Sebutan Pemimpin Tak Berpengalaman Bagian dari Gimik Jokowi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 14 Jan 2019 13:38 WIB

Sebutan Pemimpin Tak Berpengalaman Bagian dari Gimik Jokowi

SURABAYAPAGI.com - Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP UI, Aditya Perdana menganggap pernyataan yang disampaikan capres petahan Jokowi soal memimpin bangsa harus punya pengalaman adalah hal yang wajar kerap disampaikan calon petahana. Pernyataan Jokowi tersebut dianggap sebagai bagian dari gimik politik yang mendiferensiasi dua kubu berbeda, yakni pihak yang punya rekam jejak maupun tidak. "Ini kampanye yang selalu berulang, gimik yang coba memengaruhi psikologis publik, menggambarkan antara petahana dan bukan, serta berpengalaman di pemerintahan atau tidak," kata Aditya dilansir dari CNN, Senin (14/1). Jokowi, kata Aditya, mencoba memberikan pandangan kepada publik bahwa memimpin bangsa harus punya rekam jejak dalam pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Secara tidak langsung, Jokowi memberikan pesan bahwa kubu penantang tak memiliki keuntungan tersebut. "Sebab kita tahu bahwa memimpin di kesatuan, seperti Kopassus tidak dapat dibandingkan dengan riwayat kepemimpinan dalam pemerintahan," kata Aditya. Kondisi Pilpres 2019 menguntungkan Jokowi selaku petahana yang boleh dibilang mendominasi pertarungan. Situasi akan berbeda pada Pilpres 2024, dimana kontestan yang bertarung akan mempertemukan tokoh-tokoh baru tanpa bayang-bayang petahan. "Ya, prediksi para kontestan Pilpres 2024 nanti adalah para calon-calon yang berangkat dari daerah," kata Aditya. Kendati demikian, rekam jejak Prabowo di dunia politik bukan berarti tak dapat diperhitungkan. Memimpin partai politik sekelas Partai Gerindra, kata Aditya, bisa jadi gambaran utuh bahwa Prabowo mumpuni dalam berorganisasi. Jokowi menyinggung soal pemimpin berpengalaman saat menghadiri acara deklarasi sejumlah alumni Universitas Indonesia (UI) di Plaza Tenggara Gelora Bung Karno, Senayan. Capres nomor urut 01 itu bercerita soal pengalamannya selama memimpin dari tingkat kota hingga nasional. Syarat menjadi seorang pemimpin menurutnya harus memiliki pengalaman. "Saya ingin bercerita soal pengalaman. Karena yang namanya memimpin itu harus punya yang namanya pengalaman," ujar Jokowi disambut sorak sorai para pendukungnya. Aditya menganggap gaya komunikasi Jokowi belakangan ini lebih tertata dan tepat sasaran menanggapi isu politik teraktual. Gaya komunikasi Jokowi dianggap cukup efektif sebagai bentuk sentilan balasan. "Jokowi masih menggunakan gaya komunikasi yang defensif, menunggu respons dari kubu lawan, kemudian menggunakan serangan balik yang cukup efektif. Bisa kita lihat saat Jokowi menanggapi Ojek Online yang direndahkan, dan menanggapi Indonesia bubar," kata Aditya. Pakar politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito menilai bahwa pernyataan Jokowi soal pengalaman di bidang pemerintahan, mutlak ingin menunjukkan bahwa petahana punya banyak keunggulan. "Jokowi ingin menyampaikan pesannya bahwa ia memiliki leadership yang jauh lebih bagus daripada calon lainnya," kata Arie, saat dihubungi, Senin (14/1). Arie menilai pesan yang disampaikan Jokowi akan ampuh membuka cara pandang masyarakat memilih pemimpin, terlebih, belakangan ini Jokowi dinilainya menggunakan gaya komunikasi yang lebih rapi, tertata dan menggunakan data. "Berbeda kemudian dengan narasi pesimisme yang disampaikan Prabowo, itu akan efektif namun hanya untuk loyalisnya, terhadap publik justru kontraproduktif," jelasnya. Sebelumnya, di depan ribuan pengemudi ojek online, Jokowi menyatakan keprihatinan atas gesekan horizontal setiap gelaran politik. Sebab itu, Jokowi berpendapat Indonesia harus bijaksana memilih pemimpin, termasuk di Pilpres 2019. "Jadi lihat saja calonnya, punya pengalaman atau tidak," kata Jokowi, Sabtu (12/1) di JIExpo Kemayoran, Jakarta. ai/cn

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU