Tahun Pilkada, Cermati Media Lapis Kedua

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 26 Feb 2018 23:15 WIB

Tahun Pilkada, Cermati Media Lapis Kedua

SURABAYA PAGI, Surabaya - Di masa Tahun Politik seperti saat ini, seringkali bermunculan media-media baru yang tidak bisa diverifikasi keabsahannya. Keberadaan mereka nampaknya justru lebih memunculkan keresahan daripada kebaikan. Terlebih lagi bagi Jawa Timur yang pada tahun 2018 juga menggelar Pilgub Jatim. Fiqih Arfani, selaku wartawan Kantor Berita ANTARA Biro Jatim, memandang bahwa keberadaan jenis media yang ia sebut sebagai media lapis kedua dapat dipandang sebagai fenomena yang menarik. Hal itu ia ungkapkan di acara diskusi yang diprakarsai oleh KPU Jatim, Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia(LSISI), dan Universitas Airlangga pada Hari Senin(26/2) tersebut. Pertama, dari jumlah dulu, mereka ini ada puluhan dan bahkan bisa ratusan. Menariknya lagi, acapkali justru para pemiliknya ini bukanlah para kapitalis media ataupun pengusaha. Karena sesungguhnya untuk membuat media, terlebih lagi media online, saat ini sangat murah, beber Fiqih. Lalu kalau sudah begitu, siapa pemilikinya? Bisa bervariasi. Mungkin juga tim sukses peserta Pilkada, relawan, atau bahkan para pewarta atau jurnalis sekalipun, kata pria yang tengah menempuh pendidikan magisternya di Unair itu lebih lanjut. Fenomena media lapis kedua itu, menurut Fiqih perlu untuk sangat dicermati dari berbagai sisi. Dari sisi hukum misalnya, selama masih berpegang teguh pada kode etik jurnalis, maka tidak ada masalah untuk itu, jelasnya. Hanya saja, bagi masyarakat luas, ini perlu digarisbawahi. Ada beberapa hal yang perlu untuk sangat dicermati sebagai konsumen berita. Terutama bahwa para media online dadakan tersebut seringkali memuat pemberitaan yang tidak sesuai kaidah dan berita fakta. Memang belum masuk ke ranah hoax, tapi disini seringnya fenomena di lapangan digabungkan dengan opini penulisnya. Sehingga bisa mempengaruhi persepsi dari para pembaca, lanjut Fiqih. Lalu apa motif dibalik kemunculan media-media dengan jenis tersebut? Menurut pria yang juga Ketua Pokja Wartawan Pemprov Jatim ini memandang bahwa ada banyak tujuan dari hal itu. "Salah satunya adalah diminta oleh pemodal. Maksudnya, pemodal di sini adalah tokoh atau politikus yang memiliki kepentingan tertentu di Pilkada yang menginginkan adanya informasi terus-menerus untuk calon yang didukungnya, termasuk memberitakan yang negatif bagi calon lawan," pungkas Fiqih.ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU