Sinovac, Brasil Menolak-Turki Pesan 50 Juta Dosis

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 18 Des 2020 21:34 WIB

Sinovac, Brasil Menolak-Turki Pesan 50 Juta Dosis

i

Jair Bolsonaro menolak disuntik Vaksin Sinoca.

 

SURABAYAPAGI.COM, Sao Paulo - Di Indonesia, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin buatan China, Sinovac telah tiba pekan lalu dan akan ada 1,8 juta vaksin susulan pada Januari mendatang. Meski demikian, Sinovac hingga saat ini belum merilis hasil uji klinis untuk mengetahui tingkat efektivitas vaksin buatan mereka.

Baca Juga: Tentara Bayaran WNI di Ukraina, Bisa Propaganda Rusia

Tak hanya Indonesia, setidaknya ada 3 negara lain yang sudah memesan Sinovac. Mereka adalah Brasil, Turki dan Chili. ‘Perjalanan’ Sinovac di Brasil tak semulus di Indonesia. Sama halnya Indonesia, negara itu juga menjadi salah satu tempat uji coba klinis fase III. Pada pertengahan November 2020, Brasil telah menerima 120.000 dosis pertama Sinovac dan menunggu persetujuan dari regulator kesehatan nasional (Anvisa).

Melansir Reuters, persetujuan Sinovac tidak akan selesai sebelum 21 Desember dan dapat memakan waktu hingga minggu pertama Januari. Brasil pun belum menentukan waktu distribusi. Mereka kini masih berfokus pada penilaian terkait kemanjuran dan keamanan vaksin. Vaksin Sinovac telah dipromosikan oleh Gubernur Sao Paulo Joao Doria, sebuah langkah yang membuatnya berselisih dengan Presiden Jair Bolsonaro.

Sebab, Bolsonaro telah menyerang vaksin China karena kurang kredibilitas dan masih belum jelas apakah pemerintah federal akan memasukkannya ke dalam program inokulasi nasionalnya.

Hasil jajak pendapat yang diterbitkan sebuah lembaga survei di Brazil, Sabtu (12/12) lalu malah menunjukkan jumlah warga yang menolak vaksin COVID-19 buatan China naik dari sembilan persen pada Agustus 2020 jadi 22 persen minggu ini.

Bolsonaro akhir bulan lalu mengatakan ia tidak akan ikut vaksinasi meskipun vaksin COVID-19 nantinya tersedia. Presiden Brazil, salah satu tokoh yang meragukan vaksin, mengatakan penolakan itu merupakan "hak"-nya.

Ia secara spesifik menyampaikan keraguannya terhadap vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac, perusahaan farmasi asal China, bersama Butantan Institutue, lembaga riset di bawah naungan negara bagian Sao Paulo, Brazil.

Profesor dari Universitas Johns Hopkins Naor Bar-Zeev yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan hasil penelitian harus diinterpretasikan dengan hati-hati sampai hasil Tahap III dipublikasikan.

"Tapi meski begitu, setelah uji coba Tahap III dan setelah perizinan, kita harus tetap berhati-hati," ujarnya.

Gang Zeng, seorang peneliti Sinovac yang terlibat dalam studi CoronaVac mengatakan, vaksin bisa menjadi pilihan yang menarik karena dapat disimpan pada suhu lemari es normal 2 hingga 8 derajat Celcius (36 ° -46 ° F) dan dapat tetap stabil hingga tiga tahun.

Menurut hasil survei Datafolha, hanya 47 persen responden yang bersedia divaksinasi dengan anti virus buatan China, sementara 50 persen lainnya menolak divaksinasi dan tiga persen sisanya belum membuat keputusan.

Baca Juga: UNESA Gandeng Universitas Islam Madinah Perkuat Mutu Pendidikan dan Jaringan Internasional

Hasil survei itu menunjukkan adanya keterkaitan antara penolakan vaksin dengan kepercayaan publik terhadap Presiden Bolsonaro.

Setidaknya, ada 33 persen responden menolak ikut vaksinasi karena mereka percaya Bolsonaro, sementara 16 persen responden menilai presiden bukan orang yang dapat dipercaya.

"Ini akan menawarkan beberapa keuntungan untuk distribusi ke daerah di mana akses ke pendinginan sulit,” terang Zeng.

 

Turki Percaya

Sementara di Turki, keyakinan pada Sinovac masih membuncah. Kementerian Kesehatan Turki telah mengumumkan rencana penggunaan vaksin Sinovac akhir Desember 2020 di tengah lonjakan kasus infeksi dan kematian.

Baca Juga: Pesawat Japan Airlines Tabrak Pesawat, 400 Penumpang Selamat

Turki telah menyepakati 50 juta dosis vaksin Sinovac yang saat ini sedang dalam uji coba tahap akhir. Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mengatakan, otoritas penggunaan awal akan diberikan setelah laboratorium Turki mengonfirmasi bahwa vaksn itu aman.

"Jika perkembangan terus berlanjut secara positif seperti yang kami harapkan, Turki akan menjadi salah satu negara pertama di dunia yang memulai vaksinasi pada fase awal," kata Koca.

 Upaya vaksinasi akan dilakukan dalam empat tahap. Di antara kelompok pertama adalah tenaga medis dan warga berusia di atas 65 tahun.

Berikutnya adalah pekerja esensial dan orang di atas 50 dengan setidaknya satu penyakit kronis. Ketiga, orang yang berusia di bawah 50 tahun dengan setidaknya satu penyakit kronis, dewasa muda, dan pekerja lain akan divaksinasi. Fase keempat dan terakhir akan dilakukan untuk seluruh populasi.

Negara lainnya yang memamaki Sinovac adalah Chili. Sama halnya dengan Indonesia, Brasil, dan Turki, negara itu menjadi salah satu lokasi uji klinis dari vaksin Sinovac. "Chili dapat dan harus berpartisipasi dalam studi klinis Fase III ini untuk menyetujui, mempelajari, dan mudah-mudahan memajukan pengembangan vaksin ini," Menteri Kesehatan Enrique Paris, dikutip dari Reuters, awal Oktober lalu. Bb/cnn/dym/sun/rtr

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU