Home / Sejarah Suroboyo : Komunitas Muslim Tionghoa di Surabaya

Shalat di Masjid Cheng Ho, Teringat Ka’bah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 20 Mei 2018 21:59 WIB

Shalat di Masjid Cheng Ho, Teringat Ka’bah

Masjid Cheng Ho atau yang juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho ini menjadi masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama muslim Tionghoa. Masjid di Jalan Gading, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya ini pun menjadi tempat komunitas muslim warga keturunan Tionghoa di kota pahlawan. Termasuk saat bulan Ramadhan tahun ini. Sejak semalam (16/5/2018), masjid ini dijubeli ratusan jamaah guna menjalankan ibadah salat Tarawih pertama di bulan suci. Meski dicap sebagai kaum minoritas, komunitas muslim Tionghoa di Surabaya tetap antusias menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Terlihat dari mereka yang mengikuti jamaah salat Tarawih di Masjid Cheng Hoo, Rabu (16/5/2018) malam. Menariknya, mereka berbaur dengan warga setempat. Tiap tahun saya mengikuti salat tarawih di sini, karena toleransinya antar jamaahnya yang tinggi, ucap Rizky, salah seorang jamaah. Menurutnya, di Masjid Cheng Hoo tidak hanya komunitas muslim Tionghoa yang datang untuk salat. Tapi beragam jamaah dari berbagai etnis berbaur menjadi satu. Biasanya kami memperbanyak tadarus di sini, kata Taufiq, jamaah lainnya. **foto** Meski masjid ini cukup kecil, namun Masjid Cheng Ho ini memiliki sejumlah keunikan. Ukuran bangunan yang 11x11 diambil dari ukuran Kabah saat pertama kali dibangun Nabi Ibrahim. Sedang ornamen langit-langit masjid menyerupai sarang laba-laba segi delapan. Angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa, sedangkan sarang laba-laba merupakan sesuatu yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari kejaran kaum Quraish. Sedang warna merah yang mendominasi warna masjid, menyimbolkan kebahagiaan. Sementara warna kuning di beberapa bagiannya mempunyai makna suatu kedamaian. Anak tangga di pintu kanan dan kiri masjid berjumlah 5 dan 6. Angka ini simbol rukun Islam dan rukun iman. Pintu masjid dibangun tanpa menggunakan daun pintu, hal ini melambangkan bahwa Masjid Cheng Ho Surabaya terbuka bagi siapa saja, tanpa melihat golongan. Saat masuk ke dalam masjid ini tiap orang harus meninggalkan hal-hal yang bersifat golongan dan sektarian, tujuannya kan salat, fokus saja salat, tutur Hasan, Ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Ia menambahkan selama Ramadhan, pihaknya tak hanya menggelar jamaah tarawih. Kegiatan-kegiatan yang direncakan seperti buka puasa bersama. Setiap hari kami sediakan 650 hingga 750 porsi, sebut pria yang juga memiliki nama lain Liem Fuk Shan. Untuk kegiatan sahur bersama digelar setiap hari Minggu. Kita juga akan mengadakan sahur on the road, imbuh dia. Selain itu, pihaknya berencana mengundang kaum dhuafa dan anak yatim dan mengadakan kegiatan potong rambut gratis bagi 1000 orang tidak mampu. Jadi teknisnya di bagi dua, tanggal 28 Mei 500 orang dan tanggal 4 Juni 500 orang. Yang memotong rambut di sini adalah salon-salon top di Surabaya yang mana sekali potong harganya bisa sampai Rp 300 ribu, papar Hasan. Akhir Mei nanti, lanjutnya, Masjid Cheng Hoo akan mengundang 500 dhuafa dan anak yatim bersama Konsulat Jenderal Repubik Rakyat Tiongkok. Semua kegiatan ini tidak lepas dari bantuan para donator dari komunitas muslim Tionghia. Ada juga yang dari luar komunitas, pungkasnya. Laporan : Reyhan Editor: Ali Mahfud

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU