Apindo Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,3 % di 2023

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 21 Des 2022 15:41 WIB

Apindo Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,3 % di 2023

i

Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5-5,3 persen secara year on year (YoY) pada 2023.

 “Untuk tahun 2023 Apindo memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berada di kisaran 5-5,3 persen (yoy),” kata Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Pastikan Jatim Siap Kendalikan Inflasi

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 diramal berada di kisaran 5,30 persen hingga 5,40 persen secara tahunan.

Hariyadi mengatakankan, perkiraan tersebut didasarkan pada hasil pertumbuhan secara tahunan yang diperoleh dari kuartal I/2022 sebesar 5,01 persen, kuartal II/2022 5,44 persen, dan kuartal III/2022 5,72 persen, yang menunjukkan tren kenaikan sejak awal tahun serta tumbuh diatas berbagai ekspektasi.

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy : Ini Wujud Dukungan BUMD Jatim Kendalikan Inflasi Harga Pangan

“Hasil pertumbuhan di ketiga kuartal tersebut memberikan pattern yang prediktif terhadap proyeksi pertumbuhan di kuartal keempat 2022 YoY maupun untuk keseluruhan 2022 YoY,” ujarnya.

Sedangkan untuk inflasi, lanjut Hariyadi, diprediksi berada di antara 3,60 persen sampai dengan 5 persen. Adapun rata- rata nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS diprediksi berada di kisaran Rp 15.200-15.800 per dolar dollar AS.

Baca Juga: Pj. Gubernur Adhy Gagas Skema Program Korporasi Petani Guna Kendalikan Inflasi Pangan

Hariyadi menuturkan proyeksi rentang pertumbuhan tersebut berdasarkan pertimbangan atas 3 hal utama yakni pertama, pemulihan ekonomi yang berjalan cukup baik pada 2022, di antaranya sebagai hasil dari sejumlah program proteksi sosial dan pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Kedua, sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang tepat guna meredam berbagai dampak dari inflasi global dan perlambatan ekonomi dunia. Ketiga, kurangnya konsistensi pelaksanaan agenda reformasi struktural yang berpotensi memicu pertumbuhan ekonomi yang tidak inklusif. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU