Risma, Bukan Walikota Sempurna

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 29 Okt 2019 01:46 WIB

Risma, Bukan Walikota Sempurna

Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokhim Abdussalam menilai, sesungguhnya penilaian pemilih terkait dengan pejabat publik saat ini kian kompleks. Termasuk Pilwali Surabaya 2020. Selain itu, variabel yang dipertimbangkan juga kian komprehensif. Tri Rismaharini sebagai birokrat teknokrat mampu menghadirkan Kota Surabaya sebagai kotago green di samping memperbanyak fasilitas ruang publik untuk tempat bersantai warga. Hal tersebut merupakan terobosan inovatif menuju kota prowarga. Menurut Surokhim, dua hal tersebut sangat menonjol. Di samping itu, eksekusi yang cepat dalam merespons pelayanan publik serta penerapane-government juga menjadi nilai plusnya. Kepemimpinan publik Risma yang lugas juga menjadi ciri tersendiri bahwa Risma merupakan tipikal pemimpin yang tahu detail sehingga tidak mudah dikendalikan bawahan. "Risma juga terlihat sebagai pemimpin tipikal pekerja keras dan mengabdi dengan sepenuh hatinya pada warga kota," cetus Surokhim kepada Surabaya Pagi, Senin (28/10/2019). Walau demikian, sambung peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) ini, tidak ada pemimpin yang sempurna. Menurut Surokhim, Surabaya yang ramah terhadap anak dan remaja ini masih patut mendapat perhatian karena fenomena ini juga hampir merata ada di kota besar. Kekurangan rezim Risma menurut Surokhim adalah kurang mendorong tumbuhnya enterpreneur pada kalangan generasi milenial. Hal itu dinilainya belim terlihat di samping pembangunan SDM warga pinggiran dan akses transportasi penghubung antar wilayah pinggiran. Menurut dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya ini, terdapat disparitas pembangunan antarkawasan yang membutuhkan kecermatan lebih untuk Kota Surabaya karena perkembangannya berbeda-beda antarkawasan, sehingga dibutuhkan harmonisasi pembangunan antarkawasan. Selain itu, kekurangan lainnya adalah tidak memaksimalkan potensi bawahan. Dengan tingkat kepuasan kinerja 82 persen, lanjutnya, Risma memang berada dalam posisi positif di atas rata-rata. Bisa jadi, karena kepemimpinan yang sangat menonjol sehingga kreativitas bawahan tidak banyak muncul. "Saya pikir ini juga menjadi tantangan untuk menggerakkan birokrasi dari bawah. Saya pikir itu hal-hal yang bisa dikritisi dan dijadikan evaluasi dari kepemimpinan Bu Risma," papar Surokhim. Disinggung mengenai tokoh siapa yang bisa menandingi kedigdayaan Risma, Surokhim berpendapat tokoh tersebut juga harus merupakan figur yang kuat dan punya modal sosial serta simbolik yang kuat pula. Bahkan, jika ingin bersaing diperlukan figur yang kekinian dan fresh. Menurut Surokhim, figur terebut bisa mengambil tokoh nasional yang bereputasi, bisa juga kepala daerah lain yang teruji dan sukses. "Semua akan tergantung siapa yang bakal dimajukan oleh PDIP. Intinya, untuk walikota sekelas Surabaya, diperlukan tokoh yang tidak hanya kuat baik secara sosial ekonomi dan simbolik, tetapi juga mendapat dukungan elit dan juga profesional," paparnya. "Saya pikir partai-partai di luar pemerintah bisa menginisiasi lebih dini khususnya Demokrat, PAN dan PKS untuk membuka ruang komunikasi awal," tambah Surokhim. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU