kota Surabaya dan Ketua DPC kota Surabaya. Kemudian Puti Guntur Soekarno, cucu dari Bung Karno dan Keponakan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, lalu Moch. Nur Arifin alias Cak ipin yang saat ini menjabat Bupati Trenggalek. Selain itu juga muncul nama-nama diluar kader PDIP diantaranya Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin mantan Kapolda Jatim dan Ketua TKD Jatim Jokowi-Maruf Amin. Selain juga ada jago Khofifah Indar Parawansa yakni, KH Zahrul Azhar Asad (Gus Hans), santri muda yang juga Sekretaris Jenderal Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN), hingga jago Tri Rismaharini yang sejak dini sudah disiapkan, yakni Ery Cahyadi yang saat ini menjabat Kepala Bappeko Surabaya. Namun, PDIP yang sudah 20 tahun menguasai kota Pahlawan, masih trauma bila tidak mengusung non kader PDIP. Demikian diungkapkan Ketua DPD PDIP Jawa Timur Kusnadi, SH, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surrokhim Abdussalam dan Pengamat Politik yang juga Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi. Mereka dihubungi terpisah oleh Surabaya Pagi, Senin (10/6/2019), terkait nama-nama calon Wali Kota Surabaya yang disiapkan maju untuk Pemilihan Wali Kota Surabaya tahun 2020 mendatang. Saat ini santer beredar kabar di elit politisi Kota Surabaya, bahwa pilkada tahun 2020 nanti berlaku pasar bebas. Ini karena incumbent Tri Rismaharini tidak boleh lagi maju karena sudah dua periode menjabat. Sejumlah intrik dan polemik pun muncul di internal Pemkot Surabaya dan juga internal PDI Perjuangan sebagai partai terkuat di Kota Surabaya. Ketua DPD PDI-P Jawa Timur, Kusnadi SH, saat dikonfirmasi Surabaya Pagi belum lama ini menyampaikan Pilwali Kota Surabaya tetap menjadi atensi khusus bagi Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri. Karena ibarat daerah kekuasaan, Kota Surabaya ini adalah bagian paling penting untuk menjaga harga diri dan kredibilitas Partai berlambang banteng moncong putih ini. Pilwali Kota Surabaya sangat penting bagi PDI-P, maka kami tidak boleh sembarangan mengusung calon walikota di tahun 2020 nanti, ujar Kusnadi, kemarin. Ia menceritakan, di Jawa Timur ini ada beberapa daerah yang itu wajib dimenangkan oleh kader dari PDI-P. Selain Surabaya, juga ada Blitar, Malang, Kediri dan Banyuwangi. Daerah lain juga penting, tapi daerah yang sudah menjadi basis suara PDI-P calon yang diusung tidak boleh kalah, cetusnya. Utamakan Kader Sendiri Untuk itu, khusus untuk Pilwali Kota Surabaya, Kusnadi tidak menampik jika ada nama-nama sudah beredar di internal PDI-P. Seperti Puti Guntur Soekarno (cucu Soekarno), Wisnu Sakti Buana, Armudji dan Moch Nur Arifin. Kami utamakan kader sendiri. Dan itu ada pertimbangan sendiri untuk Pilwali kota Surabaya ini, sebut Kusnadi. Pertimbangan itu, antara lain menjadi kriteria mengusung kandidat sosok nama calon. Meski pada perjalanannya, akan dilakukan semacam penjaringan di internal PDI-P dan kemudian diajukan ke DPP PDI-P atau ke Ketua Umum. Menurut saya, yang paling layak untuk maju di Pilwali Kota Surabaya adalah pemimpin tertinggi PDI-P Kota Surabaya, ya siapa lagi kalau bukan Mas Wisnu, sebut Kusnadi. Wisnu Sakti Buana, menurut Kusnadi adalah kader terbaik PDI-P di Kota Surabaya. Selain menjadi ketua DPC PDI-P Kota Surabaya, putra Almarhum Ir Soetjipto (mantan Sekjen DPP PDI-P) itu saat ini juga menjabat sebagai Wakil Walikota Surabaya. Kader terbaik PDI-P di Kota Surabaya ya Mas Wisnu, sahutnya lagi. Trauma Non Kader Namun lepas dari itu, Kusnadi berharap pada pilwali kota Surabaya nanti, PDI-P mengusung kader sendiri. Karena pengalaman selama ini, jika mengusung non kader, Partai ini hanya dijadikan kendaraan saja. Kalau mengusung kader sendiri, maka perjuangan partai bisa berjalan bersama-sama dengan baik dengan pemerintah. Apalagi seperti kota Surabaya ini, PDI-P adalah partai peraih suara terbanyak, sehingga banyak pula kepentingan masyarakat yang perlu diperjuangkan bersama, jelas wakil ketua DPRD Jatim ini. Kusnadi juga menegaskan bahwa PDI-P tidak akan menjadi partai pengusung tunggal dalam pilwali Surabaya mendatang. Meski hal itu bisa saja dilakukan karena kursi PDI-P sudah menucukupi untuk mengusung sepasang calon walikota-wali kota. Namun PDI-P membuka pintu untuk partai-partai lain bergabung. Kami tidak menutup diri, kami membuka komunikasi seluas-luasnya kepada partai lain, bahkan tokoh non PDI-P (menjadi wakil walikota) sangat bisa untuk dibicarakan, karena ini untuk kepentingan bersama, pungkasnya. Tunggu Keputusan Megawati Sementara, Whisnu Sakti Buana (WS) Ketua DPC Surabaya menegaskan, tidak menutup kemungkinan sosok yang direkom oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan dalam Pilwali 2020, adalah nama yang tidak termasuk di dalam penjaringan partai di tingkat DPC. Sebab menurut Whisnu, dalam AD/ART Partai ada hak prerogatif (hak istimewa) Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, untuk menentukan siapa yang direkom dalam Pilwali Surabaya 2020 nanti. Whisnu mencontohkan sejarah terpilihnya nama Tri Rismaharini pada Pilwali 2010 yang juga bukan dari penjaringan di tingkat DPC. "Surabaya dulu Ibu Risma tidak terjaring di Rakercabsus, tapi keputusan DPP Bu Risma dan pak Bambang yang direkom. Kalau bicara tradisi, ya tidak ada tradisi yang pakem," ujar Whisnu usai halalbihalal di Balai Kota Surabaya, Senin (10/6/2019). Menurut Whisnu, memang ada mekanisme partai nanti saat penjaringan bakal calon. Saat ini juklak dan jiknisnya belum keluar dari DPP. Biasanya mekanismenya dijaring dari bawah, melalui rakercabsus mengusulkan sejumlah nama ke DPD, kemudian dibawa ke DPP. PDIP Terpecah 3 Faksi Menurut Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokhim Abdussalam bakal calon wali kota (bacawali) Surabaya yang mempunyai kans terbagi menjadi 3 faksi. Faksi dari PDI Perjuangan yakni Wisnu Sakti Buana, kemudian faksi dari lingkaran Bambang DH. Sedangkan faksi satunya dari birokrat yang didukung oleh Tri Rismaharini. "Kader birokrat Risma yang mulai di munculkan adalah Ery Cahyadi kans yang paling kuat karena jabatan beliau cukup strategis untuk menjadi penerus ide-ide Risma. Sedangkan faksi dari PDIP yang paling kuat Wisnu baru di susul Bambang DH," Ucap Dekan Fisib Universitas Trunojoyo Madura ini. Alasan kuat dari Ery Cahyadi kata Surokhim, karena Risma mempunyai kepentingan yakni supaya program besarnya di Surabaya dapat berkelanjutan. Dan hal itu dapat diterjemahkan oleh Ery Cahyadi yang saat ini menjabat sebagai kepala Bappeko. "Jadi feeling saya Risma akan tetap lebih prefer memilih kadernya dari lingkar birokrat Surabaya,"terangnya. Lanjut Surokhim walaupun fraksi Risma dinilai lemah dilihat dari dukungan kader pada internal PDIP, Risma mempunyai capaian yang tidak bisa diremehkan. Lantaran Risma mempunyai kekuatan pada kesuksesannya dalam memimpin Surabaya. "Jadi tidak bisa diremehkan yang di dukung Risma karena dia cukup kuat dengan tingkat kepuasan masyarakat kota Surabaya yang relatif tinggi diatas 70 persen,"terangnya. Sehingga, sambung Surokhim, DPP PDIP akan membaca siapa yang menjadi kandidat yang mempunyai peluang dan Wisnu belum tentu menjadi jaminan untuk mendapatkan rekomnya dari partainya itu. "Sehingga belum tentu jaminan aman apakah Wisnu dapat rekom dari DPP, belum tentu. DPP PDIP sangat berhati-hati di pilwali Surabaya. Apakah kader organik atau kader kulturan atau dari kalangan birokrat. Jadi butuh waktu," uainya. Faktor Khofifah dan Risma Terpisah, Dosen Politik Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi menyebut kekuatan dua figur di Jawa Timur dan di Kota Surabaya bakal sangat menentukan pemenang dalam kontestasi politik Pemilihan Wali Kota alias Pilwali Surabaya 2020 nanti. Kekuatan figur pertama yang disebutkan Airlangga Pribadi adalah sosok Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang dinilai memiliki ketokohan kuat dengan basis emak-emak, dan Muslimat NU nya di Jawa Timur bahkan nasional. Serta kekuatan figur yang kedua yang tak bisa dipungkiri, yakni kekuatan sosok Wali Kota Surabaya dua periode Tri Rismaharini yang sudah berhasil membawa keberhasilan membangun Kota Pahlawan. Jika ada titik temu atau konsesus calon wali kota dan calon wakil wali kota yang bakal diusung dalam Pilwali Surabaya 2020 nanti, dikatakan Airlangga Pribadi, maka perpaduan pasangan calon tersebut bakal punya peluang menang besar dalam Pilwali ke depan. "Kalau kita lihat untuk Pilkada Surabaya tentu kita yang pertama melihat dari kekuatan politik. Pertama adalah kekuatan partai politik. Dimana parpol yang memenangi Pileg Surabaya adalah PDIP. Kedua, Pilkada Surabaya juga ditentukan dari figur-figur yang punya basis kekuatan di Jawa Timur. Yang representasi figur kuat Jawa Timur saat ini ya ada di Ibu Khofifah Indar Parawansa. Beliau punya kultur kuat santri dan punya kekuatan perempuan dan Muslimat. Apalagi di barisan Ibu Khofifah ada tokoh yang mulai muncul seperti Gus Hans," tegas Angga, sapaan Airlangga Pribadi. Budaya Politik Masyarakat Surabaya Sedangkan jika dilihat dari budaya politik masyarakat Surabaya, warga Kota Pahlawan lebih suka dengan karakter tokoh yang bisa mengkombinasikan antara budaya politik abangan dengan budaya santri. Hal itu bisa dilihat dari keberhasilan Tri Rismaharini memimpin Surabaya. Meski Risma ditampilkan sebagai figur politik abangan tapi Risma terbukti mampu merangkul kalangan hijau. Maka ke depan menurut Airlangga Pribadi juga figur semacam ini yang disukai warga Surabaya. "Tapi yang harus ditekankan dalam proses politik Pilwali 2020 nanti tidak hanya ditentukan parpol tapi justru ada kecenderungan kekuatan figur. Figur ini yang nantinya akan berpengaruh besar pada pilihan politkk masyarakat," katanya. Menurut Airlangga Pribadi, saat ini ada dua figur kuat di masyarakat Surabaya dan Jawa Timur. Yaitu figur dua tokoh perempuan Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rismaharini.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU