Supermoon 21 Januari, Air Pasang Laut akan Lebih Tinggi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 21 Jan 2019 09:51 WIB

Supermoon 21 Januari, Air Pasang Laut akan Lebih Tinggi

SURABAYAPAGI.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyebut fenomena supermoon yang akan terjadi pada 19 hingga 22 Januari 2019 diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap kenaikan pasang air laut di pesisir selatan Yogyakarta. "Ada potensi kenaikan (pasang air laut) di pesisir selatan Yogyakarta akibat `supermoon` tetapi tidak berdampak signifikan atau tidak sampai maksimum," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasius Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiono, di Yogyakarta, Sabtu. Menurut Djoko, supermoon adalah posisi periegee atau posisi di mana bulan menempati titik terdekat dengan bumi. Kondisi ini umumnya berdampak pada kenaikan pasang air laut, khususnya pada malam hari. Pengunjung menikmati deburan ombak yang mencapai dua meter, di pantai Tambakrejo, Blitar Selatan, Jawa Timur, Kamis, 21 Juni 2018. Pada H+7 Lebaran, sejumlah destinasi wisata masih dipadati wisatawan domestik. Ia mengatakan efek dari kenaikan pasang air laut itu tidak akan terlalu dirasakan masyarakat di pesisir selatan Yogyakarta sebab tinggi daratan di pesisir selatan Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan lautnya. "Berbeda dengan di daerah pantai utara (pantura), di mana umumnya daratannya lebih rendah sehingga labih banyak dirasakan warga yang tinggal di daerah pesisir," kata dia. Meski demikian, ia menyebut saat ini sampai 22 Januari 2019 tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2,5 meter dengan kecepatan angin rata 5-20 knot sehingga masih perlu diwaspadai masyarakat, khususnya para nelayan. Tinggi gelombang itu, menurut dia, lebih disebabkan oleh daerah tekanan udara rendah yang muncul di Samudera Hindia, di sebelah selatan Jawa."Sehingga meskipun tidak terlalu dipengaruhi supermoon, masyarakat tetap perlu mewaspadai tinggi gelombang laut di pesisir selatan," demikian Djoko Budiono. Supermoon pada 21 Januari 2019 dikabarkan bakal membuat pasang maksimum air laut. Beberapa astronom menyatakan fenomena supermoon akan berdampak pada kondisi pasang air laut. "Secara umum efeknya ada, namun detailnya pasti bergantung juga pada kondisi pantainya serta tipe pasang surut di pantai tersebut," kata Rukman Nugraha, astronom dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sabtu, 19 Januari 2019. BMKG mengeluarkan peringatan dini soal pasang maksimum air laut untuk periode 19-22 Januari 2019. Peringatan itu terkait fenomena supermoon, yaitu purnama ketika jarak bulan dengan bumi sedang dalam posisi terdekat (perigee). Pada Januari ini, jarak bulan tengah dalam posisi terdekatnya dengan bumi atau disebut perigee. Saat 22 Januari, bulan mencapai jarak terdekatnya dengan bumi sejauh 357.342 kilometer. Sebelum itu, pada 21 Januari, bulan akan muncul secara penuh (purnama) di wilayah Indonesia. "Disebut bulan super karena bulan memasuki fase purnama saat berada pada jarak terdekat dengan bumi," kata Avivah Yamani, penggiat astronomi di komunitas Langit Selatan Bandung, Ahad, 13 Januari 2019. Pada hari itu, bulan akan berada di atas cakrawala sejak matahari terbenam sampai fajar tiba. Jika langit cerah, kondisi itu kesempatan baik untuk mengamati bulan dan kawah-kawahnya. "Setelah fase purnama, waktu terbit bulan secara perlahan akan bergeser semakin malam," katanya. BMKG meminta masyarakat pesisir waspada pada kurun 19-22 Januari 2018. Terutama yang tinggal di pesisir utara Jakarta hingga Jawa Timur, juga pesisir selatan, seperti Cilacap, Tanjung Benoa Bali, pesisir Kalimantan Barat, serta Makasar. Astronom yang juga Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, supermoon memang menyebabkan pasang maksimum. Namun sesungguhnya, kata dia, pasang maksimum saat purnama biasa terjadi setiap bulan. "Hanya saja karena jarak bulan yang terdekat, efeknya pasang lebih tinggi dari biasanya. Itu tidak berbahaya," katanya, Sabtu, 19 Januari 2019. Potensi banjir rob atau akibat pasang air laut, kata Djamaluddin, bisa muncul dari gelombang tinggi karena cuaca buruk di laut. Kondisi itu bisa menyebabkan banjir rob yang melimpas ke daratan lebih jauh.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU