Surabaya Tingkat Dunia, Meski Permasalahan Angkutan Umum Massal Belum Terse

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 12 Des 2018 15:17 WIB

Surabaya Tingkat Dunia, Meski Permasalahan Angkutan Umum Massal Belum Terse

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Di penghujung tahun, permasalahan kemacetan di Surabaya tidak kunjung selesai mengakibatkan kemunculan pertanyaan atas angkutan umum massalnya. Pada Selasa (10/12) Tri Rismaharini menyatakan tidak bisa merealisasikan konstruksi angkutan massal trem. Maka dari itu, Surabaya justru akan menambah unit khusus untuk Bus Suroboyo agar beroperasi secara optimal. Namun, permasalahan transportasi dan kemacetan yang tak kunjung selesai ini menuai kritikan. Meskipun prestasi Surabaya telah diakui hingga tingkat dunia sebenarnya terdapat satu permasalahan yang belum terselesaikan yaitu, angkutan massal. Di kota besar, angkutan umum massal harus berjalan dengan baik untuk mengurangi kemacetan. Tingkat presentase penggunaan kendaraan pribadi harus sekitar 20-30 persen sementara itu angkutan umum mencapai 70 persen. Namun, yang terjadi di Surabaya sampai saat ini adalah sebaliknya dengan penggunaan kendaraan pribadi mencapai 70 persen. Ujar Machsus, S.T, M.T, pakar transportasi dari ITS pada (12/12). Angkutan umum massal di Surabaya telah ada wacana mengenai trem yang diusahakan oleh Risma sejak awal pemerintahannya yang tidak terealisasi digantikan oleh Bus Suroboyo. Keduanya memiliki segmentasi masing masing yang tidak bertolak belakang. Namun, Machsus menyampaikan kelemahan dari Bus Suroboyo. Bila melihat Bus Suroboyo maka kelemahannya terletak pada memiliki jalur yang sama dengan kendaraan lainnya sehingga dapat terjebak kemacetan. Tidak hanya itu, Machsus juga menyampaikan kritik terhadap Bus Suroboyo yang dinilainya tidak memiliki fleksibilitas. Sebenarnya Bus Suroboyo tidak efektif dengan cara pembayarannya menggunakan botol plastik. Tidak mungkin selamanya menggunakan barang tersebut apalagi sekarang dengan adanya pembayaran lebih mudah seperti e-money. Bila nantinya pembayaran lebih fleksibel akan meningkatkan tingkat okupansi masyarakat pada bus ini. Tingkat okupansi yang masih rendah tersebut berbanding terbalik dengan minat masyarakat. Tidak semua orang merealisasikan minatnya dengan menaiki angkutan umum massal tersebut. Hal ini terjadi pada Lika, seorang mahasiswi angkatan 2018 Teknik Lingkungan ITS yang ditemui Rabu (12/12). Sebenarnya Bus Suroboyo ini menarik dan saya cukup penasaran namun belum ada kesempatan untuk naik. Sedangkan, dalam mengatasi kemacetan sendiri, bus ini kurang menampung warga secara keseluruhan. Selain itu, jalannya yang sama dengan kendaraan lain juga membuat tidak efektif. Bahkan bagi Putri, salah satu mahasiswi jurusan Psikologi UNAIR, dirinya lebih memilih untuk trem daripada Bus Suroboyo. Kalau disuruh memilih saya lebih prefer naik trem daripada bus karena tidak ada kemacetan. Namun, sebenarnya permasalahan efektif tidaknya adalah tergantung pada budaya dan pemikiran masyarakat sendiri. Bila tidak dikonstruksi pemikiran untuk naik angkutan umum daripada pribadi maka selamanya tidak akan tercipta keefektivan. Permasalahan Bus Suroboyo lainnya disampaikan oleh Afif, mahasiswa S2 Teknologi Informatika ITS. Menurut saya melihat dari sisi pembayaran yang kurang efektif. Ketika seseorang tidak memiliki botol plastik maka harus mengais sampah atau bahkan beli terlebih dulu agar bisa naik ke Bus Suroboyo. Jadi, mungkin untuk kedepannya dibuat lebih mudah agar banyak yang ingin naik tanpa harus mencari cari botol dahulu. Pr

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU