Awey: Kenapa Sekalian tak Sujud Depan Presiden?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 01 Jul 2020 17:17 WIB

Awey: Kenapa Sekalian tak Sujud Depan Presiden?

i

Vinsensius Awey

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Setelah viralnya berita Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang duduk sujud dan menangis di depan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jatim, dan Ketua Tim Pinere RSUD Dr Soetomo Dr. Sudarsono, karena mengaku kesulitan berkoordinasi dengan RSUD Dr Soetomo.

 

Baca Juga: Mensos Bantu 300 Penderita Katarak di Kediri

Risma jengkel karena merasa niat baiknya untuk memberikan bantuan APD kepada RS milik Pemprov Jatim itu tidak dihargai.

Sementara Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya, Dr Joni Wahyuhadi berkomentar.

 

Dia memang mengaku menolak pemberian bantuan itu, namun dialihkan ke RS darurat atau RS non rujukan yang itu juga membutuhkan APD karena tidak mengetahui pasti pasien yang datang ke RS apakah pasien Covid atau bukan.

 

“Kami berpikiran bahwa Dr. Soetomo dapat bantuan banyak dari provinsi, donator, Kemenkes, dan dari anggaran kita" ujarnya.

 

"Kita pikirkan kawan di RS darurat yang bukan rujukan, kasiankan RS darurat itu dia harus diperhatikan APD-nya, kami serakah kalau semua kami ambil, selama kami cukup ya kami manfaatkan" lanjut Joni.

 

"Kalau gak cukup siapapun yang mau bantu kita pakai. Ini kita masih ada puluhan ribu APD,” kata Joni.

 

Hal tersebut membuat, Wakil Ketua DPW Partai NasDem Jatim Bidang Media dan Komunikasi Publik, Vinsensius Awey tersenyum.Awey, mengatakan, kadang saya tidak habis pikir dengan sikap Risma yang terkadang mudah meledak, mudah nangis dan mudah bersujud.

 

"Pemandangan seperti ini bukanlah hal baru" ujar "Bersujud yang tertangkap oleh kamera sudah 2 hingga 3 kali sepertinya, yang nangis juga sudah berkali-kali, dan apalagi yang marah lebih banyak lagi" katanya.

 

Padahal, Awey melanjutkan, yang disampaikan oleh IDI dengan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Surabaya beberapa hari lalu adalah kurang lebih sama yakni terkait kesadaran dan kepatuhan warga kota Surabaya mengikuti protokol mitigasi kesehatan seperti bermasker masih kurang.

 

"Dan saat itu bu Walikota juga menanggapi pernyataan Presiden dengan nada sedikit membantah terkait jumlah prosentase yang dipaparkan" lanjut Awey.

 

"Nah kenapa respon kepada IDI dengan Bapak Presiden berbeda. Kenapa tidak bersujud juga dihadapan Bapak Presiden" kata Awey.

 

"Bersujudnya Risma sampai 2 kali itu sesungguhnya ingin menunjukan ketidak mampuan Risma untuk menertibkan warganya agar patuh untuk menjalankan protokol kesehatan agar tidak terus pasien bertambah atau mau menunjukan kepada publik bahwa seakan-akan pengelola RS Dr. Soetomo sangat kejam dan bertindak tidak adil terhadap warga kota Surabaya" katanya.

 

"Karena berkali-kali menolak untuk bertemu dan berkoordinasi dengan Risma" ujar Awey.

 

"Kalau tujuannya adalah yang ke 2 maka ini sangat berbahaya karena dapat menyesatkan pengiringan opini dari hal yang benar bisa menjadi tidak benar dan sebaliknya" lanjutnya.

 

Awey melanjutkan, padahal data yang dimiliki bahwa RS Dr. Soetomo perhari ini telah dihuni oleh 79 % warga kota Surabaya (ber KTP surabaya). Jadi apa sesungguhnya pesan yang ingin disampaikan oleh Risma dengan cara menangis dan bersujud? 

Baca Juga: Nasi Bebek Songkek Harta Karun yang Tersimpan di Pojok Kampung

 

Beda halnya kalau RS Dr. Soetomo bertindak diskriminatif terhadap warga kota Surabaya.

 

"Nah kalau itu yang terjadi bolehlah Walikota bersujud berkali-kali dan meminta belas kasihan" katanya.

 

"Saya pribadi juga akan ikut bersujud untuk mohon belas kasihan pihak RS juga" lanjutnya.

 

Sesungguhnya untuk diketahui juga bahwa RS Dr. Soetomo itu milik Pemprov Jawa Timur dan melayani 38 kota/kabupaten se Jawa Timur. Politisi Nasdem melanjutkan, kalaupun RS tersebut melayani 79 % warga non KTP Surabaya itupun hal wajar. 

 

RS kan bukan didirikan hanya untuk warga KTP Surabaya dan lagi pula pihak kedokteran telah ambil sumpah profesi untuk dapat melayani siapapun tanpa harus terlebih dahulu melihat KTP nya pasien. Itu perlu dipahami semua pihak.

 

"Lagi pula tidak ada satu orang pun yang menyalahkan Risma kalau sampai pasien covid terus bertambah dikota Surabaya. 

 

Kenapa Risma harus merasa bersalah dan bersujud? Kalaupun benar merasa bersalah, maka mari dengan seluruh jajaran ASN yang ada dibawah satu komando Walikota untuk memiliki SENSE OF CRISIS (pasien terus bertambah dari hari kehari dan kesadaran masyarakat juga masih tergolong rendah dalam menjalankan protokol kesehatan dan lain-lainnya) dengan demikian, dengan segala kemampuan yang dimiliki untuk bekerja keras memutus rantai covid-19 dan atau mengurangi penyebaran pandemi covid-19 ini" katanya.

 

Baca Juga: Command Center 112 Jadi Percontohan Nasional

"Dan bukannya meledak-ledak, menangis dan bersujud. Ketiga hal itu tidak mampu untuk menurunkan jumlah pasien covid dari hari ke hari. 

 

Ketiga hal itu bukanlah protokol mitigasi kesehatan. Sehingga tidaklah perlu bertindak terlalu jauh sampai bersujud" lanjutnya.

 

"Bangkitlah Ibu Walikota kami yang tercinta, mari kita semua bergotong royong, bersinergi dan bekerja keras untuk sungguh-sungguh memerangi pandemi covid ini. 

 

Jangan lagi antar kepala daerah saling perang opini dan apalgi penggiringan opini. 

 

Cukup sudahlah dan akhirilah karena itu semua tidak akan mampu menurunkan jumlah pasien covid-19 dan justru akan menambah keruwetan ditengah masyarakat sendiri" tutupnya.

 

Dan yang paling membahayakan adalah kalau sampai "bermain korban" (victim playing) seolah-olah memposisikan diri sebagai seorang korban untuk berbagai alasan dan ujung ujungnya mengalir simpati kepada korban.

 

"Sisi lain hujatan kepada pihak RS Soetomo dan Pemprov yang diposisikan sebagai subyek yang menindas korban. 

 

Mudah mudahan tidak seperti itu. Karena victim playing ini sangat berbahaya dan menyesatkan. Kita tidak inginkan itu terjadi," tutupnya. (alq/rl)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU