13 RS Swasta di Surabaya, Lockdown

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 04 Jul 2021 21:12 WIB

13 RS Swasta di Surabaya, Lockdown

i

Kondisi depan pintu IGD RSI Jemursari yang tidak menerima pasien Covid-19. SP/ANGGADIA MUHAMMAD/SEMMY MANTOLAS

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Dalam seminggu terakhir, kondisi Rumah Sakit di Surabaya, satu per satu mulai tumbang. Setelah sebelumnya RS William Booth, kemudian RKZ Surabaya. Kini, sejak Minggu (4/7/2021) sudah ada 13 Rumah Sakit yang harus me-lockdown-kan diri karena hampir seluruh tenaga kesehatan (nakes) terpapar positif Covid-19. Selain ketersediaan bed occupancy rate (BOR) di ruang isolasi IGD masing-masing sudah penuh 100 persen.

Terbaru, Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari dan RS PHC Surabaya, juga harus menutup sementara kondisi ruang isolasi IGD dengan tidak menerima pasien Covid-19.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Usulkan SERR ke Pusat

Dirut RSI Jemursari dr Bangun Trapsila Purwaka menjelaskan, saat ini sebanyak 15 bed di IGD-nya telah penuh ditempati pasien Covid-19. "IGD lockdown sementara. Karena di dalam penuh, IGD ada 15 yang belum dapat tempat tidur, kasian pasien juga kasihan pegawai kami di sana, banyak yang terpapar juga," kata dokter Bangun, Minggu (4/7/2021).

Para pasien itu mengantri untuk memperoleh ruang isolasi dan ICU, yang saat ini kondisinya juga tengah penuh.

Dokter Bangun menjelaskan bahwa pasien terpaksa harus menunggu berhari-hari di IGD. Naasnya, beberapa pasien harus meninggal di ruang IGD. 

"Iya ada yang beberapa hari menunggu, dua hari, karena sekarang ini tempat tidur [isolasi] itu tunggu pasien pulang atau berpulang. Kalau nggak pulang ya meninggal," ucapnya. 

Bahkan kata Bangun, sebanyak 50 tenaga kesehatan yang terdiri dari perawat dan dokter tengah terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka saat ini sedang dirawat di sejumlah rumah sakit di Surabaya. "Kebetulan nakes kami 50 orang positif, sehingga tenaga kami sudah habis-habisan ini," ucap dia. 

Banyaknya nakes yang terpapar, membuat pelayanan RSI Jemursari juga terganggu. Padahal seluruh kapasitas 140 bed isolasi dan ICU telah penuh. Termasuk juga bed isolasi untuk pasien anak-anak.  "Sudah penuh 100 persen. 140 bed," ucapnya. 

Ia mengatakan, seiring ditutupnya IGD, pihaknya akan melakukan penyesuaian dan mengatur ulang alur keluar masuk pasien di ruang isolasi. Juga menambah jumlah nakes dengan membuka perekrutan.  "Tiga hari saja beri kami kesempatan untuk menata sistem di dalam, sehingga nanti Selasa (7/7) kami bisa running," kata dia. 

Dalam pantauan Surabaya Pagi di lokasi, pintu IGD RSI Jemursari telah ditutup. Tulisan pengumuman tertempel. Sejumlah petugas berjaga di depan. Tiap ada orang yang datang, mereka mencoba menjelaskan kondisi bahwa IGD sudah tak bisa lagi menampung pasien. 

"Mohon maaf ya, pak, kami sudah lockdown, sudah tidak memungkinkan lagi kondisi di dalam," kata salah satu nakes kepada orang yang datang.

Sementara RSI Ahmad Yani juga melakukan tutup sementara khusus untuk pasien Covid-19. Dokter Dodo Anondo, Direktur RSI Ahmad Yani menjelaskan, bahwa RSI Ahmad Yani sedang tutup dinamis. Artinya, bila sudah tersedia ruang perawatan dan ada pasien sembuh, RSI bisa menerima pasien.

“Kami sedang menata skema penanganan pasien yang lebih baik dengan memisahkan ruang IGD itu menjadi dua zona. Zona merah untuk pasien Covid-19 dan zona hijau untuk pasien non-Covid-19 dengan penerapan screening yang lebih baik lagi,” katanya.

Skema itu akan diuji coba setidaknya Senin (5/7/2021) atau Selasa (6/7/2021). Setelahnya, kata dr Dodo, akan ada keputusan apakah IGD sudah bisa dibuka kembali atau tidak.

 

Baca Juga: Tingkatkan Kepuasan Masyarakat, Satpas SIM Colombo Gaungkan Pelayanan Prima dan Transparansi

Banyak Nakes yang Terpapar

Dodo yang juga merupakan Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jatim membenarkan, memang pada saat hampir bersamaan sejumlah rumah sakit di Surabaya menutup IGD-nya. Tapi ini merupakan kebijakan masing-masing manajemen, bukan karena instruksi dari PERSI Jatim.

“Pertama memang pasien yang datang itu terus-terusan seperti digerojok. Saya kok sudah terlalu sering bilang “hulu”. Tapi memang seperti itu. Sampai banyak sekali tenaga kesehatan yang juga terpapar,” ujarnya.

Sehingga ada dua kemungkinan, kenapa belasan rumah sakit swasta di Surabaya ini hampir bersamaan menutup IGD-nya untuk pasien Covid-19 atau menyatakan sementara waktu tidak menerima rujukan pasien Covid-19.

Pertama, karena memang ruangan atau tempat perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit itu, termasuk di IGD, memang sudah penuh. Kedua, karena tidak sedikit dari tenaga kesehatan di rumah sakit itu yang terpapar sehingga fasilitas kesehatan itu kekurangan tenaga. “Itu kami alami. Sebelum lebaran itu kami lepas cukup banyak relawan. Sekarang ini untuk mencari relawan tenaga kesehatan lagi susah. Mungkin karena sudah bekerja di tempat lain, atau karena alasan lainnya. Dan memang banyak tenaga kesehatan yang terpapar,” katanya.

Tidak hanya rumah sakit yang mengumumkan penutupan IGD-nya. Sejumlah pengelola rumah sakit di Surabaya juga mengakui, meski mereka tidak secara resmi mengumumkan penutupan IGD, tapi ruang perawatan di tempat mereka sudah tidak lagi mampu menampung pasien.

 

Baca Juga: Adventure Land Romokalisari Surabaya Ramai Peminat Wisatawan Luar Kota

BOR PHC 100 Persen

Sama dengan RSI Jemursari, kondisi RS PHC sudah tidak menerima lagi pasien Covid-19 alias me-lockdown-kan diri. Hingga Minggu (4/7/2021), BOR di RS PHC telah mencapai 100 persen.

"Dapat kami informasikan bahwa per hari ini (Minggu 4 Juli 2021, red), Bed Occupancy Rate (BOR) Rawat Inap Covid sebesar 100%, secara riil di Instalasi Gawat Darurat pasien juga terus berdatangan," kata Humas PHC Surabaya, Irfan Prayogo melalui saluran telepon, Minggu (04/07/2021).

Kendati telah penuh, Irfan mengaku saat ini ada pasien yang masih antri menunggu kamar dengan beberapa kondisi sesak dan memerlukan alat bantu nafas. "Untuk kemungkinan proses rujukan ke rumah sakit lain, tidak dimungkinkan karena hampir semua rumah sakit di wilayah Surabaya penuh," katanya.

Oleh karenanya Irfan meminta agar pasien yang tanpa gejala atau bergejala ringan, dapat melakukan isolasi mandiri (isoman) baik di rumah maupun di hotel.

Rata-rata pasien yang saat ini dirawat di RS PHC Surabaya kata Irfan, mayoritas adalah warga Surabaya, baik masyarakat biasa maupun pegawai perusahaan. Kendati begitu, belum ada analisa mendalam terkait apakah dominan kasus klaster keluarga atau kluster perusahaan.

Selain RSI Jemursari, RSI Ahmad Yani dan RS PHC, ke-10 RS yang men-declare bahwa me-lockdown diri diantaranya RS Royal, RS Wiyung Sejahtera, RS Adi Husada Undaan Wetan, RS Adi Husada Kapasari, RS Premier, RS National Hospital, RS Al-Irsyad, RS Gotong Royong, RKZ Surabaya dan RS William Booth. ang/sem/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU