Home / Surabaya : Warga Protes Rumahnya Rusak Akibat Proyek MERR Gun

Proyek Besar Bikin Retak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 02 Jan 2019 08:20 WIB

Proyek Besar Bikin Retak

Prila Sherly, Noviyanti Tri, Alqomar Tim Wartawan Surabaya Pagi Sejumlah proyek besar tak mampu diseleseikan Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada 2018. Setelah gagal mewujudkan angkutan massal jenis trem, Walikota juga tak berhasil menyelesaikan proyek infrastruktur strategis lainnya. Mulai proyek Middle East Ring Road (MERR) di Gunung Anyar, box culvert di Sememi, underpass Mayjen Sungkono hingga pintu dan pompa air Jembatan Petekan. Justru di penghujung tahun 2018 terjadi musibah ambrolnya jalan raya Gubeng, meski saat ini sudah dipulihkan. Kini memasuki tahun 2019, Pemkot Surabaya memiliki modal APBD Rp 9,5 triliun. Mampukah Walikota Risma menyelesaikan proyek infrastruktur yang terbengkalai? ----- Kawasan Gunung Anyar terpantau tidak terlalu ramai pada Selasa (1/1/2019), akibat liburan tahun baru. Proyek Jalan Middle East Ring Road (MERR) di Gunung Anyar juga terlihat sepi, tanpa adanya kelanjutan pengerjaan proyek. Terdapat deretan beberapa alat berat yang ditinggalkan tanpa ada para pekerjanya. Jalanan juga masih tampak berserakan dengan pasir yang kemana mana, termasuk penutup saluran air. Sekilas jalan itu sudah selesai, bila dilihat dari MERR Rungkut. Namun ternyata proyek jalan yang direncanakan dua arah ini belum rampung hingga awal 2019. Setelah berjalan agak ke dalam menelusuri proyek ini, hanya sebagian jalan yang telah diaspal. Untuk sebagian lainnya masih berpasir dengan debu-debu yang masuk ke rumah warga. Selain itu, di tepi jalannya mulai didirikan beberapa lampu penerang jalan yang belum diberikan bohlam. Sementara sejumlah warga mengeluhkan pengerjaan proyek MERR di Gununganyar itu. Proyek ini telah lama dikerjakan. Katanya akan dibuka sampai Pondok Candra, tapi belum selesai juga hingga saat ini, ujar salah seorang tukang las yang berada di dekat proyek MERR kepada Surabaya Pagi, Selasa 91/1/2019). Bahkan, warga merasa dirugikan dengan tidak kunjung rampungnya proyek jalan tersebut. Seperti diungkapkan warga Gunung Anyar Lor Gang 2B, yang bagian belakang rumahnya langsung berhadapan dengan proyek ini. Proyek jalan ini sudah sejak Mei, berarti terhitung sekitar setengah tahun belum selesai. Bagian tanamannya di tepi jalan juga belum selesai, lalu di ujung sana masih tidak diaspal, ungkap Sudartini. Wanita ini kemudian menunjukkan keadaan dalam rumahnya yang kini muncul retakan-retakan pada dinding akibat aktivitas kendaraan proyek. Ia merasa khawatir rumahnya nanti roboh, lantaran proyek yang tak kunjung selesei. Di bagian dinding rumahnya terdapat retakan secara vertikal dari paling atas hingga bawah. Ia mengaku tidak hanya di bagian rumah bagian belakang, melainkam juga pada kamarnya. Apalagi kendaraan proyek ketika lewat saja menimbulkan getaran getaran di sekitarnya termasuk rumah saya. Bahkan mereka bekerja sampai jam 10 malam tapi masih belum kunjung selesai juga. Padahal sudah cukup mengganggu warga sekitar, papar Sudartini yang kurang merasa adanya keuntungan terhadap proyek besar milik Pemerintahan Kota Surabaya ini. Dampak dari molornya pengerjaan proyek MERR di sisi pengembang itu menjadikan warga dan pengguna jalan tidak bisa menikmati jalan kembar nanluas sepanjang 1,8 km tersebut. Akibatnya, semua pengguna jalan dari Sidoarjo ke Surabaya dan sebaliknya yang hendak ke jalur MERR lama harus memutar hingga lebih dari 30 menit melalui Akademi Pelayaran Gununganyar. Harapannya agar segera selesai tanpa mengganggu warga, cetus dia. Terkendala Puri Mas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Pemkot Surabaya, Erna Purnawati menjanjikan bulan Februari 2019, jalan itu bisa dilalui. "Februari semua pekerjaan MERR di Puri Mas itu tuntas. Artinya bulan ini semua kendaraan bisa melalui jalur baru itu," ujar Erna. Ada sisa pekerjaan proyek MERR sepanjang 300 meter yang dikerjakan sendiri pengembang Puri Mas. Karena fasilitas umum itu berada di wilayah perumahan, Puri Mas memutuskan mengerjakan sendiri jalan MERR. Namun hingga batas akhir Desember 2018 kemarin, MERR di depan perumahan itu tidak tuntas. Akibatnya jalan MERR kini putus di tengah jalan. Tepatnya di KM 1 dari arah Timur atau UPN. Infrastruktur Lain Tak hanya MERR sisi Gununganyar. Pemasang box culvert di Jalan Raya Sememi juga tak rampung di akhir 2018. Sejak awal tahun 2018 Pemkot melakukan pemasangan box culvert dan pembagunan mulai dari Banyu Urip hingga Tandes. Pada pertengahan tahun lalu bergeser dari Kecamatan Tandes hingga ke Benowo, khususnya di Jalan Raya Sememi. Dalam pembangunan ini pemkot telah mengeluarkan anggaran Rp 90 miliar untuk proyek pembangunan Jalan Raya Sememi. Sedangkan untuk pembangunan jalan menuju kandangan dengan anggaran Rp 70 miliar. Meski begitu, proyek ini pun molor. Semula akhir November 2018, proyek itu harus selesei. Kemudian hingga berganti tahun, proyek ini tak kunjung rampung. Sebelum pergantian tahun, Walikota Risma sempat meninjau proyek ini. Ia meminta kontraktor menyelesaikan pekerjaan itu hingga akhir 2019. Risma juga menyaksikan proyek pembangunan pintu dan pompa air di sisi utara Jembatan Petekan Surabaya, yang tak selesei. Untuk sementara proyek berhenti dan akan dilanjutkan tahun depan karena minimnya anggaran, ucap Risma saat itu. Dengan kegagalan ini pemkot akan mengupayakan pembangunan pompa dan pintu air selasai di tahun 2019. Proyek pintu air telah menghabiskan anggaran Rp 11 miliar, yang baru terelisasi pondasinya. Sebelumnya Pemkot Surabaya mengajukan pengerjaan pintu air ini Rp 60 miliar, namun terelisasi Rp 40 miliar dalam proses lelang. Meski begitu Walikota Tri Rismaharini tetap akan melakukan pembangunan lainnya. Memasuki 2019, khusus pembangunan kota, Risma akan membangun Jembatan Wonokromo. Jembatan penghubung Joyoboyo dan Wonokromo itu didesain khusus. Tidak saja menjadi lebar jalan ke KBS ini, tapi juga indah. "Prioritas pembangunan Surabaya tetap sektor pendidikan dan kesehatan. Saya berharap di lembaran tahun 2019 ini prestasi anak-anak Surabaya makin diakui. Selain karakter anak-anak harus terjaga," ucap Risma, Selasa (1/1) kemarin. **foto** Manajemen Kota Menanggapi hal itu, Pakar Tata Kota dari Universitas Kristen Petra, Benny Poerbantanoe, berharap agar manajemen perencanaan pembangunan bisa diperbaiki. Menurutnya, belum selesainya proyek besar di Surabaya, tidak sepenuhnya salah Pemkot. Tapi ada juga faktor eksternal. Seperti kasus MERR bersamaan dengan harus ada pemindahan alat berat pengembang apartemen dan sisa pembebasan lahan. Sedangkan proyek Sememi dan pintu air agaknya lebih pada masalah teknis pada kontraktor, ujar Benny dihubungi terpisah, Selasa (1/1/2019). Benny justru menyoroti kasus raya Gubeng. Meski jalan itu sudah dipulihkan, namun menurutnya, tetap perlu dilakukan audit teknis dan manajemen secara cermat dan independen. Ini perlu dilakukan untuk penindakan yang transparan dan adil. Semua yang terlibat langsung dan tidak langsung, harus diungkap secara transparan, papar dia. Benny menambahkan infrastruktur yang paling dibutuhkan warga Surabaya adalah transportasi massal dan redevelopment kampung padat bangunan yang tidak sehat. Tentu ini juga menyangkut regulasi IMB, pungkasnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU