Home / Peristiwa : etua yayasan pesantren membantah segala tudingan a

Warga Berunjuk Rasa, Ponpes Ibnu Mas'ud Bantah Radikalisme

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 18 Sep 2017 17:51 WIB

Warga Berunjuk Rasa, Ponpes Ibnu Mas'ud Bantah Radikalisme

SURABAYAPAGI.com, Bogor - Terkait adanya radikalisme, warga Bogor berunjuk rasa meminta Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud ditutup. Ketua yayasan pesantren membantah segala tudingan itu. Pesantren Tahfidz Quran Ibnu Mas'ud yang berlokasi di Kampung Jami, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor didemo warga karena dituding mengajarkan ajaran radikal, Senin (18/9/2017). Warga menuntut agar pesantren tersebut dibubarkan dan ditutup. Ketua Yayasan Al Urwatul Wutsqo, Agus Purwoko yang membawahi Pesantren Ibnu Masud menyangkal ada ajaran radikal. Ia menyebut, di pesantrennya hanya mengajarkan hafalan Al Quran. "Kami hadir di desa ini bukan untuk memberikan kerugian bagi masyarakat sini, tapi kami memberikan keuntungan bagi umat muslim seutuhnya. Kehadiran kami semata-mata ingin mengajarkan Tahfidz Quran," kata Agus Purwoko saat ditemui wartawan di Ponpes Ibnu Masud "Kami bukan termasuk aliran sesat, kami adalah ahli sunah waljamaah. Tetapi apapun itu, apapun kesalahan kami, apa yang dilakukan oleh staf kami adalah tindakan pribadi," sambungnya terkait kasus pembakaran bendera Merah Putih. Agus menolak pesantrennya dibubarkan. Segala kejadian hukum terhadap orang-orang yang berkaitan dengan pesantren, menurut dia di luar urusan pesantren. "Adapun jika terjadi hal-hal di luar jangkauan kami mengenai orang tua santri yang terlibat masalah hukum, yang terlibat tindak kriminal atau yang lain, itu adalah semata-mata bukan urusan manajemen kami. Desakan untuk pembubaran itu adalah tidak berdasar, itu adalah klaim yang sepihak penuh emosi," sambung Agus. Pembakaran bendera Merah Putih menurut Agus hanya ulah oknum pesantren, namun ada yang memanfaatkan itu untuk menjelekan Ibnu Mas'ud. Pesantrennya fokus pada pendidikan anak-anak yang mengalami keluarga bermasalah. Seperti diketahui bocah yang jadi tentara ISIS yaitu Hatf Saiful Rasul adalah santri di Ponpes Ibnu Mas'ud dan ayahnya adalah Syaiful Anam, teroris Poso. "Ini kan fokusnya menitipkan anak yang bermasalah. Orangtuanya tidak punya uang, ekonomi, kemudian dititipkan di sini, orangtuanya bermasalah karena kriminal, atau teroris atau apa saja. Ketika masuk ke sini, kami berikan pelajaran tahfidz Al Quran," tambahnya. Mantan pegawai di Badan Kepegawaian Nasional (BKN) ini mengatakan akan melakukan pendekatan untuk masyarakat. "Ke depan saya akan melakukan pendekatan-pendekatan sosial kepada para pejabat agar tidak ada lagi kesalahpahaman, tidak ada lagi kecurigaan-kecurigaan, tidak ada dugaan-dugaan," pungkasnya.(Mei)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU