Residivis Pencurian Tas Milik Mahasiswa Dibekuk Polisi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 30 Sep 2018 20:35 WIB

Residivis Pencurian Tas Milik Mahasiswa Dibekuk Polisi

SURABAYAPAGI.com, Sukolilo - Meski pernah ditahan dalam kasus pencurian tas milik mahasiswa di Institus Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) pada tahun lalu, tak membuat Abdul Latif Daulali jera. Buktinya, baru dua bulan keluar dari penjara, pria 35 tahun itu mengulangi kembali aksi kejahatannya itu. Modusnya pun sama. Dalam waktu dua bulan saja, sudah empat tas milik empat mahasiswa di dua Kampus ternama Surabaya raib digondol pelaku. Sasarannya, mereka yang sedang melaksanakan ibadah di dalam masjid, atau yang sedang melaksanakan aktifitas olahraga di lapangan. Modus pria yang tinggal di jalan Kedung Turi II/9A Surabaya itu menyaru sebagai orang yang sedang beribadah didalam masjid atau sedang menunggu anaknya di dalam kampus. Saat korban lengah, tas yang ditinggalkan oleh korban langsung digasak oleh pelaku. Kapolsek Sukolilo, Kompol Ibrahim Gani menyebutkan, awal mula penangkapan tersangka berkat rekaman Close Circuit Television (CCTV) yang terpasang disekitar lokasi. Dalam rekaman itu, polisi mengidentifikasi pelaku yang tak lain adalah pemain lama. " jadi kami mendapat laporan dari korban yang selanjutnya kami dalami. Kami ambil rekaman CCTV di lokasi. Saat kami pelajari, pelaku ini identik dengan pelaku yang kami tangkap satu tahun lalu. Kemudian kami buka arsip dan menemukan alamat yang bersangkutan. akhirnya kami pantau terus. Saat pelaku ini pulang kami tangkap tanpa perlawanan. Pelaku juga mengakui perbuatannya," beber Gani, Minggu (30/9) siang. Lebih lanjut, saat diamankan,pelaku kedapatan membawa dua buah barang bukti hasil kejahatan yang belum sempat terjual. "Dirumahnya kami temukan laptop dan handpone milik korban yang belum sempat dijual," tambah Gani. Sementara itu, pria yang berstatus sebagai duda ini mengaku jika dirinya tak punya keahlian lain selain mencuri. Biasanya, pelaku menjual barang hasil curiannya di pasar Wonokromo dengan harga yang bervariasi. Selain itu guna mengelabuhi, tas milik korban dibuang ke beberapa tempat berbeda setelah menguras isi dalam tas tersebut. "Terpaksa mas, gak ada pekerjaan lain. Tasnya saya buang ke selokan kalau gak gitu tempag sampah. Isinya sudah saya bawa untuk dijual mas," aku tersangka. Kebutuhan ekonomi membuat Abdul Latif nekat, meski pernah merasakan dinginnya lantai tahanan. Kini bapak satu anak itu kembali merasakan lantai tahanan dengan jeratan hukum yang lebih berat. fir

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU