Raya Gubeng Dibuka, Belum Sepenuhnya Aman

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 28 Des 2018 09:06 WIB

Raya Gubeng Dibuka, Belum Sepenuhnya Aman

Jalan Raya Gubeng yang terputus karena ambles, akhirnya dibuka untuk umum sejak Kamis (27/12/2018) tadi malam. Namun yang difungsikan hanya dua jalur di sisi timur. "Iya sudah dibuka mulai pukul 18.00 WIB tadi," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya Irvan Wahyudrajad. Menurut dia, dibukanya Jalan Raya Gubeng setelah semua pihak yang terkait memutuskan kalau Jalan Raya Gubeng sudah memenuhi syarat untuk membuka lalu lintas kendaraan bermotor. Sedang pihak-pihak terkait di antaranya Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII, Kepolisian Daerah Jawa Timur, Pemkot Surabaya, dan tim ahli bangunan gedung dari ITS. Hal sama juga dikatakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Linmas Kota Surabaya Eddy Christianto. Ia mengatakan, untuk dua lajur Jalan Raya Gubeng sisi barat belum dibuka untuk umum, karena menunggu dipasang steel sheet pile (SSP) atau dinding vertikal dari besi yang berfungsi menahan tanah dan menahan masuknya air ke alam lubang galian. Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan juga mengatakan hal sama. Menurutnya, sesaat jalan dibuka, pengendara cukup ramai melintas jalan tersebut. "Ini kita melakukan penjagaan. Saya menempatkan personel lalu lintas Sabhara untuk melakukan pengaturan supaya semua kendaraan berjalan dengan tertib memenuhi dua lajur yang kita buka malam ini," ujarnya. Butuh Pemeliharaan Tim Mitigasi Kelongsoran Jalan Raya Gubeng Surabaya menyatakan kontraktor harus bertanggungjawab selama satu tahun masa pemeliharaan Jalan Raya Gubeng yang mulai diuji coba pada Kamis (27/12/2018) malam. Juru bicara Tim Mitigasi Kelongsoran Jalan Raya Gubeng Surabaya, Wahyu P Kuswanda mengatakan, secara teknis ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kelayakan jalan, yaitu daya dukung jalan, penurunan jalan, dan stabilitas lereng badan jalan. Pada pekerjaan rekonstruksi Jalan Raya Gubeng, lanjut Wahyu, urukan tanah dilakukan tanpa pemadatan. Urukan tanah tersebut akan berfungsi sebagai subgrade jalan. Urukan tanah tersebut masih mungkin akan mengalami pemampatan yang mengakibatkan terjadinya penurunan jalan dan bisa memungkinkan perkerasan jalan mengalami kerusakan. "Untuk mengantisipasi penurunan jalan, maka permukaan jalan dibuat 60 cm lebih tinggi dari permukaan jalan lama. Untuk mengantisipasi kerusakan perkerasan jalan, maka kontraktor harus bertanggungjawab selama 1 tahun masa pemeliharaan," tandas Wahyu. Menurut Wahyu, dari hasil kajian tim, aspek yang dapat dinilai sekarang adalah aspek stabilitas lereng badan jalan. Badan jalan hasil rekonstruksi di Jalan Raya Gubeng Surabaya dinyatakan faktor keamanannya aman, apabila urukan tanah di sisi barat Jalan Raya Gubeng Surabaya pada galian basement memiliki kemiringan 30 derajat atau perbandingan vertikal : horizontal = 1 : 2. "Pada saat ini kemiringan urukan tanah badan jalan baru mencapai 45 derajat, sehingga belum aman," terang Wahyu. Menurut dia, faktor keamanan dapat ditingkatkan apabila pada sisi barat Jalan Raya Gubeng diperkuat dengan steel sheet pile (SSP) sepanjang 12 meter, dimana yang 4 meter tertanam kedalam tanah asli (tanah di bawah timbunan). "Kalau terlanjur dibuka, kami menyarankan agar diutamakan kendaraan kecil saja yang melintas dan itu di sisi timur dulu. Lebih baik lagi, ada rambu larangan truk besar tidak boleh lewat," tandasnya. Soal Elevasi Sementara itu, Ir. Mudji Irmawan, M.T, tim ahli bangunan gedung Pemkot Surabaya menegaskan keamanan jalan raya Gubeng, meski pemulihan hanya memakan waktu sekitar seminggu. Ia menjelaskan pihaknya sudah melakukan kajian teknis dan pengujian di lapangan dengan mengukur kepadatan tanah. Hasil kepadatannya telah cukup, sehingga diyakini konstruksi sudah memenuhi syarat, ujar Mudji Irmawan dihubungi terpisah. Untuk antipasi pergerakan tanah yang turun (elevasi), Mudji menjelaskan jika dilokasi bahwa aspal dibuat 60 cm lebih tinggi dari jalan jalan yang lama. Sehingga nantinya dengan berjalannya waktu dengan kepadatan lalu lintas yang ada, maka ketinggiann aspal yang 60 cm ini akan menurun. Ini telah diperhitungkan elevasinya. Penurunan tanah tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, terang dia. SSP Sisi Barat Mengenai Steel Sheet Pile (SSP) di sisi barat, Wakil Koordinator PT Nusa Konstruksi Enjiniring (NKE) Deni Bastria menyampaikan, SSP yang berukuran lebar 40 cm dan panjang 28 meter itu pemasangannya bisa memakan waktu hingga lima hari. Bahkan satu minggu untuk pemasangannya. "SSP yang diperuntukkan sifatnya hanya sebagai penahan sementara atau temporary. Bisa menahan tapi sementara saja. Kita (kerjakan) kira-kira 5 hari," katanya. Menurutnya, cepat lambat pemasangannya pun tergantung dari keras tidaknya tanah yang bakal dipasangi SSP di sisi barat jalan tersebut. Ia mengaku, pihaknya pun telah menyiapkan alat berat vibro. "Pengerjaan bisa lima sampai tujuh hari, tergantung nanti ada batu tidak. Kalau tidak ada batu dia agak lebih cepat, tapi kalau ada batu dia akan (lama). Karena kita pakai vibro kita gak bisa pakai hammer," ujar Deni. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU