Watak Masyarakat Nanfang, Suka Gotong Royong

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 01 Jan 2020 21:11 WIB

Watak Masyarakat Nanfang, Suka Gotong Royong

Kisah Perantau Tiongkok di Surabaya (30) Selain itu, watak masyarakat Nanfang dinilai senang gotong royong. Hal tersebut terlihat pada saat mereka memilih menggadaikan barang berharga guna berpatungan untuk membuat kapal atau sekedar memebeli tiket pesawat sebagai modal mata pencaharian di negara tujuan. SURABAYAPAGI.COM,Surabaya -Selain, gotong royong, masyarakat Nanfang masih kental dengan ciri kerja keras layaknya etnis Tionghoa lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan apapun pekerjaan yang mereka terima mereka akan melakukan dengan senang hati dan tidak menegnal Lelah dmei mengejar taraf hidup yang lebih baik di negara perantauannya. Perjalanan para perantau itu tergambarkan kisahnya di Wuyi Museum of Overseas Chinese. Perahu-perahu yang merekaa pakai untuk merantau, tiket dan paspor yang dikeluarkan oleh pemerintahan republik, menjadi koleksi museum. Suasana dalam kapal yang dibuat seolah limbung oleh gelombang laut dirasakan oleh pengunjung. Suasana kian dramatis oleh patung para awak kapal dan penumpang serta jendela bulat, menggambarkan situasi di tengah samudera. Perlu waktu sekitar satu abad untuk melihat hasil dari perantauan dan etos kerja perantauan China. Pada 1920-an, uang yang didapat oleh perantau pertama ke wilayah Amerika terkonversi dalam bentuk bangunan rumah bertingkat. Bangunan, yang disebut Dialou ini, merupakan hasil peras keringat mereka sebagai buruh tambang, tukang bangunan, buruh tani, dan pedagang kelontong. Dialou berarsitekur barat dan sedikit sentuhan Melayu. Sebagian dari Dialou ditempati anak cucu mereka. Sebagian lainnya diserahkan kepada pemerintah. Selain itu, Kompleks vila Liyuan Garden di Kaiping menjadi satu dari kompleks bangunan Dialou yang kini dikelola Pemerintah Kota Jiangmen. Konglomerat China di Amerika Serikat, Xie Weili, membangun vila di atas lahan seluas 11.900 ribu meter persegi pada tahun 1926. Wisatawan domestik ramai mengunjugi bangunan yang kini menjadi museum. Dialou dan vila ini menjadi pertanda sukses perantauan dari Jiangmen. Gelombang perantauan orang Nanfang kian tak terkendali setelah pecah perang sipil daratan Tiongkok 1920-an. Empat juta jiwa warga Jiangmen tersebar menjadi penduduk di berbagai negara. Pemerintah Kota Jiangmen mencatat mereka tinggal di 107 negara, termasuk Indonesia. "Peran mereka sangat penting di sini. Kami perlu kerja sama lebih lanjut dengan Indonesia," kata pejabat Pemkot Jiangmen, Yi Zhongqiang. Angka itu belum termasuk perantauan di Makau dan Hongkong. Sekitar dua juta penduduk dua wilayah itu merupakan pernatauan asal kawasan Wuyi, wilayah kota Jiangmen. "Orang-orang itu menyebut Jiangmen sebagai rumah leluhur," kata Wakil Wali Kota Jiangmen, Jiang Xiao Xiong, beberapa waktu lalu. Kota Nenek Moyang menjawab surat-surat lama para perantauan Kota Jiangmen, mengajak membangun kawasan Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21,-- konsep Belt and Road gagasan Xi Jinping, presiden negara itu.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU