Antisipasi Pemerintah Banjir di Jakarta

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Feb 2018 12:12 WIB

Antisipasi Pemerintah Banjir di Jakarta

SURABAYAPAGI.com - Hujan deras di kawasan hulu Sungai Ciliwung yang terjadi Senin (5/2/2018) kemarin, telah membuat debit air meningkat. Akibatnya, sejumlah titik di wilayah DKI Jakarta pun terkena imbas luapan sungai. Di beberapa titik seperti di Kelurahan Cawang, ketinggian air rata-rata berkisar antara 30 hingga 130 sentimeter. Sementara di Kampung Melayu, ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Banjir juga terlihat di Kelurahan Pejaten Timur. Sejumlah warga terpantau mengungsi ke rumah saudara atau tempat yang lebih tinggi lantaran rumah mereka terendam. Dalam mengatasi banjir, sejak 2013 lalu Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PUPR) telah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Apa saja langkah tersebut? Petugas Pintu Air Manggarai mulai bersiaga menunggu banjir kiriman dari Bendung Katulampa Bogor. Status Bendung Katulamp naik menjadi siaga 1 akibat hujan yang terus mengguyur kawasan Bogor. Alat berat disiagakan untuk mengangkut sampah kiriman yang menumpuk di Pintu Air Manggarai, Senin (5/2/2018).(Kompas.com/David Oliver Purba) 1. Penambahan jumlah Pintu Air Manggarai Debit air yang tinggi diiringi sampah dengan volume besar, membuat sejumlah saluran air tersendat. Untuk mengurangi sumbatan yang ada, pemerintah melakukan sejumlah langkah. Salah satunya meningkatkan kapasitas Pintu Air Manggarai. Sebelum kapasitasnya ditingkatkan, debit air yang melewati pintu tersebut hanya 340 meter kubik per detik. Namun saat ini sudah mencapai 500 meter kubik per detik. "Apabila sampah menumpuk dapat mengakibatkan backwater sehingga dapat mengakibatkan limpas dan menggenangi daerah di bantaran sungai," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso dalam keterangan tertulis. Warga beraktifitas saat banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/2/2018). Banjir merendam ratusan rumah warga akibat luapan air dari Sungai Ciliwung.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) 2. Normalisasi Sungai Ciliwung Upaya normalisasi Sungai Ciliwung kini tengah dilakukan untuk mengembalikan lebar sungai tersebut secara normal, yaitu 35-50 meter. Sejauh ini, dari panjang 19,5 kilometer yang digarap antara Pintu Air Manggarai hingga Jalan TB Simatupan, sudah 60 persen yang rampung. "Sementara 40 persen lagi apabila tanahnya sudah dibebaskan oleh Pemerintah DKI Jakarta, akan kami selesaikan," kata Imam. Pembebasan lahan juga masih menjadi kendala Pemerintah dalam penyelesaian pembangunan Sudetan Ciliwung yang akan mengalirkan debit banjir Sungai Ciliwung sebesar 60 meter kubik per detik ke Kanal Banjir Timur (KBT). Selain normalisasi, Imam menambahkan, dinding sungai juga akan diperkuat. Selain itu juga akan dibangun tanggul yang dilengkapi dengan jalan inspeksi di sepanjang sisi sungai sekaligus menjadi sempadan sungai dengan lebar 6-8 meter. Normalisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas tampung alir Sungai Ciliwung dari 200 meter kubik per detik menjadi 570 meter kubik per detik. Presiden Joko Widodo saat meninjau Bendungan Sukamahi dan Ciawi, di Bogor, Jumat (15/12/2017).(Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR) 3. Membangun Dry Dam Ada dua bendungan kering (dry dam) yang tengah dibangun Kementerian PUPR di kawasan hulu, yaitu Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi. Pembangunan bendungan tersebut sebenarnya telah direncanakan sejak 2004, namun baru bisa dieksekusi pada September 2017 lalu. Bendungan Ciawi digarap oleh SNVT PJSA Ciliwung Cisadane dan Abipraya-Sacna KSO. Nilai kontrak proyek ini mencapai Rp 757,8 miliar dengan luas area genangan 29,22 hektar dan volume tampung 6,45 juta meter kubik. Sementara, kontrak Bendungan Sukamahi yang ditandatangani pada 20 Desember 2016, digarap kontraktor Wijaya-Basuko KSO. Bendungan senilai Rp 436,97 miliar itu memiliki daya tampung tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektar. Kedua bendungan tersebut ditargetkan selesai konstruksinya pada tahun 2019. Bila sudah rampung, kedua bendungan ini akan berfungsi untuk menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango selama kurang lebih 4 jam dan mengalirkannya sebesar debit normal Sungai Ciliwung sehingga aliran air yang masuk ke Jakarta dapat terkendali. Warga berjalan melintasi banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/2/2018). Banjir merendam ratusan rumah warga akibat luapan air dari Sungai Ciliwung.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) 4. Sistem peringatan dini Disamping pembagunan infrastruktur fisik, Kementerian PUPR juga memiliki sistem peringatan dini banjir telemetri yang mencatat tinggi muka air di beberapa pintu air dan pos pengamatan seperti Pos Katulampa, Pintu Air Depok, dan Pintu Air Manggarai. Selain itu juga telah diatur tingkat siaga dan kewenangan buka tutup pintu air. Misalnya di tinggi muka air di Bendung Katulampa, status Siaga IV 80 cm kewenangan Komandan Pelaksana Dinas dan Wakil Komandan Operasional Wilayah, dan Siaga III 80-150 sentimeter kewenangan Wakil Komandan Umum/Koordinator Wilayah. Kemudian Siaga II 150-200 sentimeter kewenangan Komandan Umum/Kepala Balai Besar Wilayah Sungai, dan Siaga I > 200 sentimeter kewenangan Gubernur Provinsi DKI Jakarta/Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR. Kementerian PUPR melalui BBWSCC setiap jam-nya melakukan pembaharuan informasi Tinggi Muka Air (TMA) sungai di pintu air/pos pengamatan, cuaca dilokasi dan kategori statusnya, tidak hanya di Sungai Ciliwung tetapi juga sungai-sungai lainnya di area Jabodetabek. Warga berjalan melintasi banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/2/2018). Banjir merendam ratusan rumah warga akibat luapan air dari Sungai Ciliwung.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) 5. Siagakan fasilitas Untuk daerah dengan permukaan tanahnya lebih rendah dari sungai, Kementerian PUPR telah menyiagakan mobil pompa. Imam mengatakan, setidaknya 5 unit pompa mobil telah didistribusikan ke beberapa titik banjir seperti Kampung Pulo Pintu 5, Kampung Pulo Pintu 2, Kampung Pulo Pintu 3, Bukit Duri, Balekambang, dan Cawang. Selain itu, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) juga mengirimkan perahu karet, bahan banjiran seperti bronjong dan karung berisi pasir sebanyak 1.600 buah, karung kosong sebanyak 3.500 buah, dan bronjong 1.600 buah. "Banjir memang tidak dapat dihilangkan sama sekali namun bagaimana upaya kita mengurangi tinggi dan lama banjirnya," kata dia. (kp/cr)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU