Ramai soal Cegukan Jadi Gejala COVID-19, Ini Penjelasan Dokter

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 09 Agu 2020 10:59 WIB

Ramai soal Cegukan Jadi Gejala COVID-19, Ini Penjelasan Dokter

i

Ketua Tim Pelacakan Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 Jatim dr Kohar Hari Santoso (kiri). SP/ DECOM

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Studi American Journal of Emergency Medicine menduga, cegukan bisa menjadi gejala baru COVID-19. Dilaporkan, seorang pria 62 tahun datang ke IGD Cook County Health, Illinois, Amerika Serikat setelah mengalami empat hari cegukan tanpa henti.

Ketua Tim Pelacakan Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 Jatim dr Kohar Hari Santoso mengatakan, dirinya memang menemui pasien Corona yang mengalami cegukan. Kohar menyebut ada sejumlah hal yang mempengaruhi, salah satunya suplai oksigen yang berkurang.

Baca Juga: Jelang MPLS 2023, SMP Tenggilis Jaya Surabaya Hanya Punya 1 Siswa

"Kebetulan saya ini dokter anestesi, kalau kita melakukan penanganan kasus anestesi, kemudian oksigen baik kejadian tidak sengaja gitu, suplai oksigen yang kita berikan berkurang, itu bisa berpengaruh orangnya menjadi cegukan," papar Kohar di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Minggu (9/8/2020).

Kohar mengatakan, cegukan ini bukanlah gejala baru. Namun memang bisa terjadi pada pasien yang kondisinya kekurangan suplai oksigen.

"Mungkin yang ketangkap cegukannya, padahal saturasi oksigennya turun. Jadi bukan gejala baru, tapi memang bisa semacam itu. Saya ndak tau itu berapa kasus yang seperti itu cegukan," imbuhnya.

Kendati demikian, Kohar menegaskan bukan berarti setiap orang yang mengalami cegukan bisa langsung divonis terkena COVID-19.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

"Tapi jangan ada orang cegukan dibilang COVID-19. Jangan begitu," terangnya.

Di kesempatan yang sama, Koordinator Rumpun Kuratif Satgas COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi menambahkan, ada sejumlah penyebab pasien positif COVID-19 mengalami cegukan.

"Cegukan itu hipoksial atau kekurangan oksigen. Bisa juga cegukan mekanisme sentral dari otaknya bisa, bisa juga cegukan salah satunya ada infeksi atau iritasi di saluran cerna. Jadi macam-macam. Nah tadi disebutkan masuknya virus kan dari hidung, mulut dan mata, itu masuk saluran cerna juga," jelas Joni.

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

Sebelumnya, studi baru yang dimuat dalam American Journal of Emergency Medicine menunjukkan cegukan terus-menerus, sebenarnya bisa menjadi gejala COVID-19. Hal ini berawal dari kasus seorang pria berusia 62 tahun yang dilaporkan mengalami gejala cegukan terus menerus selama empat hari.

Dikutip dari Forbes, dalam laporan kasus tersebut, Garrett Prince, MD, dan Michelle Sergel, MD, para peneliti dari Cook County Health melaporkan pria ini juga mengalami penurunan berat badan hingga belasan kilogram. Tetapi, belum jelas kondisi apa yang mendasari pria tersebut akhirnya kehilangan berat badan.

"Sepengetahuan kami, ini adalah laporan kasus pertama dari cegukan terus-menerus yang muncul pada pasien COVID-19. Ini menekankan pentingnya evaluasi rinci pada mereka yang mengalami cegukan. Minimal mengambil riwayat menyeluruh, pemeriksaan fisik, diperiksa di laboratorium dasar, dan rontgen dada," sebut para peneliti.   dsy14

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU