Home / Peristiwa : Rencana Kenaikan BBM

Bakul Warteg Megap-megap, Jokowi Sibuk Berhitung

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 02 Sep 2022 20:43 WIB

Bakul Warteg Megap-megap, Jokowi Sibuk Berhitung

20 Ribu Pedagang Warung Tegal Janji Akan Kepung Istana

 

Baca Juga: OJK Ajak Perempuan Raih Kesejahteraan Finansial

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Meski sampai Jumat (2/9/2022) kenaikan harga BBM belum diumumkan, bakul warteg (warung tegal) se Indonesia sudah megap-megap. Kini mereka telah menelan tingginya harga kebutuhan pokok seperti telur, cabe, minyak goreng. Pada saat yang sama Presiden Joko Widodo, menyebut bersama para menterinya masih melakukan hitung-hitungan terkait rencana kenaikan BBM yang dijadwalkan bakal diumumkan Jumat malam (2/9/2022).

"Dan untuk bbm-nya semuanya masih dikalkulasi dan hari ini akan disampaikan kepada saya mengenai hitung-hitungan dan kalkulasinya," ujar Jokowi dalam keterangannya yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden siang ini.

Sebelumnya, Jokowi angkat bicara mengenai isu kenaikan harga BBM bersubsidi. Dirinya menyebut bahwa saat ini masih dalam tahap proses perhitungan. "BBM semuanya masih pada proses dihitung dikalkulasi dengan hati-hati," jelasnya.

 

Proses Hitung Kehatian-hatian

Jokowi menegaskan bahwa pihaknya belum memutuskan apakah akan ada kenaikan BBM subsidi karena masih dalam proses dihitung dengan penuh kehati-hatian. "Masih dalam proses dihitung dengan penuh kehati-hatian," pungkasnya.

Sebagai informasi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, harga Pertalite dijual jauh di bawah harga keekonomian. Harga Pertalite saat ini dijual sebesar Rp7.650 per liter padahal seharusnya dijual Rp17.200 per liter (harga keekonomian pada Juli 2022).

Dengan begitu, dari penjualan Pertalite saja ada selisih sebesar Rp9.550 per liter. Hal ini tentu menjadi beban untuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) karena Pertalite masuk kategori BBM subsidi.

Senada dengan Dirut Pertamina, Menteri ESDM Arifin Tasrif mempunyai hitungan harga keekonomian Pertalite mencapai Rp17.200 per liter dari harga saat ini Rp7.650 per liter.

Kemudian, harga keekonomian Solar adalah sebesar Rp17.600 per liter. Sedang keekonomian Pertamax adalah sebesar Rp19.900 per liter.

 

Baca Juga: Perbedaan Jokowi dan Muhaimin, Peringati Hari Kartini

Akan Geruduk Istana

Ribuan pengusaha warteg yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (HiPWIn) dengan tegas menolak rencana kenaikan BBM bersubsidi.

Mereka mengaku telah siap menggeruduk Istana Merdeka Jakarta jika pemerintah tetap menaikkan harga Pertalite dan Solar.

“Himpunan Pedagang Warteg akan Kepung istana untuk menyampaikan aspirasi penolakan ini,” ujar Ketua Umum HiPWIn Rojikin Manggala, Kamis.

Rojikin Manggala menjelaskan kini HiPWIn telah beranggotakan 20 ribu pedagang warteg.

Semuanya dengan tegas menolak rencana pemerintah menaikan harga BBM jenis pertalite dan solar.

Menurutnya, kenaikan harga BBM akan memperburuk pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor. “Daya beli masyarakat akan berkurang, dan risiko kebutuhan belanja akan membengkak,” jelas Rojikin.

Baca Juga: KKP Dorong Ratusan UMKM Naik Kelas

Pada usaha warung makan seperti warteg, kenaikan BBM bersubsidi akan memberikan efek domino. “Berdampak pada biaya distribusi rantai pasok pasti akan naik, dan secara otomatis harga bahan pokok akan mengikuti, ini yang kami khawatirkan,” sambungnya.

 

Ekonomi Rakyat Masih Susah

Apalagi keterpurukan ekonomi para pedagang karena pandemi yang berlangsung dalam tiga tahun terakhir ini belum pulih 100 persen, ekonomi rakyat masih banyak yang susah. “Dari pedagang warteg, saat pandemi penurunan omzet sampai 80 persen dan sekarang baru beranjak naik sampai 70 persen,” kata pemilik 7 warteg ini.

Rojikin kemudian menyebut niat pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi nasional hasilnya akan berbalik. “Kami meminta pemerintah mengkaji lagi rencana kenaikan harga BBM jenis pertalite dan solar," tandasnya.

Harga BBM belum naik saja, pedagang warteg sudah dihadapkan dengan tingginya harga kebutuhan pokok seperti telur, cabe, minyak goreng. “Saat ini daya beli masyarakat mulai naik kembali sejak pandemi. Tetapi sayangnya, hal ini tidak dibarengi dengan stabilitas harga bahan pokok,” imbuhnya. n wtk/jk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU