Regenerasi Polri Berlanjut

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 03 Mei 2019 11:23 WIB

Regenerasi Polri Berlanjut

Sejak Jenderal Pol Tito Karnavian didapuk sebagai Kapolri pada 13 Juli 2016, regenerasi di tubuh Polri terus berlanjut. Saat itu Tito yang jebolan Akpol 1987 melangkahi empat angkatan di atasnya, termasuk Budi Gunawan (angkatan 1983) yang kini sama-sama berpangkat Jenderal dan menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Saat ini sejumlah posisi strategis dipegang perwira tinggi (pati) berpangkat Komjen berusia 54-57 tahun. Paling senior Irjen Pol Condro Kirono, lulusan Akpol 1984, yang baru saja promosi menjadi Kabarhakam. Lalu, Komjen Pol Moechgiyarto, Akpol 1986, digeser menjadi Irwasum. Sedang Irjen Agung Budi Maryoto, Akpol 1987, promosi menjadi Kabaintelkam. Condro dan Agung menatap bintang tiga (Komjen) di pundaknya. Rotasi ini benar-benar mencerminkan regenerasi di Polri ataukah strategi Kapolri mengatasi friksi seperti isu-isu santer selama ini? -------- Jaka Sutrisna-Teja Sumantri, Tim wartawan Surabaya Pagi Kamis (2/5/2019) kemarin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian memimpin upacara serah terima jabatan (sertijab) untuk perwira tinggi (pati) di lingkungan Korps Bhayangkara. Sebelumnya jenderal bintang empat itu mengeluarkan surat telegram Kapolri Nomor ST/1202/IV/KEP/2019 tanggal 26 April 2019 tentang mutasi dan rotasi jabatan untuk level pati. Adapun sertijab tersebut untuk Inspektur Pengawasan Umum Polri (Irwasum), Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam), Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam), serta beberapa Kapolda. Saat ini jabatan Irwasum diserahkan ke Komjen Moechgiyarto menggantikan Komjen Putut Eko Bayuseno yang saat ini menjadi Pati Polri dalam rangka pensiun. Begitu juga Kabarhakam yang ditempati Irjen Condro Kirono. Sebelumnya Condro Kapolda Jawa Tengah yang kini dipercayakan kepada Irjen Rycko Amelza Dahniel. Sedangkan Kabaintelkam yang sebelumnya dijabat oleh Komjen Unggung Cahyono, diserahkan kepada Irjen Agung Budi Maryoto. Jabatan Kapolda Jawa Barat yang ditinggalkan Agung diisi oleh Irjen Pol Rudy Sufahriadi. Ada pula Kapolda Papua dan Papua Barat juga resmi diganti. Brigjen Rudolf Albert ditunjuk menggantikan Irjen Martuani Sormin sebagai Kapolda Papua. Martuani sendiri dialihkan menjadi As Ops Kapolri. Sedangkan jabatan Rudolf di Kapolda Papua Barat diisi oleh Brigjen Pol Herry Nahak. Kapolda Nusa Tenggara Barat yang semula dijabat oleh Irjen Achmat Juri diganti oleh Brigjen Nana Sujana. Achmat sendiri dipromosikan sebagai Gubernur Akpol. Tito mengatakan, pergeseran jabatan itu merupakan situasi yang biasa di internal polri. Mutasi ini dilakukan sebagai penyegaran dan sesuai dengan kebutuhan di setiap wilayah. Organisasi polri itu ibarat lokomotif, ibarat kereta api. Jadi kalau nanti ada gerbong yang bergerak, gerbong lain bergerak, ujar Tito di hadapan para jenderal Polri itu di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin. Tito menyebut, untuk pergeseran di tingkat Kapolda, terutama wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah atas pertimbangan penyegaran. Mengingat, Agung maupun Condro sudah cukup lama mengisi jabatan tersebut. Kapolda Jabar, Kapolda Jateng cukup senior. Condro 3 tahun di Jateng. Kapolda Jabar juga cukup lama di sana. Kita lakukan penggantian sesuai yang saya anggap mereka cakap mengerjakan di sana, tutur mantan Kapolda Metro Jaya itu. Warning Kapolri Tito juga berpesan kepada pejabat yang baru serah terima jabatan untuk mengemban tugas secara amanah dan memberikan kontribusi bagi organisasi, bangsa, dan negara. Di tempat baru apapun tempatnya adalah jalan Tuhan, amanah Tuhan harus diemban sebaik-baiknya, kata Tito. Pada kesempatan itu, Tito menegaskan mutasi yang dilakukan tidak ada kaitannya dengan fraksi dan friksi di internal Polri. Polri solid. Tolong pihak eksternal mendorong soliditas Polri, Tidak ada fraksi dan friksi-friksi di dalam Polri, ujar Kapolri. Warning atau peringatan Kapolri ini cukup menarik, lantaran sebelumnya santer terdengar kabar friksi di internal Polri. Hingga akhirnya berbuntut pergantian posisi Kabareskrim. Posisi yang tadinya diisi oleh Komjen Arief Sulistyanto, digantikan oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis. Padaha Arif belum satu semester menjabat. Idham, lulusan Akpol 1988 ini berpengalaman dalam bidang reserse. Rotasi ini melalui Surat Telegram Kapolri Nomor ST/188/I/KEP/2019 tertanggal 22 Januari 2019. Sedang Arif yang lulusan Akpol 1987 dimutasi ke jabatan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri. Mutasi Arief ini sempat memunculkan beragam pertanyaan. Selain karena masa jabatan yang singkat, mutasi ini juga terjadi di tengah kabar hubungannya yang tidak harmonis dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Pengamat kepolisian dari Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane mengamini kabar hubungan yang tidak harmonis itu. Dia menilai, mutasi Arief dari Kabareskrim ke Kalemdiklat merupakan solusi tepat yang diambil Tito untuk mengakhiri perang dingin dengan Arief. Menurut dia, perang dingin antara Tito dan Arief mengganggu soliditas internal Polri. Apalagi seorang Kabareskrim secara tugas, fungsi, dan peran bertanggung jawab langsung kepada Kapolri. "Ini langkah tepat untuk akhiri perang dingin di elite Polri dalam rangka membangun soliditas, karena ini mau pemilu, di mana Polri harus solid," kata Neta saat itu. "Informasi yang saya dapat di internal Polri, konflik itu terjadi karena isu pengkhianatan. Itu sudah berlanjut beberapa bulan terakhir dan sangat mengganggu. Terjadi aksi mbalelo terhadap pimpinan," ungkapnya. Calon Pengganti Tito Rotasi perwira tinggi Polri ini juga memunculkan spekulasi mengenai calon pengganti Tito Karnavian. Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISeSS) Khairul Fahmi menyoroti posisi Komjen Idham Azis sebagai Kabareskrim. Bukan rahasia lagi, sudah sejak lama posisi Kabareskrim sangat strategis. Beberapa dari mereka yang jadi Kapolri merupakan sosok-sosok yang lulus sebagai Kabareskrim. Sebut saja Jenderal Bambang Hendarso Danuri pada 2010 dan Jenderal Sutarman pada 2013. Selain persoalan jabatan strategis, kedekatannya dengan Tito juga membuat Idham turut diperhitungkan menjadi sosok yang bakal melanjutkan estafet tongkat komando pemimpin Korps Bhayangkara. "Tangganya ya (jadi pengganti Tito). Idham cukup dekat dengan Tito. Saya kira tidak lepas dari konstelasi itu juga," duga dia. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU