Tidak Seperti Sedia Kala, Kya-Kya Tanpa Penerus

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 23 Jan 2019 14:30 WIB

Tidak Seperti Sedia Kala, Kya-Kya Tanpa Penerus

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Surabaya Utara adalah kawasan yang pernah menjadi ikon pusat perdagangan, bahkan ketika di malam harinya. Kya-Kya berada di Jalan Kembang Jepun ini pernah disebut sebagaiHandelstraat yang berarti Jalan Perdagangan ketika masa penjajahan Bangsa Belanda. Setelah itu, namanya mulai terkenal sebagai Kembang Jepun karena banyaknya tentara Jepang memiliki teman wanita di kawasan ini. Ketika munculnya banyak pedagang Tionghoa yang berlabuh di Surabaya, tempat ini menjadi salah satunya, sehingga menjadi seperti sekarang ini. Namun, ketika dulu dikenal dengan kawasan yang ramainya hingga malam hari mulai dari kuliner atau lainnya, kini telah perlahan pudar. Tidak ada lagi pasar malam yang menjadi salah satu pusat destinasi wisata di Kya-Kya pada eranya. Pada malam hari hanya tersisa sunyi dan hening dengan beberapa kali kendaraan terlintas, hanya sebatas melintas. Meskipun di pagi hingga siang hari masih ramai dengan kegiatan berdagangnya, tetapi seolah inti dari Kya-Kya semakin memudar. Tjiptohadi Sawarjuwono, salah satu dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan dua faktor penting mengapa Kya-Kya tidak seperti dahulu kala. Faktor yang pertama adalah lokasi, tidak menarik untuk pengunjung bila dibandinkan dengan kawasan Surabaya Barat dan Selatan. Selain itu, faktor lainnya adalah aspek kebersihan dari kawasan yang mana memberikan pengaruh besar mengenai mau tidaknya pengunjung datang. Namun, Tjiptohadi mengaku daripada di arahkan pada sisi ekonomi, seharusnya dikembangkan nilai historis kawasan tersebut. Bila dipaksakan untuk ke arah ekonomi, menurut saya mungkin ketika malam hari muncul permasalahan ketakutan akan keamanan sekitar. Tetapi, kalau memang ingin diarahkan kesana lebih baik bekerja sama dengan travel agent dan masyarakat, ujarnya pada Rabu (23/1) dengan menambahkan perlu ditekankan pada sisi kualitas layanan, produk, dan lokasi. Wirawan Radianto, selaku Dekan Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas Ciputra lebih menjelaskan dari sisi pedagang daripada pengunjung sebagai faktor sepinya Kya-Kya. Pertama, adanya perubahan mindset anak muda yang tidak ingin meneruskan usaha keluarganya. Kedua, munculnya pusat makanan yang semakin banyak di Surabaya Barat dan Timur. Ketiga, keturunan pebisnis di Kya-Kya menyebar ke berbagai daerah, lokasi yang macet, sekaligus jauh menjadi hal penting. Keempat, infrastruktur kurang mencukupi seperti penerangan, kebersihan, dan toilet. Kelima, kurangnya promosi adanya spot menarik untuk berfoto ria. Keenam, kurangnya pihak yang punya ketertarikan melestarikan Kya-Kya. Sebenarnya potensi yang bisa digali terdapat banyak seperti wisata heritage, makanan, penelitian budaya. Bila digarap serius pasti luar biasa dan menjadi ikon Surabaya kembali, bahkan bisa seperti Petaling di Kuala Lumpur, Malaysia. Maka dari itu, kurangnya lembaga komunitas, universitas, atau pihak apapun yang serius menggarap menjadi tidak ramainya Kya-Kya, tandasnya kepada pihak Surabaya pagi. Tidak hanya itu, Wirawan Radianto juga memberikan saran kepada pihak Pemerintah Kota Surabaya untuk menjadi salah satu pariwisata unggulan, perbaikan pada infrastruktur, dan menggandeng peguruan tinggi, komunitas, maupun media untuk membranding Kya-Kya. Pihak Pemerintah Kota Surabaya sendiri ternyata telah memiliki rencana untuk melakukan revitalisasi Kota Tua Surabaya termasuk Kampung Pecinan yang terletak di Jalan Kembang Jepun ini. Ery Cahyadi, selaku Ketua Bappeko Pemkot Surabaya menyampaikan pada Selasa (22/1) di kawasan ini akan berusaha membangkitkan kembali Kampung Pecinan. Namun, ia menekankan agar masyarakat juga ikut andil meramaikan kembali kawasan ini dengan misalnya acara barongsai ketika merayakan imlek. Tidak dijelaskan secara rinci mengenai perencanaan promosi, branding, perbaikan infrastruktur, dan pelibatan para ahli, meskipun telah disarankan seperti itu. pr

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU