Risma vs Bambang DH di Pilwali Surabaya 2020, Siapa Jago yang Dimajukan?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Jul 2019 01:34 WIB

Risma vs Bambang DH di Pilwali Surabaya 2020, Siapa Jago yang Dimajukan?

Disebut-sebut Berebut Pengaruh ke Megawati untuk Tentukan Calon Walikota pada Pilwali Surabaya 2020. Namun di Luar PDIP, Ada Tokoh yang Gunakan Gerakan Politik "Angsa Berenang di Danau", Tidak Gaduh tapi Bekerja Keras di Bawah Rangga Putra-Alqomar, Tim Wartawan Surabaya Pagi Menyongsong Pemilihan Walikota (Pilwali) Surabaya 2020, Tri Rismaharini dan Bambang Dwi Hartono alias Bambang DH, disebut-sebut sedang berebut pengaruh di hadapan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dua tokoh ini diperkirakan akan menjadi penentu, siapa calon walikota (cawali) yang nantinya akan mendapat rekomendasi Megawati. Tri Rismaharini memang bukan kader murni PDIP. Tapi dua periode menjadi Walikota Surabaya, keberhasilan Risma akan menjadi pertimbangan. Sementara pengaruh Bambang DH sebagai mantan Walikota Surabaya dua periode, juga tak bisa diremehkan. Apalagi saat ini, suami Dyah Katarina itu menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPP PDIP, yang mengantarkan partai banteng moncong putih itu sebagai partai pemenang Pemilu 2019. Rivalitas keduanya diprediksi akan semakin panas, karena Bambang DH dianggap berpotensi menjadi Sekjen PDIP menggantikan Hasto Kristanto. Sedang Tri Rismaharini disebut-sebut ingin naik pangkat dengan berkarir di pusat (Jakarta). Lantas, bagaimana kans Whisnu Sakti Buana yang gagal menjadi Ketua DPC PDIP Surabaya, digantikan Adi Sutarwijono yang dikenal orangnya Bambang DH? ------------ Direktur Surabaya Consulting Group (SCG), Didik Prasetiyono mengatakan langkah yang dilakukan DPP PDIP akan penuh kejutan menghadapi Pilwali Surabaya 2020. Namun, hingga kini belum terbaca terang strategi yang sebenarnya ingin dimainkan. "Layaknya permainan catur, langkah yang dilakukan DPP PDIP penuh kejutan dan belum terbaca terang strategi apa yang sebenarnya ingin dimainkan dalam menyongsong Pilwali 2020. Langkah kejut telah dimulai dengan pergantian kepengurusan DPC PDIP Surabaya," beber Didik Prasetiyono, Senin (22/7/2019). Mantan komisioner KPU Jatim itu mengatakan, bagaikan pembukaan "Gajah Raja" di permainan catur di mana "Gajah Putih" dimainkan agar secara cepat bisa menekan sayap kubu lawan, DPP PDIP mengganti jajaran kepengurusan DPC PDIP Surabaya. Menurut Didik, langkah kejut itu bisa dimaknai dengan dua kemungkinan. Pertama, mengacaukan fokus lawan. Lawan politik PDIP digiring kepada pemikiran bahwa DPP PDIP punya "kehendak lain" dalam Pilwali dengan tidak lagi meletakkan Whisnu Sakti Buana sebagai Ketua DPC lagi. "Fokus pemetaan lawan politik akan pecah kepada pertanyaan-pertanyaan, "Kalau bukan Mas Whisnu, lalu siapa? "Di sini terlihat permainan politik DPP PDIP canggih dan tidak bisa ditebak," ujar Didik. Kedua, justru memberi ruang Whisnu lebih luas. Perubahan komposisi DPC PDIP Surabaya akan membuat Whisnu langsung bergegas fokus sebagai petahana untuk meningkatkan elektabilitas. "Mas Whisnu memiliki waktu yang lebih luas untuk berperan sebagai Wakil Walikota dan intens bertemu rakyat. Sementara partai ditangani oleh Adi Sutarwijono yang juga dikenal piawai melakukan politik publik," jelasnya. **foto** Pengaruh Risma-BDH Di Surabaya, lanjut Didik, PDIP memiliki tradisi menang yang panjang dalam pertarungan Walikota. Torehan perubahan kota sejak periode Bambang DH dan Tri Rismaharini membikin Surabaya lekat dipersepsikan sebagai "kandang banteng". "Paduan tradisi menang dan langkah kejut DPP PDIP semakin memusingkan lawan-lawan politik yang dari pemilu ke pemilu ingin mendongkel dominasi PDIP di Surabaya," ujarnya. Pertanyaan berikutnya adalah siapa penerus Risma? Menurut Didik, jawaban dari pertanyaan tersebut bisa diketahui dari aspirasi yang dibawa dua kunci penting PDIP di Surabaya, yaitu Risma dan Bambang DH. Menurut Didik, Risma dikenal dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Preferensi Risma akan menjadi pertimbangan penting bagi pengambilan keputusan DPP PDIP. "Siapa yang mendapat approval dari Risma bisa mendapat perhatian DPP PDIP. Demikian pula sebaliknya," ujarnya. Adapun Bambang DH, sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu dan Walikota Surabaya 2 periode, punya posisi strategis dalam pengambilan keputusan DPP PDIP. Pertimbangan-pertimbangannya juga akan menjadi rujukan bagi Megawati dalam memilih kandidat di Pilwali. **foto** 6 Kandidat Didik menganalisis sejauh ini ada enam nama kandidat yang berpeluang diusung DPP PDIP. Pertama, Whisnu Sakti Buana. "Whisnu adalah kandidat internal yang saat ini berada paling atas, baik secara popularitas maupun elektabilitas," tandas Didik. Kedua, Puti Guntur Sukarno. Cucu Bung Karno ini terpilih dengan 139.794 suara di Dapil DPR RI Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) yang merupakan modal cukup kuat sebagai kandidat. "Bila meneruskan tradisi walikota Perempuan, Mbak Puti merupakan kandidat yang bisa menjadi kejutan," kata Didik. Ketiga, Armudji. Ketua DPRD Kota Surabaya ini terpilih dengan 136.308 suara di DPRD Jatim Dapil Jatim I (Surabaya). Perolehan itu tertinggi di Dapil Jatim I. "Pengalaman dan kemampuan elektoral menjadi daya tawar Armudji," kata Didik. Keempat, Mochamad Nur Arifin (Ipin). Kandidat ini akan muncul jika DPP PDIP mempertimbangkan usia sebagai faktor dalam merebut elektoral. "Bupati Trenggalek ini dikenal dekat dengan elit DPP, berpeluang menjadi kandidat alternatif bila terjadi kebuntuan pada nama-nama yang beredar," jelasnya. Ipin juga disebut-sebut sebagai orangnya Bambang DH. Kelima dan keenam adalah Hendro Gunawan (Sekkota Surabaya) serta Eri Cahyadi (Kepala Bapeko Surabaya). Keduanya birokrat yang cukup menonjol di Pemkot Surabaya. "Bila DPP PDIP mempertimbangkan rekam jejak Risma yang sebelumnya juga birokrat, Hendro dan Eri akan menjadi alternatif," terang Didik. Strategi "Angsa Berenang" Peneliti politik dari Surabaya Survey Senter (SSC) Surokim Abdussalam Surokim menyebut tokoh baru tak bisa dianggap enteng. Menurut dia, banyak prediksi yang salah terkait dengan strategi dan gerakan politik "angsa berenang di danau", sepertinya tidak gaduh tapi bekerja keras di bawah. "Strategi politik angsa berenang di danau ini ampuh memberi kejutan, jadi kalau ada kandidat dari partai-partai baru itu dan mereka bisa mengusung narasi perubahan yang pas tidak mustahil mereka bisa cepat masuk garis edar survei-survei kandidat potensial Pilkada Surabaya dan menjadi penantang potensial bagi calon-calon yang sudah ada selama ini," katanya. Apalagi, lanjut dia, ceruk pemilih milenial masih terbuka lebar dan angka swing voters atau pemilih mengambang terhadap calon yang ada, masih dinamis dan bergerak naik turun. Ia menilai pemilih kelas menengah di Surabaya lumayan kuat dan signifikan, khususnya untuk memberi dorongan adanya perubahan. Biasanya, lanjut dia, jika ada calon baru potensial yang bisa membawa perubahan progresif, respons mereka positif. "Saya pikir itu juga variabel yang layak dihitung dalam Pilkada Surabaya selain pemilih loyal berbasis ideologis partai dan demografis sosiologis," ujar Dekan Fisib Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini. Surabaya Survey Center juga merilis beberapa tokoh muda yang memiliki potensi untuk maju dalam Pilwali 2020, yang akan menggantikan Tri Rismaharini. Nama-nama yang dimunculkan adalah tokoh muda yang milenial, populer, profesional di bidangnya, dan memiliki basis pemilih dan potensi elektabilitas. Dengan dimunculkannya nama-nama tokoh muda ini akan semakin banyak memberi tawaran kepada pemilih . "Dan semakin banyak pemilih tentunya akan semakin baik bagi demokratisasi di Kota Surabaya," ucapnya. Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jatim, Zahrul Azhar Asad (Gus Hans); Presiden Klub Persebaya, Azrul Ananda; Ketua Muda-mudi Demokrat Jatim, Bayu Airlangga; Politisi PSI, Dhimas Anugerah; Presenter Agnes Santoso hingga Ketua Umum Gabungan Organisasi Wanita, Asrilia Kurniati. Calon Sekjen Menjelang Kongres PDIP di Bali, bursa calon Sekjen mencuat. Bambang DH disebut-sebut berpotensi menempati posisi strategis itu. Namun ia harus bersaing dengan nama-nama seperti Ahmad Basarah dan Hasto Kristanto. Ketua Fraksi PDIP DPRD Surabaya Sukadar mengatakan, Bambang DH sukses mejadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 2019. Menurutnya, tugas Bambang DH kini tinggal satu, yakni menjadikan Whisnu Sakti Buana sebagai Wali Kota dalam Pilwali Surabaya 2020. Luar biasa, bagi kami tugas beliau kurang satu saja yakni menjadikan Whisnu yang notabene kader sendiri sebagai wali kota Surabaya, kata Sukadar, beberapa waktu lalu. Sementara Tri Rismaharini, menurut sumber di lingkungan DPRD, disebut-sebut ingin berkarir di Jakarta setelah tak menjabat Walikota Surabaya. Entah ikut kontestasi di Pilkada DKI Jakarta atau menjadi menteri. Infonya Bu Risma nanti ingin ke Jakarta setelah lengser sebagai walikota Surabaya. Tentunya beliau akan menyiapkan penggantinya di sini (Surabaya), ungkap sumber yang meminta namanya tak disebutkan ini. Namun ia menolak menyebut calon yang akan didukung Risma di Pilwali 2020. Sampean pasti wes eroh sopo jagone, cetusnya sambil tertawa. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU