AIRLANGGA, CAKRAVARTTIN

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 06 Okt 2017 00:10 WIB

AIRLANGGA, CAKRAVARTTIN

PADA Rabu Pahing, 4 Oktober 2017, harian ini menulis judul berita besar-besar: Rektor Unair Digoyang. Sebuah pekabaran yang menyeruak ketenangan akademik di areal parade keilmuan penyelenggaraan UTS, sehubungan dengan pemberian Gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC) kepada Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Sebagian civitas akademika FISIP membopong kecewa atas capaian yang disemat penuh hormat kepada Ketua Umum PKB. Peradaban medsos semakin menarikan anugerah itu dalam kelindan yang memunculkan labirin sedang ada apa di Perguruan Tinggi ini. Ruang-ruang WA Alumni dijejali tanda tanya yang mengusik dan berbisik tentang kredibilitas Dr HC. Praduga terus dipompa menjadi lazuardi yang semakin sublim dan merajut dosa. Berbagai pihak mengirim pesan meminta respons atas fenomena yang terukir di kampus pujaan hatiku ini. Dengan jeritan pikir yang terendam dalam kuasa batin untuk mencakrawalakan ruhani, saya tidak akan melarutkan diri pada posisi menebar aurat kelembagaan, tempat dimana saya mengabdikan diri. Saya terus menzikirkan gagasan akademik saja sambil memahami atmosfer apresiasi yang diberikan oleh institusi pendidikan ini dengan prosesi luhur Dr HC. Sejatinya pemberian Dr HC sudah sering dilakukan oleh banyak lembaga dengan kriteria pengabsahan yang niscaya tidak sembarangan dengan kualifikasi kualitas yang terjaga. Pensedekahan Dr HC kepada tokoh politik dibidik tidak imun dari konstelasi yang menyangkut politik pendidikan dan pendidikan politik. Relasi antara Unair dengan kementerian dalam jejaring Kabinet Kerja tidaklah elok dibincang dalam garis edar yang sejajar. Perluasan networking pastilah dapat diunggah secara argumentatif, yang apabila ada kebat kliwatnya, biarlah itu menjadi evaluasi perbaikan bangunan rumah tangga dalam memanggul amanat keluarga besar kita bersama. Kritik-konstruktif dan solusi yang membuncahkan cawan kemaslahatan Unair bagi rakyat adalah kodrat utama tanpa beragenda menjadikan kekurangan (konsiderans misalnya) dipertontonkan dalam panggung unjuk kehebatan. Bukankah kita semua sudah mengenal kearifan kebijakan melalui peribahasa: seperti menepuk air di dulang?. Apa untungnya? Air tak kan berombak dan membuat wajah berseri, melainkan sekadar muncrat menerpa muka sendiri membuat perih. Dalam lingkup ini, saya tidak sanggup berujar sambil mengacungkan genggam sikapku adalah benar dan keputusanmu adalah mungkar, karena kampus memang berkomitmen memelingkarkan tarikan itu melalui pendar pinter lan bener, bukan pinter sok bener. Ketidaksanggupan saya itu terpatri sebagaimana kebelum-mampuanku melafalkan zikir sejati kaum sufi: la ana illa huwa (tiada aku kecuali Dia), la huwa illa ana (tiada dia kecuali Aku), karena memang anna huwa (Aku Dia). Maka menebarkan energi pangerten untuk keunggulan kiprah keluarga besar Universitas Airlangga adalah orientasi terpenting meski hanya sebesar zahra. Saya yakin, setiap kita berkomitmen meluaskan arena pengembaraan Unair. Terpilihnya Mas Arief Budiman menjadi Ketua KPU 2017-2022 merupakan kado spesial yang menghantar helatan berperannya jebolan Unair. Sebagai alumni dan civitas akademika, sepantasnya berbinar menyambut capaian strategis yang menambah deret hitung kiprah Kesatria Airlangga di era Presiden Joko Widodo: Ignasius Jonan (Menteri ESDM), Khofifah Indar Parawansah (Mensos), Muhadjir Effendy (Mendikbud), dan Asman Abnur (Men PAN-RB) maupun Ketua Mahkamah Agung dua periode M. Hatta Ali, serta Kepala Daerah seperti Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Tentu warga Unair dapat merunut beragam peran yang ditorehkan keluarga besarnya di berbagai sektor. Pada jabatan politik, birokrat, profesional BUMN-BUMD-swasta, pengusaha, dunia mode serta infotainment, sesungguhnya banyak bertengger anggota keluarga Unair. Ragam temuan di bidang medis yang dilakukan warga Unair sangat bermanfaat dan bereputasi internasional. Bahkan kiprah mahasiswa dalam percaturan mondial amatlah membanggakan. Tetapi satu hal yang harus dipompakan adalah membawa seluruh elemen dalam gerbong sasaran tunggal di tengah zaman yang berubah ini. Selama ini, kesatria Airlangga terpotret pengamal sempurna falsafah kerendah-hatian sepi ing pamrih rame ing gawe, di tengah orde digital yang menghendaki serba pamer. Pemeringkatan universitas dewasa ini tidak luput pula dari kesediaan insan kampus memublikasikan setiap kinerjanya, karena khalayak umum menggiring rame ing gawe, rame ing pamer. (Jauhkah kami dari sifat ujub dan ria ... ya Allah). Intensitas informasi demikian mutlak dibarengi penguatan IT dan SDM demi Unair yang mendunia. Hal itu berarti agenda WCU, World Class University harus mendapatkan perhatian warga Unair. Zaman sedang bersabda agar semua sumbangsih yang bernilai tambah disebarluaskan dengan IT. Kini dinamika akademik digiring memasuki wilayah serba diunggah meski muncul ewuh pakewuh untuk mempromosikan diri sendiri. Relasi media massa oleh Unair dalam menyorongkan program WCU merupakan opsi penting yang harus diusung. Pengembangan diri menuju WCU sejatinya bukan hanya soal pergerakan generasi milenial, tetapi juga membangkitkan energi kuantum Raja Airlangga di belantara dunia. Gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmmawansa Airlangga Anantawikramattunggadewa waktu bertahta (1019-1043), untuk selanjutnya menepi dengan atribut Aji Paduka Mpunku San Pinaka Chatra nin Bhuwana, menunjukkan kapasitasnya sebagai penguasa berpengaruh antarbangsa. Tata kelola pemerintahannya menginspirasi raja-raja di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Prabu Airlangga, adalah raja yang memulihkan dan meluaskan wilayah Dharmmawansa Tguh, dan seorang yang ananta (lolos dari mahapralaya 1016) serta vikrama bangkit dengan gagah berani menunjukkan kelasnya sebagai tokoh berderajat tinggi (uttungadewa). Raja Airlangga pun menyematkan supremasinya dalam rumpun global sebagaimana ditulis Prasasti Turunhyang (1036): sosok berkarakter cakravarttin, yang menaungi dunia, tulusa chatra nin bhuwana. Substansi cakravarttin ini memberikan mandat kepada keluarga Unair menggapai WCU sebagai panggilan sejarah Raja Airlangga. Civitas akademika dipanggil sekeras mungkin agar mengembangkan ilmu yang berjatidiri Raja Airlangga. Unair sepatutnya menyodorkan mazhab keilmuannya. Karakter dasar sains global saat ini sangat menghargai riset local wisdom di manapun. Betapa eloknya, komunitas cendekia mengenal adanya sains aliran Airlangga: Ilmu Hukum Mazhab Airlangga, Kedokteran Mazhab Airlangga, Ekonomi Mazhab Airlangga dll. Airlangga menawarkan gagasan keilmuan untuk mewarnai dinamika global yang tetap bertumpu pada spirit khasnya: excellence with morality. Terpujilah civitas akademika Unair yang terpanggil memainkan perannya sebagai (aktor) genuine sciences (sebenar-benarnya ilmu) sesuai patron Airlangga di Prasasti Pucangan (1037), ... san ksatrya mahapurusa (kesatria unggul nan bijaksana) yang bersemangat ... vinur eva Bhutvemami lokan abhijayathi (penakluk dunia) seperti terekam di Taittiriya-Brahmana (Ninie Susanti, 2010). Dengan mensitir gagasan David Straker (1998): Unair mutlak melakukan the quality conspiracy. Disiplin ilmu yang egois (building blocks) tidak akan sanggup mendiagnosa dan mengobati penyakit kemanusiaan (dan lingkungan) secara independen. Kesatria Airlangga wajib bekerja sama menggairahkan kampus ini dengan bermahkota komitmen cakravarttin. Seruan ini bukanlah game of language melainkan pembebasan dari watak adigang, adigung lan adiguna. Dunia kampus bukan untuk memberikan kepada masyarakat tentang apa yang diinginkan melainkan apa yang dibutuhkan, mengingat ruang kuliah tidaklah community service station yang mengancam integritas intelektual. Kampus ini telah menuangkan konsepsi keseimbangan antara commitment and detachment dalam tegangan mandiri-kreatif-inovatif sekaligus bermoral. Itulah manifestasi hakiki lambang Universitas Airlangga. Burung Garuda tunggangan Wisnu yang membawa guci Air Amrta melambangkan keabadian pengabdian Unair dalam perikehidupan. Pesan ini menunjukkan bahwa Unair memang sumber ilmu abadi. Garuda Unair terus mengusung air amrta yang sarat nilai-nilai moral dan kadilan serta berporos cakravarttin. Jiwa ragaku selalu merindu tuangan air amrta-mu. Kepada TNI-ku, DIRGAHAYU.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU