Home / Surabaya : Sebulan, Kendaraan Baru di Surabaya Ada 14 Ribu Un

Surabaya Makin Macet

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 15 Jul 2018 22:49 WIB

Surabaya Makin Macet

SURABAYA PAGI, Surabaya Senin (16/7/2018) hari ini, tahun ajaran baru sekolah dimulai lagi setelah libur panjang. Ini berarti jalan-jalan di kota Surabaya, bakal sesak lagi oleh kendaraan-kendaraan pelajar maupun orangtua yang melakukan antar-jemput. Belum lagi aktivitas warga lainnya, yang dipastikan membuat volume kendaraan di jalanan meningkat. Kemacetan pun tak bisa dihindari lagi. Kondisi ini membuat publik bertanya-tanya. Padahal, pelebaran jalan dan pembangunan jalan baru sudah dilakukan Pemkot Surabaya. Tapi nyatanya, hal itu belum juga mengatasi kemacetan. Setidaknya masih ada belasan titik kemacetan di kota pahlawan. Di jalan Ahmad Yani, misalnya. Pantauan Surabaya Pagi, Minggu (15/7/2018), menjelang melintasi perlintasan rel kereta api (KA) di depan pintu keluar parkir Royal Plaza, terjadi kemacetan. Titik ini menjadi langganan kemacetan, karena penyempitan jalur. Pasalnya, rel kereta api belum ditutup aspal atau plat besi untuk dilewati. Saat hari biasa, kemacetan lebih parah. Bahkan, kemacetan bisa sampai Joyoboyo. "Gak tau kapan itu (rel kereta api) dibenerin, pasti tiap hari begini numpuk orangnya. Udah lama banget ini gak jadi-jadi," cetus Wati, salah satu pengendara yang ditemui saat melewati jalan Ahmad Yani. Selain depan Royal Plaza, kemacetan juga terlihat di sekitar bundaran Bulog atau Taman Pelangi. Kendaraan dari arah Waru yang akan menuju Jemursari kerap berebut jalan. Padahal, jalan kawasan ini sudah lebar. Setelah itu, bisa geser ke Jalan Raya Margorejo Indah. Jalan yang menghubungkan jalan Ahmad Yani dan jalan raya Jemursari ini juga menjadi langganan macet. Apalagi, kalau musim hujan, kemacetan semakin parah. Hal tersebut bisa ditinjau ketika jam sibuk yakni pagi pukul 8.00-10.00 dan sore 15.00-18.00. "Macet terus mas, panjang, biasanya sampai 3 kali lampu hijau baru keluar dari jalan (Margorejo) ini," ujar Dika, salah seorang pengendara ojek online. Di Jalan Kedungdoro, juga menjadi langganan kemacetan. Hal tersebut karena bertumpuknya kendaraan dari arah Diponegoro, Girilaya, dan Banyuurip. Belum lagi banyak mobil yang keluar masuk Ruko Kedungdoro dan mobil-mobil yang parkir sembarangan di pinggir jalan. Kemacetan parah terjadi pada jam sibuk pagi dan sore hari. Salah seorang pengendara, Joko mengamini kalau kemacetan ini karena semakin banyaknya jumlah kendaraan. "Mungkin karena kebanyakan kendaraan mas, tiap hari berapa motor dan mobil yang keluar dari dealer," paparnya saat ditemui Surabaya Pagi. Jalan tak Sebanding Tingginya jumlah kendaraan tiap tahun yang tak sebanding dengan pembangunan infrastruktur jalan, dinilai menjadi penyebab kemacetan di Surabaya. Pertambahan jumlah kendaraan di Surabaya diperkirakan mencapai 17.000 unit lebih per bulan. Baik sepeda motor maupun mobil. Dari data Polda Jatim, jumlah kendaraan baru yang teregister pada Juni 2018 mencapai 1.080.126 unit untuk roda empat. Sedang roda dua tercatat 14.043.712 unit. Berdasar catatan kepolisian, setiap pagi kendaraan luar kota yang masuk ke Surabaya mencapai 200 ribu. Saat malam, berkisar 25 ribu. Paling banyak dari Sidoarjo. Situasi itu diyakini terjadi karena banyaknya pekerja di Surabaya yang memilih tinggal di Sidoarjo. Melihat kondisi itu, tak heran jika kemacetan kerap terlihat di sejumlah persimpangan. Data dari RTMC Polda Jatim, di Surabaya ada beberapa jalan yang langganan macet terutama jam kerja seperti sekitar pukul 07.00 hingga 08.15 wib. Sedangkan untuk jam pulang kerja sekitar pukul 16.00 hingga 18.00 wib. Sedangkan untuk jalur macet diantaranya meliputi Simpang Perak Barat-Perak Timur, Simpang Tembaan Bubutan, Jalan Sidorame/Kedong Cowek, Simpang Baluran Praban, Jalan Basuki Rahmat, Simpang Dr. Soetomo-Darmo, Simpang Bonbin, Bundaran Waru, Wonokromo, Simpang Urip Sumoharjo-Basuki Rahmat, Jalan Dupak dan Jalan Mastrip. Selain titik rawan kemacetan, ada daerah-daerah rawan kecelakaan. Surabaya Pagi menginventarisir ada 10 titik atau daerah rawan kecelakan di Kota Pahlawan meliputi Jalan Greges, Jalan Perak Barat, Jalan Kedung Cowek, Jalan Arjuno, Jalan Kenjeran, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Rungkut Industri, Jalan Menganti, Jalan Mastrip dan Jalan Ahmad Yani. Terkait hal itu, Kasat lantas Polrestabes Surabaya AKBP Eva Pandia saat dikonfirmasi, belum bisa keterangan. "Masih ibadah mas," ujarnya singkat. Kontrol Volume Kendaraan Menurut anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya Mohamad Mahmud, ada beberapa faktor kemacetan di Surabaya ini. Selain volume kendaran yang terus meningkat, material proyek pembangun yang ditaruh tidak pada tempatnya juga menjadi biang macet. Upaya yang dilakukan Pemkot untuk mengatasi kemacetan, mulai dari adanya pelebaran jalan dan rekayasa lalin ini cukup bagus. Namun kontrol dalam penempatan material proyek pembangunan di tengah jalan ini membuat kemacetan, ungkap M. Mahmud kepada Surabaya Pagi, Minggu (15/7) kemarin. Mahmud menambahkan, terus meningkatnya volume kendaran di Surabaya ini, Pemkot seharusnya melakukan kontrol terhadaap pelaksanaan proyek agar tidak menambah problem kemacetan. Seperti d daerah Manukan itu, ada proyek pembangunan box culvert yang ditaruh di tengah jalan. Pada jam berangkat kerja dan pulang kerja menimbulkan kemacetan panjang. Seharus Pemerintah melakukan kontrol, tandas politisi Partai Demokrat ini. Selain itu, lanjut Mahmud, Pemkota Surabaya bisa mengeluarkan kebijakan untuk menekan bertambahnya volume kendaraan di Surabaya. Karena meskipun banyak ruas jalan yang diperlebar, namun volume tidak ditekan, maka tidak akan menyelesaikan permasalahan kemacetan ini. Kalau bisa ada penekanan volume kendaraan, terangnya. **foto** Angkutan Massal Vinsensius Awey, anggota Komisi C lainnya, mengusulkan untuk mengatasi kemacetan ini Pemkot bisa mengoptimalkan moda tranportasi massal dalam kota. Volume kendaraan ini tidak bisa dibendung, peningkatan volume kendaran ini terus bertambah. Maka dari itu menambahan ruas jalan seperti forntage A. Yani, JLLT dan JLLB ini bukan solusi. Itu hanya alternatif untuk mengurai kemacetan saja. Jadi untuk mengatasi kemacetan, pemerintah kota Surabaya harus bisa menciptakan moda transportasi dalam kota, papar Awey. Dengan adanya transportasi dalam kota ini, lanjut Politisi NasDem ini, ada pembatasan tranportasi pribadi ke dalam kota. Sehingga masyarakat bisa memparkir kendaran pribadinya ke Park and Ride yang sudah disediakan. Saya selama ini meskipun sudah ada Park and Ride sudah di bangun, namun tidak ada moda tranportai kota yang memadahi yang bisa menjadi alternatif anggutan massal di Surabaya, kata Awey. Meskipun ada Bus Suroboyo untuk moda transportasi dalam kota, namun menurut Awey, itu belum dimaksimalkan. Rute jalannya juga tidak bisa masuk dalam pelosok kota. Karena itu perlu memaksimalkan moda tranportasi massal dalam kota, sehingga bisa mengurangi volume kondaraan, pungkasnya.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU