Program "Belajar dari Rumah" Nadiem Disorot

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 10 Apr 2020 22:20 WIB

Program "Belajar dari Rumah" Nadiem Disorot

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya -Pandemi wabah virus Corona (Covid-19) masih terus berlangsung. Belum ada tanda-tanda trend penurunan. Merespon hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim, memperkenalkan program terbaru Belajar dari Rumah. Kini cakupannya lebih luas hingga ke pelosok desa yang sulit karena akses jaringan internet terbatas. Proses Belajar dari Rumah pun akan ditayangkan melalui stasiun TV milik pemerintah, yakni TVRI. Namun, pelaksanaan Belajar dari Rumah ala Menteri Nadiem yang akan dimulai Senin (13/4/2020) lusa, direspon akan banyak kelemahan, yakni dianggap tidak menghadirkan sistem pembelajaran dua arah. Hal itu diungkapkan oleh dua anggota Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur Eko Pamudji dan Moch Isa Anshori, M.Psi, Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jawa Timur Yuli Candrasari, Dr. Bachtiar S. Bachri, M.Pd. selaku Ketua LP3M Unesa, Helmy Prasetyo Yuwinanto, S.Sos., MKP, Dosen Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Anggota FISIP Unair, anggota DPRD Surabaya dr. Akmarawita Kadir dan Herlina Harsono Njoto serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, yang dihubungi terpisah, Jumat (10/4/2020). Kamis (9/4/2020), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, membuat program Belajar dari Rumah yang akan ditayangkan di TVRI, hingga seluruh pelosok Indonesia. Program Mendikbud Nadiem ini menjawab adanya keterbatasan akses internet, serta platform-platform teknologi yang selama satu pandemi ini mulai diajarkan. "Kami sadar bahwa banyak juga sekolah-sekolah di daerah-daerah, satu tidak punya akses ke internet ataupun, dua masih sulit untuk memahami bagaimana menggunakan platform-platform teknologi. Ataupun ada keterbatasan dana," kata Nadiem kepada wartawan melalui saluran teleconference, Jumat (10/4). Nadiem menjelaskan bahwa program tersebut akan mulai dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia mulai Senin (13/4) mendatang sejak pukul 08.00 sampai 23.00. Nantinya, penayangan program tersebut akan dilakukan selama 3 bulan dan akan dievaluasi kemudian. Nadiem menambahkan bahwa materi pembalajaran yang ditampilkan akan mencakup semua jenjang pendidikan. Mulai dari PAUD hingga SMA atau sederajat pada waktu yang sudah ditentukan. "Konten dari sisi pembelajaran yang disajikan akan fokus meningkatkan literasi, peningkatan numerasi dan penumbuh karakter peserta didik," jelas dia. Pemberlakuan program Belajar dari Rumah ini pun direspon positif oleh sejumlah praktisi Pendidikan di Surabaya. Namun, mereka juga menilai ada kelemahan yang dirasakan nantinya. Harus Lebih Menarik dari Youtube Yuli Candrasari, Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim, menyebut bahwa efektivitas tayangan Belajar dari Rumah ini mungkin hanya bersifat umum. Dikarenakan, tayangan ini bersifat satu arah dan kurang interaktif untuk siswa. "Kontennya harus lebih menarik dan tidak monoton. Pemerintah jangan mau kalah dengan Ruang Guru dan konten Youtube yang lebih menarik serta edukatif. Jika tidak, bukan tidak mungkin para siswa yang menjadi penonton akan pindah ke channel lain atau memilih menonton Youtube," kata Yuli kepada Surabaya Pagi, Jumat (10/4/2020) mengingatkan. Yuli menambahkan jika setiap anak mempunyai kemampuan menerima pesan yang tidak sama. Dirinya yang juga menjadi orang tua siswa merasa jika pihak sekolah dan orang tua harus lebih siap dalam menghadapi krisis ditengah pandemi Covid-19 ini. Apalagi dengan adanya opsi baru berupa tayangan program pendidikan di TVRI dari pemerintah, guru dan orang tua harusnya bisa menyesuaikan ditengah kondisi ini. "Dari guru jangan hanya memikirkan yang penting diberi tugas saja, tapi harus diukur agar tidak menjadi beban bagi siswa. Karena jika terlalu banyak biasanya siswa juga akan meminta bantuan kepada orang tua. Saya sebagai orang tua juga ikut senang jika ada banyak opsi yang bisa dilakukan selama anak belajar di rumah," tutup Yuli. Hal senada juga dikatakan Eko Pamudji dan Moch Isa Ansori, anggota Dewan Pendidikan Jatim yang dihubungi terpisah dan secara bersamaan. Menurut Eko Pamuji, program Belajar dari Rumah ini menjadi solusi di dalam kondisi darurat, apalagi ditayangkan melalui TV yang memiliki jaringan menasional. "Semua ide pasti ada kelebihan dan kekurangan. Seperti contohnya pembelajaran online yang sudah berjalan. Kelebihannya bisa mencegah penyebaran covid-19. Namun kekurangannya, tidak semua orang mempunyai peralatan/fasilitas yang sama. Sehingga orang yang gadget, atau paket datanya tidak support akan kesulitan," ujar pria yang juga Sekretaris PWI Jawa Timur ini. saat dihubungi wartawan Surabaya Pagi pada hari Jumat (10/4/2020). Namun alternatif ini dirasa Eko masih memiliki tingkat efektivitas yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan di kelas dan online. "Paling efektif tentu belajar di kelas, disana bisa berinteraksi dua arah secara langsung. Via online memalui grup chat / video call sebenarnya juga bagus, tetapi membutuhkan peralatan dan akses internet yang memadai. Mungkin yang di TVRI besok bisa efektif untuk melengkapi materi yang sudah didapat dari online saja. Tapi semuanya wajib dicoba di kondisi darurat seperti sekarang," ujar Eko. Sulit Diimplementasikan Senada dengan Eko Pamuji, Isa Anshori, juga menilai, gagasan Mendikbud Nadiem bagus namun akan sedikit sulit untuk diimplementasikan. "Sebenarnya niatnya baik. Tetapi ini hanya bagus di tingkat gagasan saja, akan sedikit sulit untuk pengimplementasiannya," ujar Isa Anshori, pria yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Jatim, Jumat (10/4/2020). Dirinya juga mengatakan bahwa kebutuhan pembelajaran setiap daerah dan setiap orang tidak sama, sehingga untuk diimplementasikan melalui tayangan TV dengan waktu tertentu mungkin sedikit mengalami kesulitan. Isa yang juga menjadi orang tua dari siswa kelas 6 SD mengatakan sebenarnya permasalahan utamanya bukan berasal dari medianya, namun berasal dari guru atau pengajarnya. Ditengah kondisi seperti, harusnya guru lebih memahami situasi dan kondisi kedaruratan ini. Sehingga siswa dan orang tuanya tidak keberatan karena tugas yang diberikan. "Yang dilakukan guru seharusnya tidak memberikan tugas yang menumpuk. Misalnya sehari ada empat mata pelajaran, dalam kondisi seperti ini harusnya guru dapat memberikan satu tugas saja dalam sehari namun dinilai secara komprehensif. Kadang saya juga bingung cara penilaian tugas yang sangat banyak dari guru ini seperti apa, jelas Isa. Program Harus Dikontrol Terpisah, Sekertaris Komisi D DPRD Kota Surabaya dr. Akmarawita Kadir mengatakan, ini murupakan ide yang sangat bagus dan bila diterapkan untuk di Indonesia mengingat tidak semua masyarakat dapat mengakses internet. Intinya ini ide yang sangat bagus, dan bila di terapkan. Ini sangat membantu bagi murid-murid yang tidak bisa mengkases internet, karena masih banyak di daerah-daerah khususnya dan beberapa di perkotaan itu tidak dapat mengakses interet, bahkan kuota yang masih terbatas di beberapa kalangan, ungkap dr. Akmarawita Kadir, Jumat (10/4/2020) kemarin. Namun, lanjut Anggota Fraksi Golkar ini, harus ada mekanisme yang bisa mengkontrol program ini, seperti pengaturan waktu tatap muka, meyakinkan bahwa murid hadir dan menonton TVRI, mungkin dengan memberikan tugas yang nantinya bisa di terima oleh para guru di sekolah masing-masing Karena dengan adanya pembelajaran di TVRI proses pembelajaran literasi, mumerasi, dan pengembangan karakter akan terstandart secara nasional. Harus di evalusi tiap hari program ini, katanya. Sementara, dr. Akmarawita Kadir menjelaskan, Pemkot harus mendukung program Kemendikbud RI ini. Pemkot Surabaya melalui Dinas Pendidikan Kota Surabaya harus mensuport secara serius program ini, dan kontrol guru di setiap sekolah juga tetap harus di jalankan. Sehingga proses pembelajarannya bisa sinkron, imbuhnya. nalq/adt/byt/tyn

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU