PLN Jamin Tidak Ada Penaikkan Tarif Listrik hingga Akhir Tahun

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 29 Jul 2019 15:38 WIB

PLN Jamin Tidak Ada Penaikkan Tarif Listrik hingga Akhir Tahun

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjamin tarif listrik tidak akan kembali naik sampai akhir tahun 2019. Namun demikian, kebijakan penaikkan tarif listrik tetap menjadi kewenangan pemerintah. Pelaksana tugas (Plt) Direktur PLN Djoko Rahardjo Abumanan mengungkapkan, PLN sejatinya cuma berfungsi sebagai pelaksana keputusan pemerintah. Jadi, keputusan mengenai naik tidaknya tarif listrik, tetap berada di tangan presiden. Hanya saja, keadaan finansial PT PLN sejauh ini masih sanggup untuk menutup biaya operasional selama harga minyak, nilai tukar mata uang dan inflasi tetap terkendali. "Kalau tarif listrik ke pelanggan tidak ada penaikkan, kebijakan ini dikover pemerintah," ungkap Djoko di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (29/7/2019). Bila meninjau tren nilai tukar mata uang Rupiah sekarang ini yang berada di rata-rata Rp13.900, Djoko menilai harga minyak dunia pun masih dalam kategori dapat dikendalikan. Artinya, kesempatan untuk mengendalikan tarif listrik sendiri masih bisa dilakukan. "Beberapa waktu lalu kan sampai Rp15 ribu (nilai tukar Rp), ICP (Indonesia crude price) sendiri meningkat USD49 ditargetkan sampai di atas USD70. Ini keadaan makro, keadaan indikator APBN. Kalau PLN ya sama saja," ungkap Djoko. Dia menambahkan, yang jadi problem adalah keadaan 2022 serta sampai sejauh apa kekuatan pemerintah demi mengalokasikan subsidi bidang energi pada tahun 2022. Seperti yang sudah diketahui, realisasi subsidi pada tahun 2018 diketahui meningkat drastis karena terpengaruh meroketnya banderol minyak mentah yang naik signifikan. Efeknya, pemerintah lantas mengambil kebijakan guna menambah alokasi anggaran subsidi solar yang berujung pada realisasi subsidi membengkak dari Rp156 triliunan jadi Rp216 triliunan. Di sisi lain, dengan ditetapkannya banderol ICP di kisaran USD60 -USD70 serta prediksi lifting migas berada pada angka 1,8 juta hingga 2,1 juta barel karena tidak stabilnya ekonomi dunia dan produksi domestik, hal ini akan memicu kebijakan pengalokasian subsidi energi pada masa depan.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU