117 Ton Limbah Sampah Covid-19 Per Bulan di Surabaya Masih Terkendali

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 30 Mar 2021 16:37 WIB

117 Ton Limbah Sampah Covid-19 Per Bulan di Surabaya Masih Terkendali

i

Di Surabaya sendiri berdasarkan data dari Dinas Kesehatan mencapai 3,9 ton per hari atau sekitar 117 ton per bulan. SP/ANT

SURABAYAPAGI,Surabaya - Habis covid-19 terbitlah limbah medis. Begitu kira-kira masalah yang dihadapi kita saat ini. Tak tanggung-tanggung, jumlah limbah sampah covid-19 secara nasional berdasarkan kajian ombudsman kini mencapai 138 ton per hari. Di Surabaya sendiri berdasarkan data dari Dinas Kesehatan mencapai 3,9 ton per hari atau sekitar 117 ton per bulan. Jumlah tersebut berasal dari 59 unit rumah sakit yang menangani covid-19 di Surabaya.

Kendati banyaknya limbah covid-19 yang dihasilkan rumah sakit, Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Timur, Mohammad Nizamuddin mengklaim, masih dapat mengendalikan limbah medis covid-19.

Baca Juga: KPU Kota Surabaya Mulai Seleksi Calon Anggota PPK dan PPS Pilkada 2024

"Kalau untuk limbah covid, itu masuk golongan B3 infeksius (...) Surabaya terkendali semua. Jawa Timur pun terkendali juga. Dari 100 rumah sakit rujukan (berdasarkan keputusan gubernur), semuanya masih dapat dikendalikan. Karena kami selalu meminta agar rumah sakit melaporkan limbah yang dihasilkan," kata Mohammad Nizamuddin, Selasa (30/03/2021).

Pengelolaan limbah medis B3 sendiri kata Nizam, dilakukan melalui beberapa cara. Pertama adalah secara mandiri atau yang berikutnya adalah dengan menggunakan pihak ketiga.

Untuk yang mandiri, rumah sakit harus memiliki alat pemusnah limbah atau incinerator. Sementara bagi rumah sakit yang tidak memiliki incinerator, pemusnahan limbah medis dilakukan oleh pihak ketiga.

"Di Surabaya, rumah sakit yang memiliki alat incenerator itu adalah RS dr. Soetomo, PHC sama RSAL," katanya

Soal sedikitnya rumah sakit yang memiliki alat pemusnah limbah B3, sudah menjadi lagu lama di Surabaya. Wilujeng A Susi, dkk dalam artikel jurnalnya berjudul "Solid Waste Generation from Healthcare Facilities in Surabaya City Indonesia" yang dipublish di e journal Unair pada 2020 lalu menyebut, sekitar 66% limbah medis rumah sakit tidak memiliki incinerator, sementara puskesmas dan klinik 0,7% dan 0, 6% limbah diolah dengan insinerator oleh pihak ketiga.

"Timbunan limbah medis 163,9 ton per bulan. Dimana 97,1% atau 158 ton per bulan berasal dari rumah sakit. Kontribusi Puskesmas dan Klinik masing-masing sebesar 1,1 ton per bulan dan 3,5 ton per bulan. Hanya 29,6% limbah medis rumah sakit yang diolah dengan insinerator di lokasi," tulis Wilujeng Susi.

Baca Juga: KPU Surabaya Paparkan Seleksi Calon Panitia Pemilihan Gubernur dan Walikota Tahun 2024

Masih dari Jurnal Kesehatan Masyarakat Unair, Rani Ayu Wardani dalam tulisannya "Management of solid medical waste on one of the covid-19 referral hospitals in Surabaya, East Java" menyebutkan, setiap bulannya terjadi kenaikan limbah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit.

Bulan April 2020 misalnya, sekitar 45.533 kilogram limbah yang dihasilkan. Angka ini kemudian meningkat pada bulan Mei dan Juni yakni sebanyak 49.876 kilogram dan 50.056 kilogram. Dan hingga saat ini bila merujuk data dari Dinkes Surabaya kurang lebih per bulan telah ada sekitar 117.000 kilogram limbah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit di Surabaya.

Beberapa rumah sakit yang dihubungi Surabaya Pagi seperti RS Al-Irsyad dan RS PKU Muhammadiyah mengaku memang ada kenaikan limbah medis covid-19 atau golongan B3.

"Tapi kita tetap berupaya memisahkan limbah medis dan non medis agar tidak tercampur. Kita gunakan pihak ke-3 untuk mengelola limbah medis khususnya yang B3," kata Humas dan Marketing RS Al-Irsyad Surabaya Febrian Indyarto melalui saluran telepon.

Baca Juga: Gibran Absen di Otoda 2024 Surabaya, Mendagri Tito Bocorkan Alasannya

Meski begitu selama sepekan terakhir, pasien covid-19 di RS Al-Irsyad perlahan mulai menurun. Penurunan ini katanya dapat berimplikasi pada jumlah limbah medis di RS Al-Irsyad.

"Sekarang sudah mulai menurun, 30 persenanlah. Ini juga pasti akan berpengaruh ke limbah medis," katanya

Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas dan Pemasaran RS PKU Muhammadiyah Surabaya, Siti Chabsah juga menjelaskankan pengelolaan limbah di tempatnya dilakukan dengan semaksimal mungkin.

"Kami kerjasama dengan pihak ke-3. Tapi sebelum dikirim ke pihak ke-3, pemilahan mana yang medis dan non-medis itu dilakukan dengan kehati-hatian. Sehingga tidak tercampur," kata Siti Chabsah.sem

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU