350 Orang Masih Dipasung di Jawa Timur

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Jun 2021 10:47 WIB

350 Orang Masih Dipasung di Jawa Timur

i

Pemprov Jatim menargetkan di tahun 2023 menjadi Bebas Pasung. SP/RJ

SURABAYAPAGI, Surabaya – Tindakan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa masih sering ditemui di Jawa Timur. Jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang masih menjalani pemasungan yang dilakukan keluarga mencapai 350 orang.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Timur Alwi berharap agar seluruh pemerintah kabupaten/kota di Jatim segera berkoordinasi dengan Dinsos Jatim dan RSJ Menur Surabaya agar masalah ODGJ segera bisa tertangani.  Pemprov Jatim menargetkan di tahun 2023 menjadi Bebas Pasung.

Baca Juga: Banjir Pujian Selamatkan Bayi Terbuang di Semak-semak, Nana Mirdad Tulis Pesan Haru

Kadinsos Jatim  Alwi, mengatakan jumlah korban pasung di wilayahnya mengalami perkembangan. Hal ini salah satunya terjadi akibat pasung ulang.

"Berkembang, pasung itu boleh jadi karena re-pasung. Jadi angka di kami itu hampir 350 orang di seluruh Jawa Timur," kata Alwi, Selasa (15/6/2021).

Menurutnya ratusan ODGJ yang dipasung tersebut tersebar di 38 kabupaten/kota di Jatim. Di setiap kota rata-rata terdapat 10 orang yang masih dipasung.

Terkait kondisi itu, Dinsos Jatim terus berupaya melakukan upaya pembebasan bekerjasama dengan pemerintah daerah masing-masing. Sebab tanpa kerjasama yang baik target Jatim bebas pasung sulit tercapai."Kami inginkan 2023 itu bisa tuntas,di 2021 ini Trenggalek mengawali, terima masih Pak Bupati," ujarnya.

Baca Juga: Galakkan 15 Program Prioritas, Dinsos Entaskan Kemiskinan Jatim Hingga 383 Ribu

Tahun ini, jelas dia, Dinsos Jatim memulai lagi program pembebasan pasung, dengan diawali dari wilayah Trenggalek. Nantinya belasan korban pasung yang dibebaskan akan dibawa ke RS Jiwa Menur Surabaya, guna mendapat penanganan medis dan kejiwaan.

"Setelah ditangani oleh tim dokter dan dinyatakan sehat, akan dikembalikan ke daerah. Tetapi pengembalian ke daerah itu untuk sementara, mereka akan ditempatkan di UPT (Panti sosial) biar mereka bersosialisasi," jelas Alwi.

Di panti sosial tersebut, para korban pasung juga akan mendapatkan pembinaan dengan berbagai ketrampilan dan keahlian. Dengan harapan, saat dikembalikan ke kampung halaman, korban bisa memiliki kegiatan yang produktif.

Baca Juga: Para Aktivis di Sumenep, Lakukan Gelar Materi Penyaluran DBHCHT Bersama Kadinsos P3A

Lanjut Alwi, problem yang sering mempengaruhi kegagalan pembebasan pasung adalah faktor lingkungan dan keluarga. Sebab jika lingkungan terdekat ODGJ tidak memberikan dukungan, maka akan berpotensi terjadi pemasungan ulang.

"Kalau saat kembali, tidak diterima dikhawatirkan akan terjadi re-pasung. Jadi pelan-pelan, begitu kembali, kembali normal," imbuhnya.de/na

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU