Tongzhi, Kaisar Cilik di Bawah Bayang-Bayang Ibu Suri

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 12 Feb 2020 22:22 WIB

Tongzhi, Kaisar Cilik di Bawah Bayang-Bayang Ibu Suri

Napak Tilas Kekaisaran Dalam Dinasti China Kuno (12) SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kaisar Tongzhi, lahir sebagai Zaichun, adalah kaisar ke-10 Dinasti Qing China. Ia berkuasa dari tahun 1861 hingga tahun 1875. Terlahir dengan nama Aisin Gioro Zaichun pada 27 April 1856 dari pasangan kaisar Qing Wenzong (nama era : Xianfeng , Aisin Gioro Yizhu) dan ibunya merupakan salah satu wanita paling termashur dalam sejarah Tiongkok , yang kelak menjadiEmpress Dowager Cixi. Sangkin termashurnya, pada saat Zaichun berkuasa, kekuasaannya banyak dibayang-bayangi oleh kekuasaan ibunya, Cixi. Meskipun ia memiliki pengaruh kecil dalam masalah istana, era kekuasaannya disebut oleh sejarawan sebagai "Restorasi Tongzhi", yaitu usaha stabilisasi dan modernisasi China yang gagal kata sejarahwan. Menurut Thomas Wade , seorang sinolog sekaligus diplomat, bahwa frasa Tongzhi ini merupakan singkatan dari tonggui yu zhi yang dikutip dari Shujing (The Book of Document) yang punya makna seperti restorasi, berkaitan dengan salah satu event penting dimasa pemerintahannya yang disebut Restorasi Tongzhi . Zaichun naik tahta pada tanggal 11 November 1861, pada usia lima tahun dan menjadi kaisar Qing Muzong dengan name era Tongzhi. Dengan usaia lima tahun itu, tentu sebagai seorang kaisar, dirinya tetepalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa mengenai kekuasaannya, maka dari itu ibu Zaichunlah yang menggerakkan Zaichun hingga kekuasaan di jamannya disebut kekuasaan yang dibayang-bayangi ibu suri. Di pemerintahan ini, Ibunya memanfaatkan untuk membagi kekuasaan dengan Empress Dowager Cian (1837-1881) dalam mengawal masa pemerintahan Tongzhi ini. Masa awal masa pemerintahan Tongzhi diwarnai oleh Pemberontakan Taiping (1850-1864) yang masih berlangsung. Dengan adanya pemberontakan itu, Mary Calabaugh mengatakan bahwa tidak hanya sebuah dinasti tetapi juga sebuah peradaban yang akan kolaps dan bangkit kembali melalui usaha ekstra keras dari orang-orang yang luar biasa di dekade 1860an yang disebut Restorasi Tongzhi. Saat pemberontakan yang berlangsung selama 14 tahun itu, Dinasti Qing benar-benar melemah sampai ketitik nadir. Meski demikian, Dinasti Qing masih dapat bertahan untuk beberapa dekade mendatang walau posisi Tiongkok dipanggung internasional berada di titik nadir pasca perjanjian di tahun 1860. Hal tersebut lantaran adanya pembungkaman berbagai pemberontakan dalam periode Tongzhi. Pada tahun 1873, sang kaisar muda mulai cukup dewasa untuk memerintah. Pangeran Gong menentang rencana membangun kembali Yuanming Yuan (Summer Palace). Dibulan September 1874, Cixi mempengaruhi kaisar untuk menyingkirkan Pangeran Gong walau dalam sehari kekuasaan Pangeran Gong kembali dipulihkan. Beberapa bulan kemudian , kaisar muda ini meninggal di bulan Januari 1875 tanpa seorang pewaris tahta. Cixi memilihAisin Gioro Zaitian (1871-1908), anak dari Pangeran Chun sebagai penerus tahta dengan nama era Guangxu (1875-1908). Nama generasi Zai menunjukkan bahwa Aisin Gioro Zaichun dan Aisin Gioro Zaitian sejajar dalam genealogi Qing.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU