Produksi dan Edarkan Kosmetik Tanpa Izin Edar, Diadili

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 23 Nov 2020 20:20 WIB

Produksi dan Edarkan Kosmetik Tanpa Izin Edar, Diadili

i

Terdakwa kosmetik ilegal  Reyni Oktafin Wantania.SP/BUDI

SURABAYAPAGI, Surabaya -  Reyni Oktafin Wantania kembali menjalani sidang perkara kosmetik ilegal sebagai terdakwa. Warga Barata Jaya XIII/9 Surabaya merupakan residivis dalam kasus yang sama.

Pada sidang kali ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Sulfikar dari Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya menghadirkan saksi ahli Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya, Dra. Rahayu.

Baca Juga: Manfaatkan Aset, Pemkot Surabaya Bangun 8 Lokasi Wisata Rakyat 

Dalam keterangannya, Rahayu menyampaikan bahwa produk kosmetik yang dijual terdakwa tidak terdaftar di BPOM. Selain itu, produk-produk yang dijual oleh terdakwa tergolong obat keras.

“Obat perawatan wajah yang dijual oleh terdakwa tersebut tergolong obat keras yang mulia. Selain itu obat tersebut juga tidak terdaftar di BPOM,”jelas Rahayu saat memberikan keterangan di ruang Candra, Pengadilan Negeri Surabaya, Senin (23/11).

Sedangkan Max Lesilolo, penasihat hukum terdakwa mempertanyakan terkait masalah izin edar. Ia menilai BPOM kurang jeli dengan adanya jual beli online obat perawatan wajah ilegal. Karena kebanyakan obat perawatan wajah yang dijual oleh terdakwa, terjual bebas di pasaran.

“Yang disita oleh BPOM itu semua pembelian dari luar negeri yang sudah ada izin edar. Tapi kenapa untuk dalam negeri tidak diawasi,” kata Max Lesilolo.

Baca Juga: Dampingi Siswa Inklusi, Guru di Surabaya Diberi Pembekalan

Dirasa cukup mendengarkan keterangan saksi, Ketua Majelis Hakim Martin Ginting kemudian menutup jalannya persidangan dengan mengagendakan pemeriksaan terdakwa pada sidang pekan depan.  

“Baik. Jadi artinya barang tersebut memang ilegal dan tidak terdaftar di data BPOM. Yang perlu ditingkatkan lagi pengawasan aparat penegak hukumnya ini. Sidang kita lanjutkan minggu depan,”tandas Ginting.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 197 Juncto Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Baca Juga: Oknum Polisi di Surabaya Cabuli Anak Tirinya Sejak SD Selama 4 Tahun, Korban Trauma Berat

Untuk diketahui, Terdakwa Reyni Oktafin Wantania pada tahun 2015, oleh Hakim Tunggal Antonius Simbolon telah divonis dengan  pidana penjara waktu tertentu selama 4 Bulan dan pidana denda Rp 1 juta subsider kurungan 1 bulan.

Meski residivis, Reyni Oktafin Wantania terkesan istimewa karena selain tidak memakai rompi tahanan terdakwa juga bebas di luar dipenjara.nbd

 

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU