Setiap Bulan, Penghasilan Pengemis di Bali Capai Rp 9 Juta

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 05 Feb 2018 10:26 WIB

Setiap Bulan, Penghasilan Pengemis di Bali Capai Rp 9 Juta

SURABAYAPAGI.COM, DENPASAR - Menjadi pengemis rupanya memiliki penghasilan yang menggiurkan. Itulah yang menjadi salah satu alasan, para pengemis bertahan. Dikutip dari Tribun Bali, pengemis di Bali bisa meraup Rp 9 juta per bulan atau rata-rata sekitar Rp 300.000 per hari. Penghasilan itu, setara dengan gaji seorang asisten manajer di perusahaan lokal. "Ya bisa dapatlah Rp 250.000," kata Nyoman Sari, seorang pengemis yang ditemui akhir Januari lalu di trotoar pinggiran Jalan Raya Ubud, Gianyar. Sari mengemis bersama dua anaknya, satu masih balita dan satu lagi berusia 9 tahun. "Anak saya yang besar itu sebetulnya bersekolah, sudah kelas tiga. Karena saya ajak ke sini, dia gak masuk dulu beberapa hari," imbuh perempuan itu sambil menunjuk ke anaknya yang berusia 9 tahun. Nyoman Sari berasal dari Banjar Munti Gunung, Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Di persimpangan Jalan Imam Bonjol (Denpasar)-Sunset Road-Raya Kuta (Badung), seorang perempuan pengemis mengaku mendapatkan penghasilan sekitar Rp 150.000 dalam sekali mangkal di satu tempat. Jika sampai dua kali mangkal di tempat berbeda, dia bisa meraup total Rp 300.000 dari kegiatan mengemisnya dalam sehari. "Saya kerja bikin tamas di rumah, tapi hasilnya tidak cukup untuk biaya hidup. Karena itu, saya melakukan ini (mengemis)," tutur pengemis yang juga berasal dari Munti Gunung itu. Tak jauh berbeda, pengemis di Ubud, bisa mengantongi minimal Rp 50.000 per hari. Di Ubud, para pengemis biasanya memilih tempat mangkal di kawasan dekat barat Patung Arjuna hingga satu kilometer ke arah barat. Menabung Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem, Ni Ketut Puspakumari, membenarkan bahwa penghasilan seorang pengemis dari Munti Gunung bisa mencapai Rp 9 juta dalam sebulan. Mereka, menurut Puspakumari, kebanyakan beroperasi di kawasan Ubud, Denpasar, dan di perbatasan Kuta-Denpasar. "Sekarang lebih sedikit yang beroperasi di Kuta, lebih banyak di Ubud. Sasaran operasinya memang daerah yang banyak wisatawan asing. Kami pernah mendata, penghasilan para pengemis itu antara Rp 6 juta hingga Rp 9 juta sebulan. Karena itu, sulit untuk menghentikan mereka mengemis. Hasilnya banyak," kata Puspakumari. Dinsos Denpasar pernah menemukan seorang pengemis yang membawa tas berisi duit sebesar Rp 4.744.000 saat si pengemis dibawa ke Kantor Dinsos setelah kena razia Satpol PP setempat pada 2017 lalu. Pengemis itu mengaku mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu minggu meminta-minta. Bahkan dari keterangan sejumlah pegawai bank di Ubud, para gepeng (gelandangan dan pengemis) yang beroperasi di Ubud rutin menabung ke bank setiap bulan, dengan nominal Rp 2 juta hingga Rp 6 juta. "Sulit menertibkan. Sekarang ditangkap, setelah dilepas beberapa hari kemudian, mereka beroperasi lagi. Itu karena mereka bisa hidup enak dengan meng-gepeng. Mereka bisa beli handphone, bisa menabung jutaan rupiah setiap bulan," ujar Kepala Dinas Satpol PP Gianyar, Cokorda Agusnawa, Senin (29/1/2018). Menurut Kepala Satpol PP Denpasar, I Dewa Gede Anom Sayoga, di Denpasar lebih banyak pengemis dari luar Bali daripada pengemis lokal (Bali). "Pengemis di Denpasar kadang ada, kadang tidak. Musiman sifatnya. Kalau kami temukan mereka, langsung kami giring," kata Anom Sayoga. Ada yang unik dari pengemis di Denpasar. Mereka, banyak yang berpura-pura cacat, bahkan pura-pura gila. Segala cara dilakukan untuk membuat masyarakat iba kepada mereka. "Pura-pura stres ada. Kalau yang pura-pura ini kebanyakan dari luar Bali, karena sempat saya cek kapan hari. Kami kan belajar dari kejadian-kejadian yang pernah ditayangkan di televisi. Makanya, kami periksa mereka saat razia. Terbongkarlah kepura-puraan mereka," kata Anom Sayoga. Pengemis di Denpasar mengincar kawasan keramaian, seperti di persimpangan yang ada traffic light, depan mal, dan sekitar pasar. CR/beb (kmps)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU