Soal Propaganda Rusia, Jokowi Terpancing Prabowo

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 06 Feb 2019 08:37 WIB

Soal Propaganda Rusia, Jokowi Terpancing Prabowo

Jaka Sutrisna, Erick Tresnadi, Wartawan Surabaya Pagi Bagai fenomena bola salju, polemik penyebutan propaganda Rusia terus bergulir dan kian membesar mewarnai politik nasional jelang Pilpres 17 April 2019. Kubu Jokowi-Maruf Amin maupun Prabowo-Sandiaga Uno saling tuding dan psy war. Namun pengamat politik menilai, Jokowi terpancing provokasi kubu Prabowo. --- Penggunaan "propaganda Rusia" diungkap Jokowi saat menghadiri kegiatan deklarasi Forum Alumni Jawa Timur di Surabaya, akhir pekan lalu. Propaganda yang dimaksud Jokowi adalah teknik Firehouse of Falsehood yang juga digunakan Donald Trump guna menarik perhatian masyarakat dengan menyebarkan hoax, ketakutan, hingga pemberitaan-pemberitaan yang remeh. Menanggapi hal itu, Aditya Perdana, pengamat dari Universitas Indonesia mengatakan pola ini terlihat dari saling serang yang menggunakan isu populis, bukan program serta hoaks. Menurut Aditya, model kampanye semacam ini pernah dilakukan Presiden AS Donald Trump dengan cara menyerang lawannya dengan isu-isu dan menggiring para pemilih pada tema seputar nasionalisme. "Itu kan cara atau strategi. Contohnya antek asing. Kalau kampanye Trump saat pemilihan kan mempertanyakan apakah Anda punya nasionalisme atau tidak? Diukur dari situ, ikut saya atau yang lain," ujar Aditya, Selasa (5/2/2019). "Jadi nampaknya yang sedang dibangun isu populisme, bukan programatik. Memang mudah sekali isu seperti itu terangkat karena dekat dengan pemilih kan, apalagi soal identitas," ungkapnya. Ia menduga pernyataan Jokowi saat deklarasi di Surabaya pada Sabtu (2/2) lalu sebagai bentuk serangan balasan kepada kubu lawan karena kerap mengangkat tuduhan antek asing. Namun demikian, sindiran yang dilontarkan kubu Jokowi-Maruf Amin kepada lawannya Prabowo-Sanidaga, hanya akan merugikan pihaknya. Sebagai petahana, menurutnya, Jokowi harus bersikap hati-hati dengan tidak mengumbar perkataan controversial, namun menyampaikan program-program dan capaian-capaiannya. "Orang-orang yang tadinya sudah yakin kepada Jokowi, bisa saja berubah. Semisal pendukung yang masih setengah hati ini, kecenderungan bergeser pilihannya ada karena melihat sikap Jokowi," analisis Aditya. Aditya juga mengatakan psywar atau perang urat syaraf yang dilakukan kedua kubu, tidak akan efektif memengaruhi pemilih muda. Ini karena informasi yang mereka miliki lebih banyak ketimbang menelan mentah-mentah pernyataan yang diembuskan masing-masing calon. Jokowi Terpancing Hal sama diungkapkan pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Jerry Massie. Ia mengingatkan kepada Joko Widodo agar berhati-hati saat menyampaikan soal propaganda Rusia karena bisa menjadi keuntungan bagi tim Prabowo-Sandi. "Untuk Jokowi jangan sampai misscommunication dalam menyampaikan pimikiran. Serahkan saja kepada jubir TKN untuk berbicara," kata Jerry, Selasa (5/2) kemarin. Hal itu, lanjut dia, lantaran dalam dunia komunikasi politik lebih di kenal dengan aspek linguistik verbal, halangan fisikal (salah bicara) bisa berdampak buruk. "Saya nilai kubu lawan sengaja memancing emosi Jokowi agar marah. Ini sebuah settingan yang tidak diantisipasi sejak dini maka ini adalah time bomb atau bom waktu," kata Jerry. Dengan kondisi ini maka akan berpengaruh pada debat kedua soal pangan, infrastruktur, SDA dan energi. "Jangan terpancing dengan politik diving kubu lawan. Ketenangan sangat berpengaruh dalam kemenangan. Propaganda dan manifesto politik akan menjadi goal setting (sasaran) untuk menyerang," papar peneliti IPI ini. Menurut dia, performance Jokowi pada pilpres 2014 lalu dengan sekarang berbeda, dimana mantan Walikota Solo ini tak mudah terprovokasi dan terpancing dengan attacking (serangan) pihak lawan. "Penguasaan diri sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti ini," katanya. Klarifikasi Jokowi Sementara itu,Capres 01 Joko Widodo menjelaskan pidato kampanyenya yang menyebut ada timses yang menggunakan propaganda Rusia. Istilah propaganda Rusia itu, menurut Jokowi, bukan urusan antar negara. Tetapi terminologi dari artikel RAND Corporation yang berjudul The Russian Firehouse of Falsehood Propaganda model pada 2016. "Iya ini kita tidak bicara mengenai negara, bukan negara Rusia, tapi terminologi dari artikel di RAND Corporation. Sehingga ya memang tulisannya seperti itu, bahwa yang namanya semburan kebohongan. Semburan dusta, semburan hoaks itu bisa mempengaruhi dan membuat ragu dan membuat ketidakpastian," kata Jokowi di Jakarta Selatan, Selasa (5/2/2019). Biasanya, lanjut Jokowi, dipakai untuk negara-negara yang tanpa dukungan data pasti. Dia pun menegaskan, pernyataannya bukan urusan negara. "Sekali lagi ini bukan urusan negara, kita Indonesia dan Rusia bukan, saya dengan Presiden Putin sangat-sangat baik hubungannya," tegas Jokowi. Sebelumnya, Kedutaan Besar Rusia di Jakarta menyampaikan pernyataan bantahan terkait pernyataan Jokowi terkait propaganda Rusia. "Sebagaimana diketahui istilah propaganda Rusia direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," kata cuitan akun resmi Kedutaan Rusia. "Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," kata Kedutaan Rusia. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, menyebut selisih elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo hanya empat persen. Yakni Jokowi-Maruf Amin 47% dan Prabowo-Sandiaga 43%. Selisih tipis itulah, menurut Andre, yang membuat Jokowi tertekan sehingga melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial. Ia pun membantah kubunya menggunakan konsultan asing demi memenangkan pemilihan presiden April mendatang. "Jadi sikap itu adalah kekhawatiran berlebihan, sehingga Jokowi menimbulkan kegaduhan dengan pernyataan hoaks yang menuduh kami melakukan propaganda ala Rusia atau menggunakan konsultan asing," imbuhnya. Dia bahkan menantang Jokowi agar melaporkan anggota BPN Prabowo-Sandiaga ke Kepolisian jika terbukti memfitnah. "Kalau ada tim sukses kami yang fitnah Jokowi, tangkap saja. Jangan menimbulkan kegaduhan," pungkasnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU