Tsunami Selat Sunda Tercatat dalam Kitab Jawa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 25 Des 2018 15:38 WIB

Tsunami Selat Sunda Tercatat dalam Kitab Jawa

SURABAYAPAGI.com Seperti yang kita ketahui Sabtu (22/12/2018) malam Pesisir pantai Banten diterjang tsunami setinggi 0,9 meter hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Gelombang yang mengakibatkan sejumlah kerusakan itu, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adalah tsunami. BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB. Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang. Tsunami di sekitar Selat Sunda (Banten-Lampung) itu nampaknya menjadi yang ke-12 setelah rentetan tsunami sebelum-sebelumnya yang pernah terjadi. Diketahui bahwa tsunami pertama yang tercatat terjadi di Selat Sunda pada tahun 416 disebabkan oleh erupsi gunung api Krakatau. Lebih jauh, tsunami tahun 416 itu juga diketahui tercatat dalam Kitab Jawa yang berjudul Pustaka Radja (Book of Kings). Erupsi yang terjadi waktu itu diyakini menyebabkan naiknya gelombang laut yang menggenangi daratan dan memisahkan pulau Sumatera dengan Jawa. Dalam jurnal itu dikatakan bahwa penyebab tsunami tidaklah tunggal. Selain erupsi gunung api dan gempa bumi bawah laut, ada juga peristiwa longsoran di kawasan pantai dan di dasar laut. Berdasarkan katalog Soloviev dan Go (1974), berikut 11 data kejadian tsunami di Selat Sunda sebelumnya: 1. Tahun 416 Kitab Jawa yang berjudul Pustaka Radja mencatat adanya beberapa kali erupsi dari gunung yang diyakini Gunung Api Krakatau saat ini. Erupsi itu menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan yang akhirnya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa. 2. Oktober 1722 Pukul 8:00 terjadi gempa bumi kuat di laut, yang dirasakan di Jakarta dan menyebabkan air laut naik seperti air mendidih. 3. 24 Agustus 1757 Gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta kurang lebih selama 5 menit. Selama goncangan yang terkuat, angin dirasakan berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap naik hingga 0,5 meter dan membanjiri Kota Jakarta. 4. 4 Mei 1851 Di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung di pantai selatan pulau Sumatera, teramati gelombang pasang naik 1,5 m di atas air pasang biasanya. 5. 9 Januari 1852 Dirasakan gempa bumi yang menyebar dari bagian barat Jawa hingga bagian selatan Sumatera, dirasakan juga di Jakarta, dan gempa-gempa susulannya dirasakan pula di Bogor dan Serang. Fluktuasi air laut juga tidak seperti biasanya. 6. 27 Agustus 1883 Terjadi erupsi yang sangat dahsyat dari gunung api Krakatau, yang diikuti oleh gelombang tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera. 2-2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5-1 m di Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan. Di Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal dunia. 7. 10 Oktober 1883 Di Cikawung di pantai Teluk Selamat Datang, teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 m. 8. Februari 1884 Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung api Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api. 9. Agustus 1889 Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat. 10. 26 Maret 1928 Kejadian erupsi Gunung Api Krakatau diiringi oleh kenaikan gelombang laut yang teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah gunung api. 11. 22 April 1958 Pukul 5:40, dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten dan Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur. io

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU