Sembahyang di Klenteng, Lalu Bagi-bagi Angpao

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 06 Feb 2019 08:44 WIB

Sembahyang di Klenteng, Lalu Bagi-bagi Angpao

Perayaan Imlek 2019 di Surabaya cukup meriah, ratusan orang berkunjung ke klenteng-klenteng untuk panjatkan doa sejak Senin (4/2) malam hingga Selasa (5/2/2019) kemarin. Sementara di kampung pecinan digelar berbagai acara, mulai barongsai, bagi-bagi angpao hingga tarian khas China. Seperti apa kemeriahannya? ------ Julian Romadona, Wartawan Surabaya Pagi Seperti terlihat di Klenteng Hong San Ko Tee Jl. HOS Cokroaminoto. Sejak Senin (4/2/2019) malam, umat Tri Dharma berdatangan mengikuti doa dan persembahyangan menyambut tahun baru Imlek 2570. "Seperti biasanya ke sini hingga 200 orang. Tapi mereka datang silih berganti," kata Sudiman Akiong, pengurus klenteng. Perayaan Imlek di klenteng ini selalu dimeriahkan barongsai. Selain itu, ada acara bagi-bagi rezeki. Dengan simbol kostum Dewa Rezeki, membagikan angpau kepada para jemaat yang hadir. "Itu acara yang berbeda dengan klenteng yang lain. Kalau kita selalu pakai simbol dewa rezeki. Karena kami yakini simbol itu akan memberikan rezeki bagi kita," papar pria yang akrab disapa Akiong ini. Andre, aalah satu jemaat klenteng Hong San Koo Tee mengungkapkan, Sio Babi Tanah adalah sumber kemakmuran. Terutama, bagi usaha-usaha yang masih berkaitan dengan tanah, properti misalnya. "Sio Babi Tanah di tahun 2019 ini berarti usaha-usaha seperti pertanian, perkebunan, dan properti sangat bagus," ujar Andre. Andre berharap, di tahun politik ini, masyarakat jauh lebih damai. Bahkan, ia juga berharap Indonesia dijauhkan dari segala mara bahaya, seperti bencana alam. "Harapan di tahun baru imlek semoga kita lebih tentram lagi, karena tahun ini kan juga pas tahun politik, saya berdoa agar negara dan rakyat jauh lebih baik lagi dan terjauh dari bencana," tutur dia. Wayang Potehi Sementara itu, perayaan imlek di Klenteng Hong Tiek Hian Jalan Dukuh Surabaya, berlangsung sederhana. Menariknya, di klenteng ini digelar wahang Potehi, khas Tionghoa. Masyarakat bisa menyaksikan pertunjukan wayang potehi setiap hari, mulai pukul 09.00 dan pukul 13.00 WIB. Pertunjukan berlangsung selama dua jam. Pertunjukan wayang potehi tetap berlangsung meski tidak ada penonton. Menurut pengurus klenteng, cerita wayang potehi sengaja dibawakan setiap hari sebagai penghormatan untuk para dewa di klenteng. Selain bangunannya bersejarah sebagai klenteng tertua di Surabaya, pertunjukan wayang potehi (Po Tay Hie) menjadi keistimewaan lainnya, ujar Ong Khing Kiong, pengurus klenteng. Ia melanjutkan, ada salah satu prasasti yang tertempel di bangunan klenteng, menandakan klenteng sudah berdiri sejak abad ke 13 lalu, tepatnya tahun 1983. **foto** Bagi-bagi Angpao Sementara itu, tahun baru Imlek digelar cukup meriah di kampung pecinan Tambak Bayan, Surabaya. Warga keturunan Tionghoa menggelar barongsai dan tari kipas. Barongsai-barongsai tersebut berkeliling dari gang ke gang kampung untuk menghibur warga. Ini tradisi tahunan warga Tambak Bayan sejak tahun 2013, ucap Liem Kem Hao, Koordinator Pemuda Tambak Bayan. Menariknya, dalam perayaan itu, anak-anak juga ikut serta. Mereka meramaikan tahun baru China itu dengan menyuguhkan tari kipas. Penampilan mereka yang lucu turut menjadi daya tarik tersendiri dari perayaan ini. Tak hanya itu, antusiasme perayaan tahun baru Imlek juga ditunjukkan dengan bagi-bagi permen dan angpau. "Kami juga menghias lampion babi yang dibuat sendiri dari arek-arek Tambak Bayan," jelas Liem. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU