Home / Pilpres 2019 : Surat Terbuka untuk Jokowi - Ma’ruf, yang Ikut Pil

Punya Cawapres Sepuh, Incar Pemilih Rasional, Mampukah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 15 Agu 2018 09:19 WIB

Punya Cawapres Sepuh,  Incar Pemilih Rasional, Mampukah

Pak Jokowi Yth, Anda saat ini mengajak ulama sepuh berusia 75 tahun untuk menjadi cawapres dalam pilpres 2019 mendatang. Dengan komposisi seperti ini, Anda akan membidik pemilih rasional. Apakah Anda tahu konsekwensi memilih cawapres sepuh dari ulama dengan bidikan pasar pemilih rasional? Akal sehat saya menebak, Anda akan memilih kaum muslim. Maklum, KH Maruf Amin adalah tokoh NU dengan jabatannya Rais Aam (Ketua Umum) Syuriah PB NU. Sebagai presiden petahana, Anda insha Allah tahu perbedaan pemilih tua dan anak muda. Apalagi, KH Maruf bukan penceramah agama yang disiarkan TV-TV swasta dan media sosial kayak Ustad Abdul Samad dan AA Gym. Tapi ini politik. Apalagi dalam perhelatan nasional Pilpres, Anda pasti punya rahasia dapur yang tidak semua orang mesti tahu. Tadi malam, tim sukses Anda menggelar rapat bersama dengan puluhan relawan termasuk juru bicara dalam pilpres nanti. Pertemuaqn di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat ini saat saya menulis surat terbuka belum rampung. Saya mendapat bocoran dari relawan yang ikut rapat, relawan dan jubir selain dari ada politikus PDIP, Partai Golkar, PKB, Hanura, PKPI, NasDem, PPP dan PSI. Memang ada sejumlah tokoh energik seperti Farhat Abbas, tetapi ada politisi muda yang cantik dari PSI yaitu Tsamara Amany Alatas . Dalam beberapa kali tampil di debat publik ILC, ia bisa menggoda pemilih muda atau milenial nanti. Dalam catatan saya nama Tsamara melejit, setelah berani menantang politisi senior Fahri Hamzah berdebat 2017 silam. Politikus Partai Keadilan Sejahtera sekaligus Wakil Ketua DPR RI, ini diajak debat terkait eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang digulirkan para wakil rakyat di DPR RI. Pak Jokowi Yth, Data yang ada di KPU, sampai bulan Agustus 2018 ini jumlah pemilih yang tercatat ada 189 juta jiwa. Tapi dalam periode sampai April 2019 nanti, ada anak muda yang sudah berusia 17 tahun dan punya hak pilih. Jumlahnya sekitar 14 juta. Menurut data di KPU, sekitar 100 juta adalah pemilih muda berusia antara 17 tahun sampai 35 tahun. Dari data di KPU ini menunjukan pemilih rasional lebih 50% dari total pemilih. Mampukah dengan cawapres berusia sepuh, Anda bisa menggoda pemilih rasional memilih Anda untuk periode kedua. Apalagi kini gencar dikampanyekan tagar #2019gantipresiden. Meski saya pernah muda, sekarang saya bukan lagi jurnalis muda. Makanya saya tak tahu selera pemilih muda era milenial sekarang. Setelah membaca buku Alasdair Maclntyre, berjudul Whose Justice? Which Rationality (1996), saya menemukan definisi rasionalitas. MacIntyre menulis dalam hidup bermasyarakat tidak hanya ada satu rasionalitas atau satu keadilan. Rasionalitas dan keadilan digambarkan plural. Jadi, bertindak rasional menurut sekelompok orang adalah bertindak berdasarkan kalkulasi biaya dan keuntungan yang diperoleh dari berbagai alternatif kemungkinan tindakan dan segala konsekuensinya. Nah, pemilih rasional menggunakan pemikiran Alasdair Maclntyre, adalah orang yang memiliki kemampuan mengkalkulasi biaya dan keuntungan atas tindakan yuang dipilihnya. Berdasarkan ini, saya menilai orang-orang yang memiliki rasionalitas umumnya menggunakan nalar untuk menimbang-nimbang sesuatu guna mencapai suatu tujuan tertentu. Logika bahasa yang saya serap terkait pilpres era globalisasi, pemilih rasional adalah pemilih yang menggunakan hak pilihnya karena alasan rasional, bukan karena alasan fanatisme, mistik, supranatural, metafisik atau gaib. Sadarkah Anda tentang pemilih pemuda itu bernalar, penuh perhitungan yang bernilai ekonomi. Pemilih rasional pada umumnya bukan orang yang percaya pada hal-hal gaib apalagi berperilaku fanatisme. Pak Jokowi Yth, Sebagai jurnalis yang dituntut untuk belajar otodidak, saya mencoba menggali dari Weber (1972). Menurut Weber, rasionalitas dibedakan dua yaitu rasionalitas nilai (value-rational) dan rasionalitas tujuan (goalrational). Rasionalitas nilai diartikan sebagai orientasi aksi berdasarkan suatu nilai, apakah itu etika, moralitas, agama, hal-hal yang bersifat estetika, kesukaan, atau asal-usul. Artinya, rasionalitas seorang individu dinilai oleh sejauh mana individu tersebut mengambil keputusan atas nilai-nilai yang dia pegang, dan bukan dari tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan rasionalitas tujuan, diartikan sebagai orientasi keputusan dan aksi berdasarkan kesesuaian dengan tujuan akhir yang rasional. Mencerna pemikian Weber, saya bertanya apakah selama menjadi presiden sejak tahun 2014, generasi muda telah Anda pikirkan pendidikannya, pekerjaan dan bisnis yang menjanjikan? Apapun, generasi rasional adalah orang yang mengedepankan individualistisnya. Sementara Anda, selama ini asyik dengan urusan jalan tol. Hanya kadang naik motor gede, berjacket trendy dan nonton pagelaran musik. Tetapi, urusan kreativitas anak muda termasuk olahraga, saya menilai Anda kurang memberi porsi yang sepadan dengan nawacita yang Anda pamerkan saat kampanye tahun 2014 lalu. Diantara Nawwacita yang Anda janjikan, antara lain Anda menjanjikan program Indonesia Pintar melalui Wajib Belajar 12 tahun bebas pungutan. Ini belum menyentuh sekolah swasta. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Membangun sejumlah science and technopark di kawasan politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini. Dua hal ini belum ada data yang dipublikasikan sudah berapa tingkat penerapannya. Terutama dalam memacu produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasilnal. Apalagi janji melakukan revolusi karakter bangsa, seperti memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, Pasca Pilkada DKI Jakarta 2017, muncul kekhawatiran dari etnis Tionghoa, sejumlah suku dan pemeluk non muslim akan terbelahnya Indonesia. Saya akan menonton bagaimana nanti Anda dan capres Prabowo dengan cawapres Sandiana Uno, pria kaya yang energik. Terutama petarungan memperebutkan pemilih muda atau pemilih rasional. Publik telah tahu bahwa Anda punya cawapres sepuh berusia 75 tahun. Sementara capres Prabowo, memiliki cawapres lebih muda, meski bukan lagi usia melenial. Pertanyaannya dengan memiliki struktur relawan muda dan pemikat anak muda seperti politisi PSI, Tsamara Amany Alatas, mampukah Anda mempengaruhi pemilih rasional yang umumnya berada di kota-kota? Wait and see. ([email protected],bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU