40 Persen UMKM Banyuwangi Belum Go-Online

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 24 Mei 2021 14:39 WIB

40 Persen UMKM Banyuwangi Belum Go-Online

i

60 persen mulai online, 40 persen sisanya masih kekeh atau kesulitan mempelajari. SP/PEMKAB BANYUWANGI

SURABAYAPAGI, Banyuwangi - Pelaku UMKM dan pengusaha saat ini dituntu menguasai teknologi dan informasi untuk memperkuat pasar dan modal. Sayangnya ada ratusan UMKM di Banyuwangi yang belum online. Ha ini terjadi karena masih banyak pelaku UMKM yang gagap teknologi, dan harus belajar dari awal untuk menyesuaikan diri.

“Intinya ada peralihan perilaku bisnis agar bisa tetap bergerak, selama ini teman teman itu kan gaptek, berkaitan dengan teknologi, ya karena secara pendidikan itu dibilang rendah iya, enggak ya juga enggak. Akhirnya kemarin itu yang sebelumnya males online akhirnya dengan terpaksa online, mau tidak mau, kalau gak, gak bisa bertahan,” ujar Ketua Asosiasi Asesoris, Kerajinan, Kaos, Kuliner, Batik (Akrab) Banyuwangi, Syamsudin, kemarin.

Baca Juga: 13 UMKM Ekspor 3.300 Handicraft ke Kanada

Kondisi tersebut, kata Syamsudin juga membuat para pelaku bisnis bertahan dengan konsep pemasaran produk secara konvensional, seperti keliling dari toko ke toko, dan menjual di lapak tokonya sendiri sambil menunggu pembeli datang.

“Ada yang kekeh konvensional masih ada, selain yakin, kebanyakan merek yang tetap konvensional mereka kebanyakan ada keliling di toko toko, itu masih bisa bertahan. Tapi kalau mengandalkan menunggu di toko, itu memang berat, ketika pandemik beralih ke online,” imbuhnya.

Dari catatan Akrab Banyuwangi, dari total 800 anggota yang tersebar di 25 kecamatan Banyuwangi, baru 60 persen pelaku usaha yang maksimal memasarkan produknya secara online.

Baca Juga: OJK Ajak Perempuan Raih Kesejahteraan Finansial

“Kalau soal presentase, antara yang online dan tidak masih imbang. 60 persen mulai online, 40 persen sisanya masih kekeh atau kesulitan mempelajari, meski pelatihan dari pemerintah itu terus diadakan. Gak gampang soalnya, bagi yang bisa bilang gampang, tapi buat teman teman UMKM tidak familiar,” tandasnya.

Syamsudin mengaku, dirinya tergolong generasi pelaku usaha mikro di bidang batik baju yang gagap teknologi, sehingga masih mengandalkan cara konvensional. Kendati demikian, Syamsudin masih bertahan lewat jaringan pasar yang telah ia bangun sejak lama.

“Kalau saya sendiri terus terang belum, karena saya salah satu yang termasuk, 40 persen yang tidak online itu. Masih bikin batik, masih kebantu dengan sekolah sekolah seragam yang pesan, ya menurun dari order, tapi ya tidak terlalu,” katanya.

Baca Juga: Polisi Menetapkan 5 Orang Sebagai Tersangka

Syamsudin menyebut, saat ini total pelaku UMKM yang belum terdaftar masih terbilang banyak. Rata-rata, per kecamatan terdapat 200 hingga 300 UMKM.

“Sekarang anggota Akrab ada 800 an, dan ini terus bertambah, masih pendataan, sekarang mulai didirikan koordinator di tingkat kecamatan. Per kecamatan minimal 200-300, bisa dikalikan 25 kecamatan,” pungkasnya. tn/na

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU