Yuan Melemah, China Jalankan Strategi secara Hati-Hati

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 12 Agu 2019 17:00 WIB

Yuan Melemah, China Jalankan Strategi secara Hati-Hati

SURABAYAPAGI.com - Terkait yuan dan ketegangan perang dagang, pemerintah China memilih untuk menahan diri agar tidak meluncurkan paket stimulus secara terburu-buru dan tetap menjalankan strategi moneter dengan hati-hati. Pemerintah China juga masih menjaga opsi pada cadangan devisa jika terjadi resiko kebuntuan pada perdagangan dengan AS yang diperkirakan dapat menjadi perang mata uang global. Bank Sentral China telah menyerukan pandangan "rasional" di tengah kondisi yang rentan saat ini. Hal tersebut menandakan bahwa pendekatan yang ditargetkan untuk menopang produksi akan terus berlanjut. Para pejabat bank sentral bersikeras berpegang pada strategi moneter yang penuh kehati-hatian bahkan setelah keteganan perang dagang dengan AS memburuk pascatuduhan Presiden AS Donald Trump tentang manipulasi mata uang yang telah menambah sensitivitas terhadap langkah stimulus yang dapat menekan yuan. Pada saat yang sama, pelemahan yuan melampaui level 7 per dollar AS menghilangkan satu penghalang untuk memangkas suku bunga acuan jika perang dagang memburuk ke titik di mana aksi yang kuat sangat dibutuhkan. Senin ini, yuan melemah 75 poin menjadi 7,0211 dolar AS. Di pasar valuta asing spot China, yuan dibiarkan naik atau turun 2 persen dari tingkat paritas pusat setiap hari perdagangan. "Pemerintah China baik-baik saja dengan kondisi perekonomian saat ini. Namun jika pertumbuhan terus melambat, pada titik tertentu, prioritas akan berubah untuk meningkatkan stabilisasi pertumbuhan," jelas Larry Lu, head of China economics Macquarie Securities Ltd di Hong Kong seperti yang dikutip dari India Times. Para mantan pemimpin bank sentral China tengah berkumpul dalam sebuah simposium kebijakan di Yichun, Heilongjiang dan mengingatkan bahwa konfrontasi dengan AS kian dalam. Mereka juga membicarakan mengenai pelabelan manipulator mata uang yang ditujukan AS untuk China yang dianggap telah menambah ketegangan perang dagang menjadi perang mata uang. Sementara itu, mantan Gubernur PBOC Zhou Xiaochuan mengimbau untuk dilakukannya upaya memperbaiki peran yuan dalam perekonomian global sehingga dapat menghadapi tantangan dalam sistem finansial yang didominasi oleh dollar. Menurut lembaga pemberi pinjaman itu, jika AS meningkatkan ancamannya saat ini untuk menambah 10% tarif tambahan pada sisa impornya dari China menjadi 25%, maka pertumbuhan akan terpangkas 0,8 basis poin, dan memicu dampak negatif signifikan secara global. Dalam skenario itu, China kemungkinan harus melakukan kebijakan yang agresif, meski harus menghadapi risiko peningkatan utang domestik dan menggelembungnya harga aset. Mengutip data yang dirilis Institute of International Finance pada bulan lalu, upaya untuk mendongkrak pertumbuhan sudah mendongkrak utang perusahaan, rumah tangga dan pemerintah melampaui 300% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Secara teori, ini merupakan sebuah kebijakan yang memungkinkan biaya pinjaman dikurangi lebih jauh tanpa harus menguatkan nilai tukar mata uang.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU